Multitasking Mahasiswa Baru Bersama ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
By Keke Naima - September 28, 2022
Saya Myra, seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Anak pertama
saya baru aja jadi mahasiswa bari di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
di salah satu PTS.
Saya ingin sekali memberikannya laptop yang spesifikasi dan fiturnya
bagus. Ya, sekelas laptop gaming gitu. Tentu bukan untuk gegayaan. Tapi,
karena anak saya pun membutuhkan laptop yang seperti itu. Sebelum
jelaskan alasannya, saya ceritakan dulu perjalanan kami dalam memilih
jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat, ya.
Pengalaman Salah Memilih Jurusan
Saya pernah merasa salah memilih jurusan kuliah. Gak ingin anak-anak
mengalami kejadian yang sama
Apakah teman-teman pernah merasa salah memilih jurusan ketika kuliah?
Saya pernah. Waktu itu memilih kuliah di Fakultas Ekonomi Jurusan
Manajemen Perbankan. Sejak awal memang udah merasa terpaksa. Rasa itu
pun berlanjut hingga lulus.
Bila tetap di kuliah di kampus yang sama, saya menyesal gak memilih
Sastra Jepang. Saya senang dengan segala yang serba Jepang sejak dulu.
Mata kuliah Bahasa Jepang pun wajib dipelajari meskipun kuliahnya bukan
di Sastra. Ya, sebatas level dasar, sih. Tapi, saya semangat banget
mempelajarinya.
Kalaupun tetap di Fakultas Ekonomi, seharusnya saya memilih Jurusan
Pemasaran. Lebih enjoy belajar mata kuliah yang berkaitan tentang
dunia marketing. Tentu aja nilai-nilainya pun lebih bagus.
Salah pilih jurusan bukan berarti mematikan masa depan
Saking gak sreg dengan dunia perbankan, gak sekalipun saya melamar
pekerjaan di bidang ini. Saya malah menikmati banget bekerja di salah
satu perusahaan retail di bagian pemasaran. Semakin yakin memang waktu
itu salah memilih jurusan.
Salah pilih jurusan bukan berarti harus disesali berkepanjangan. Saya
tetap bisa bekerja di bidang yang diinginkan. Kuliah juga membuka
wawasan lebih luas. Tidak hanya tentang pelajaran, tetapi juga bisa
mendapatkan networking dan hal positif lainnya.
Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat Dilihat dari Minat dan Bakat
Tulisan Keke ketika masih SD. Cita-citanya ingin jadi Kopassus
Apa saya alami itu memberikan pelajaran berharga. Saya tidak ingin
anak-anak salah memilih jurusan ketika mereka kuliah. Ya memang tidak
perlu disesali berkepanjangan. InsyaAllah masa depan yang baik tetap
akan ada. Tapi, memang sebaiknya jangan sampai salah memilih. Supaya
lebih semangat belajarnya.
Saya sudah resign dari kantor sejak menikah. Memang niatannya
ingin bisa terus mendampingi anak. Jadi bisa lebih tau karakter mereka.
Juga tau apa yang mereka inginkan.
Sejujurnya tidak ada yang mengajak saya berdiskusi minat dan bakat
ketika masih SMA. Saya udah seperti seseorang yang kebingungan ketika
lulus. Anak Fisika (A1) di SMA, tetapi merasa jenuh dengan pelajaran
eksak ketika lulus. Apa sebaiknya gap year atau tetap kuliah? Bingung!
Tentu saya gak bermaksud menyalahkan orangtua, guru BK, atau siapa pun.
Masa lalu udah jadi masa lalu. Ambil pelajarannya aja. Makanya saya
selalu berdiskusi supaya tau minat dan bakat anak-anak.
Saya dan suami akan terus berusaha mendukung cita-cita anak. Tetapi, bukan berarti langsung mengabulkan semua keinginan. Harus melewati diskusi panjang dulu supaya tau kalau anak-anak gak sekadar ingin.
Pernah belajar di salah satu racing school ketika SMP kelas 9. Karena
Keke bercita-cita menjadi pembalap. Setelah itu, beberapa kali ikut balap
motor. Tetapi, pandemi menghentikan aktivitas balap motornya.
Ketika Keke SMA pernah ikut tes minat dan bakat. Ternyata hasilnya
tidak mengejutkan karena sama persis dengan berbagai diskusi panjang
yang selalu kami lakukan. Salah seorang Psikolog di satu acara parenting
yang pernah didatangi juga bilang kalau orangtua seharusnya yang paling
tau tentang anak. Caranya dengan sering mengajak anak ngobrol. Kalau
dirasa udah mentok dan butuh saran yang lebih ahli, baru ke
psikolog.
Cita-cita Keke berkali-kali mengalami perubahan. Pernah ingin jadi
Kopassus, pembalap motor, pengacara, dan lain-lain. Makanya diskusi gak
bisa dilakukan sekali. Tetapi, berkali-kali dan gak harus punya waktu
khusus. Sambil ngobrol santai aja. Lama-lama pilihannya pun
mengerucut.
Minat dan bakat adalah 2 hal yang berbeda, Minat itu lebih kepada
keinginan. Ingin jadi belajar apa? Ingin jadi apa? Sedangkan bakat
adalah semacam bawaan yang memang sudah ada. Idealnya, minat dan bakat
itu sama. Tetapi, banyak juga yang bertolak belakang. Tentu butuh
penyelesaian yang berbeda.
Alhamdulillah, hasil tes minat dan bakat Keke menjukkan kesamaan. Jadi
gak pusing mencari solusinya. Berdasarkan tes, 4 besar minat Keke adalah
sebagai berikut
- Hukum
- Seni Rupa dan Seni Pertunjukkan
- FISIP
- Ekonomi
Sedangkan untuk bakatnya, Keke disarankan memilih 3 jurusan ini saat
kuliah:
- Law and Social Sciences: International Law and Legal Studies, Criminology, International Relations
- Fine and Performing Arts: Music, Music Performance, Music Pedadogy
- Business and Management: Marketing, Business Administration and Management, International Business/Trade/Commerce
Dari hasil tes tersebut, kami menyarankan Keke untuk kuliah di
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen. Kenapa gak memilih Fakultas
Hukum? Padahal secara minat dan bakat, hasil tesnya ada di peringkat
pertama.
Sebetulnya udah disarankan juga. Tetapi, Keke mulai ragu untuk
kuliah di bidang hukum. Ya, sudahlah gak usah dipaksa. Lagipula
bidang Ekonomi juga masih termasuk di kelompok 3 besar yang paling
disarankan.
Anak (Fakultas) Ekonomi Juga Butuh Laptop yang Mumpuni
"Bun, tanyain ayah, deh. Ada laptop gak kepake yang speknya lumayan
bagus gak? Disuruh belajar pake VR. Laptop Keke gak kuat."
Keke sudah mulai kuliah sejak awal September. Dia kelihatan semangat
sekali kuliahnya. Katanya dosen-dosennya pada mau diajak diskusi.
Alhamdulillah. Keke memang senang dengan suasana belajar yang banyak
diskusi. Karena menurutnya gak akan bikin bosan.
Beberapa hari lalu, ada notifikasi WhatsApp dari Keke. Saya yang
sedang tidur hanya menjawab, "Ya nanti deh diomongin di rumah".
Kemudian lanjut tidur lagi.
Setelah bangun, saya baca lagi pesan dari Keke. Hadeuuuh! Ini anak
minta laptop udah kayak minta dibeliin gorengan! Memang ada laptop
bagus yang gak kepake? Lagipula rasanya laptop dia masih
bagus.
Emang harus sebagus apa laptop yang dipakai mahasiswa ekonomi? Trus
apa yang dimaksud belajar VR? Rasanya pengen Keke segera pulang ke
rumah supaya bisa tanya lebih banyak.
"Tukeran ma laptop Ayah aja kalau memang Keke butuh yang lebih
bagus."
Itu jawaban suami ketika saya ceritain WhatsApp dari Keke. Laptop
dari kantor untuk kerja. Tapi jadinya tukeran karena Keke
membutuhkan yang baru.
Warna-warna laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) sangat ciri khas
anak muda yang enerjik
Sebetulnya saya langsung teringat dengan ASUS Vivobook Pro 14 OLED
(M3400). Pernah hadir di acara launching laptop ini. Memang langsung
suka banget dengan laptopnya. Malah langsung keingetan kalau laptop
ini bakal cocok buat Keke. Tapi, belum ada uangnya untuk belum beli.
Napas dulu sejenak karena baru selesai bayar-bayar uang pangkal dan
UKT.
"Ke, kenapa sih harus pakai laptop yang lebih bagus speknya?
Sependek pemahaman Bunda, kayaknya kalau kuliah di ekonomi cukup
laptop yang biasa aja."
Keke cerita kalau di mata kuliah Bahasa Inggris disuruh install
aplikasi untuk membuat simulasi kelas. Katanya aplikasinya lumayan
berat. Makanya laptopnya gak sanggup ngerjain.
"Keke juga bingung, Bun. Keke kan bukan anak desain, IT, atau
apalah. Kok, malah harus belajar simulasi bikin kelas? Jadi kayak
main SIMS. Bikin-bikin bangunan trus nanti ada ruangannya gitu,
Bun."
"Memang Keke gak tanya ke dosen? Nanti bakal dinilai, gak?"
"Belum nanya. Keke bikin dulu aja karena memang jadi project. Nanti
bakal dinilai."
Saya pun lihat project yang Keke maksud. Memang jadi kayak main SIMS
atau game simulator lain. Bikin wilayah yang ada sekolahnya. Nanti
setelah bangunannya jadi, bikin ruang kelas.
Tiba-tiba saya teringat pelajaran Keke ketika SD kelas 5 ...
"Ke! Inget gak waktu kelas 5 pernah disuruh bikin simulasi wilayah?
Bunda rasa mirip kayak gitu, deh. Tapi, kali ini pakai laptop."
"Oiya Keke inget, Bun!"
Jadi, ketika SD pernah dapat tugas tentang simulasi wilayah. Setiap
siswa diminta berandai-andai menjadi seorang kepala daerah yang
wilayahnya berupa pegunungan dan lautan. Dari mulai menentukan nama
daerah, suasananya, hingga pekerjaan masyarakat di wilayah yang
siswa pimpin. Tugasnya ditulis di kertas, kemudian dipresentasikan
di depan kelas.
Ternyata seru banget tugas seperti itu. Memang jadi kayak berasa
main game. Dari mulai memberi nama wilayah aja udah harus dipikirkan
alasannya. Keke jadi belajar mengembangkan imajinasinya. Ketika
menceritakan tentang mata pencaharian masyarakatnya juga sebetulnya
belajar ekonomi ala anak SD. Banyak deh pelajaran yang bisa diambil.
Jadi dugaan kami, pelajaran simulasi di mata kuliah Bahasa Inggris
juga akan seperti itu. Ujung-ujungnya akan ada kaitan dengan
ekonomi. Paling enggak nanti siswa akan semakin belajar untuk berani
mempresentasikan karyanya menggunakan bahasa Inggris. Saya jadi
ikutan antusias dengan project Keke yang ini.
Keke dan Aktivitas Photography
Kembali ada kerjaan motret setelah pandemi mulai melandai
Saya memang langsung teringat Keke saat launching ASUS Vivobook Pro
14 OLED (M3400). Pikiran saya saat itu laptop ini dibutuhkan bukan
untuk tugas kuliah. Tetapi, untuk mendukung aktivitas Keke sebagai
photographer.
Saya memang meminta Keke untuk tidak menjadi mahasiswa kupu-kupu
(kuliah-pulang-kuliah-pulang). Kalau sanggup punya kegiatan lain
selain kuliah. Bisa ikut kegiatan mahasiswa, punya kerjaan
sampingan, atau aktivitas apapun. Selama kegiatannya positif, kami
akan mendukung.
Keke mulai menggeluti dunia photography sejak SMA. Berawal dari ikut
ekskul di sekolahnya. Menjadi ketua angkatan di ekskulnya, ikut
beberapa lomba foto, dan mulai dapat penghasilan dari hobinya
ini.
Lumayan buat nambah uang jajan, beli peralatan, dan nabung
Itulah alasan kami meminta Keke tetap kuliah di Jakarta. Melepas 2
PTN di luar kota yang udah menerimanya. Karena kami ingin Keke tetap
bisa beraktivitas sebagai photographer selain kuliah. Ya, bukan
berarti di daerah gak bakal bisa. Hanya kami merasa di Jakarta lebih
membuka peluang.
Sebagai seorang photographer, tugas Keke gak hanya motret. Tapi,
juga mengedit sebelum diserahkan ke klien. Semuanya masih dikerjakan
sendiri. Tentu saja butuh beberapa peralatan selain kamera.
Mendambakan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) untuk Mendukung Berbagai Aktivitas
Dulu, saya berpikir gak butuh laptop setara laptop gaming kalau
bukan seorang gamer. Laptop yang biasa aja udah cukup, lah. Tapi,
kalau melihat aktivitas Keke saat ini baik sebagai mahasiswa maupun
photographer, memang butuh banget perangkat yang bagus.
Ketika hadir di acara launching ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400),
saya langsung yakin kalau laptop ini memang cocok banget untuk anak
muda atau siapapun yang ingin meningkatkan produktivitas. ASUS
Vivobook Pro 14 OLED (M3400) memiliki 3 keunggulan utama
yaitu,
Teknologi ASUS OLED Menghasilkan Kualitas Visual Terbaik
Mengedit foto tidak akan semakin nyaman dan menyenangkan bila
kualitas visualnya terbaik. Menampilkan warna yang sangat banyak
belum cukup kalau gak akurat. Nah, di sinilah keunggulan ASUS OLED
karena sudah dikalibrasi sejak awal. Sehingga warna yang dipastikan
dipastikan tampil sebagaimana mestinya.
Layar ASUS OLED memiliki color gamut 100% DCI-P3. Artinya, layar ASUS OLED mampu menampilkan semua warna pada ruang warna DCI-P3, dimana cakupan warnanya lebih luas dari sRGB yang hingga saat ini masih dijadikan standar layar laptop. DCI-P3 juga merupakan color gamut yang digunakan oleh industri perfilman karena memiliki cakupan warna yang sangat luas sehingga membuat detail dalam film dapat ditampilkan dengan sangat baik.
Layar ASUS OLED telah mengantongi sertifikasi PANTONE Validated
Display. Jadi, gak perlu ragu dengan akurasi reproduksi warna.
Bahkan ketika layar di-setting dengan tingkat kecerahan hingga 11%
pun, kualitas visualnya akan tetap sama tingkat kecerahan 100%.
Kualitas visual yang tetap terjaga disaat layar di-setting dengan
tingkat kecerahan rendah membuat pengguna bisa menjadi lebih fokus.
Panelnya menggunakan rasio aspek 16:10 danresolusi 2,8K dengan 90Hz
refresh rate dan 100% DCI-P3 juga bisa mendukung lebih kreatif
karena lebih banyak konten dapat ditampilkan di layar.
Minus mata Keke bertambah sedikit saat pandemi. Pembelajaran Jarak
Jauh memang membuat durasi siswa di depan layar laptop atau
handphone menjadi lebih lama. Paparan radiasi cahaya biru pada
perangkat elektronik seperti laptop memang dapat mengganggu
kesehatan mata.
Kerjaan Keke gak hanya motret, tapi juga editing sebelum hasilnya
diserahkan ke klien. Laptop dengan visual terbaik seperti ASUS
Vivobook akan sangat membantunya.
Sumber foto milik ASUS
Meskipun sekarang udah kuliah offline, bukan berarti durasi berada
di depan laptop jadi berkurang. Kemungkinan malah bertambah lama.
Mahasiswa dibebasin memilih belajar lewat e-book atau buku fisik.
Hanya beberapa dosen yang tetap meminta membeli buku fisik. Biasanya
karena belum ada versi di e-book. Keke memilih e-book. Nah, ini yang
membuat durasi di depan laptop jadi lebih lama.
Apalagi sekarang ditambah dengan project membuat simulasi kelas.
Kalau ada kerjaan mengedit foto juag semakin lama aja durasinya.
Agak membuat ketar-ketir, nih. Minus mata Keke udah 3,5! Jangan
sampai lah bertambah lagi.
ASUS OLED juga telah dilengkapi dengan teknologi anti-flicker yang dapat membuat mata tidak mudah lelah, serta telah mengantongi sertifikasi dari TÃœV Rheinland untuk teknologi anti-flicker dan low blue light.
Yup! Saya jadi semakin tertarik memiliki ASUS Vivobook Pro 14 OLED
(M3400) karena kemampuannya untuk menjaga kesehatan mata bukan
sekadar gimmick. Rasanya saya gak perlu ketar-ketir kalau Keke
sedang berlama-lama di depan laptop untuk mengerjakan tugas kuliah
atau mengedit foto bila pakai laptop ini.
Ditenagai oleh AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors
Kenapa, sih, menggunakan prosesor dengan performa sangat tinggi? Nah, saya blockquote dulu beberapa kalimat di postingan Mbak Rien, ya
“Hadir dengan ditenagai AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors yang memiliki full powerful performance core untuk multitasking bahkan video editing. Selain powerful, prosesor ini memberikan daya baterai lebih awet sehingga produktivitas harian semakin maksimal. Dilengkapi dengan kartu grafis integrasi AMD Radeon yang memberikan performa gaming yang tanpa lag. Produktivitas harian dimanapun dan kapanpun jadi maksimal dengan performa prosesor dan kartu grafis dari AMD ini.”
Semakin banyak aktivitas yang berkaitan dengan dunia digital.
Bahkan beberapa kegiatan menuntut proses kreatif dan produktivitas
tinggi. Salah satu contohnya adalah profesi content creator yang
jumlah semakin banyak.. Tentunya membutuhkan konten yang semakin
berkualitas agar mampu bersaing.
Bahkan tidak hanya yang bergerak di industri kreatif. Keke sebagai
mahasiswa ekonomi pun ternyata juga membutuhkan laptop yang mumpuni.
Laptop entry level dengan kemampuan basic aja ternyata gak cukup.
Sesuatu yang selama ini gak saya duga.
Jadi udah pasti butuh laptop dengan performa kencang. Laptop sekelas
gaming, lah. Biar bisa kerja multitasking. Gak pake nge-lag.
Sat set!
Memiliki Dimensi Bodi yang Ringkas, Tipis, dan Ringan
Hal lain yang membuat laptop ini membuat pengguna semakin produktif
adalah memiliki
touchpad dengan ukuran yang lebih luas serta keyboard ASUS
ErgoSense. Keyboardnya membuat pengguna merasa nyaman saat mengetik
karena hadir dengan jarak tombol, kedalaman tekan, serta stabilitas
yang telah dirancang khusus dan presisi.
Dibekali sistem audio khusus dengan teknologi AI Noise Cancelling. Teknologi yang mampu meredam suara bising di sekitar pengguna. Sehingga bisa lebih fokus ketika melakukan conference call atau online meeting.
Dibekali sistem audio khusus dengan teknologi AI Noise Cancelling. Teknologi yang mampu meredam suara bising di sekitar pengguna. Sehingga bisa lebih fokus ketika melakukan conference call atau online meeting.
Jadi, inget sama Nai yang sempat mengeluh karena agak kesulitan fokus
mengikuti Zoom ketika masih PJJ. Suara di luar terlalu bising. Ada
bocil-bocil yang pada main di luar. Belum lagi suara tukang jualan
yang lewat rumah. Kalau pakai laptop dengan teknologi AI Noise
Cancelling bakalan fokus nih belajarnya.
Ringan banget laptopnya!
Nah, keunggulan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yang gak boleh
dilewat adalah bodinya yang tipis dan ringan,. Cuma 1,4kg, uy! Saya
coba angkat denga satu tangan pun gak berasa berat. Ketebalan bodinya
hanya 18,9mm.
Itulah kenapa saya langsung teringat Keke ketika melihat laptop ini.
Gak akan menjadi beban kalau bawa laptop ini ke mana pun. Karena
ringan dan tipis. Dimasukkin ke ransel gak bakal menuh-menuhin. Gak
jadi semakin berat juga ranselnya.
Ya bayangin aja buku kuliahnya ada yang tebel banget. Terkadang dia
bawa kamera juga. Kalau harus bawa laptop yang berat bakal semakin
bertambah bebannya. Mana kadang-kadang dia ke kampus memilih naik
transportasi umum. Kasihan juga sih kalau bawaannya berat.
Di kampus Keke hampir semua tugas udah paperless. Tugas dikumpulin
online di situs kampus. Pernah sedang di commuter line, Keke
mengerjakan tugas pake hp kemudian dikirim. Sebetulnya lebih enak
mengerjakan tugas di laptop. Tapi, saat itu lagi di transportasi
umum.
Zaman sekarang kita bisa produktif di mana pun dan kapan pun. Gak
perlu khawatir bakal ribet cari colokan buat nge-charge kalau pakai
ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400). Laptop ini bisa mendukung aktivitas
lebih dari 8 jam untuk penggunaan normal berdasarkan pengujian PCMark
10 Battery pada mode Modern Office.
Sistem pendingin IceCool Plus terbaru ada di Vivobook Pro 14 OLED
(M3400). Ditenagai oleh dua kipas khusus berbahan Liquid Crystal Epoxy
Polymer (SCP). Mampu menghadirkan aliran udara 16% lebih baik. Kerja
akan tetap optimal meskipun laptop dipakai lama. Karena laptopnya gak
cepat panas dengan sistem pendingin ini.
Harga ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) Masih Terjangkau
Penasaran sama harganya? Ada 3 harga untuk ASUS Vivobook Pro 14 OLED
(M3400) yaitu
- Rp11.299.000,00 (Ryzen 5 / 8GB RAM / 512GB SSD)
- Rp11.799.000,00 (Ryzen 5 / 16GB RAM / 512 GB SSD)
- Rp12.799.000,00 (Ryzen 7 / 16GB RAM / 512GB SSD)
Menurut saya dengan 3 keunggulan utama yang dimiliki ASUS Vivobook
Pro 14 OLED (M3400), harganya masih terjangkau. Pengen banget bisa
beli laptop ini, minimal untuk Keke dulu, deh. Buat mendukung
aktivitas kuliah dan photographynya.
Tapi, karena baru aja bayar uang pangkal dan UKT, kayaknya harus
ditunda dulu. Soalnya lumayan banget jumlahnya. Makanya saya ikutan
lomba blog ASUS ini. Mudah-mudahan aja jadi rezeki untuk Keke.
Aamiin.
12 comments
Idaman bgt nih ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400), spek nya mumpuni dgn 3 keunggulan utama.
ReplyDeleteSoal salah jurusan ini memang banyak, Mbak. Misal banyak teman saya awalnya nembak jurusan A, terus kan ada jurusan cadangan. Eh, ternyata lulus jurusan cadangan. Ada juga yang memilih jurusan yang jarang diminati. Katanya asal masuk universitas negeri hehehe.
ReplyDeleteTapi kenyataannya, banyak memang orang yang bekerja tidak sesuai jurusan kuliahnya, tapi tetap enjoy.
Dan zaman now, memang aktivitas butuh laptop yang mumpuni, termasuk para mahasiswa. Dan saya juga mupeng laptop Asus ini hehehe.
Suka dengan warna laptop Asus ini, karena daku pun suka biru hehe.
ReplyDeleteApalagi dengan spek dan tenaga AMD yang bikin pekerjaan apapun dengan laptop ini makin simple
Pengalaman salah pilih jurusan ini juga pernah terjadi sama sepupu aq kak, dan belajar dari pengalaman itu makanya dari sekarang aq pesen sama anakq harus paham apa yang diminati jadi biar nggak salah pilih jurusan juga
ReplyDeleteduh pertama lihat ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) di Instagramnya Mbak Rien, langsung jatuh hati deh
ReplyDeletebirunya keren, speknya mumpuni, dan layar OLEDnya bakal bikin mata sejuk, karena berjam-jam blogging dan nonton drakor :D
Laptop ASUS series ini cakep banget ya Mbak, mana lagi makin canggih. Kutertarik beli juga soalnya laptop di rumah sudah waktunya diganti.
ReplyDeleteIya setuju mbak, bukan kita aja yang butuh dukungan untuk membuat konten positifbpakai Asus, anak-anak pun butuh dukungan untuk meraih cita-citanya.
ReplyDeletesaya juga anak ekonomi nih, jurusan akuntansi, hehehe. anak-anak kuliah sekarang, wajib banget punya laptop yaa beda dengan masa kuliah kita dulu, yang baru butuh laptop/komputer saat udah semester akhir mau nyusun tugas akhir
ReplyDeleteKeren banget ya Asus Vivobook Pro OLED ini.. Aku salut pada dukungan orangtua sepertimu mbak, bener-bener menuntun dan memberikan jalan anak jadi bisa memilih minatnya. Sukses terus buat Keke
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteSelagi positif, dukungan penuh dari orangtua serta doa-doa panjang selalu dilantunkan untuk ananda yaa..
Aku salut sama kak Chie yang akhirnya bisa memberikan masukan dan arahan agar ananda mantap memilih dan yakin bisa menjalani kuliah. Karena iya, kalau gak sesuai dengan keinginan, rasanya mau pindah jurusan tuh sayang waktu yang kebuangnya..
Semoga jalannya kak Keke bisa mendapatkan gadget terbaik, ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400).
Pengen banget punya laptop ASUS untuk menunjang kegiatan blog saya. Semoga ada rejeki untuk bisa beli laptop baru. ASUS memang impian semua blogger sepertinya.
ReplyDeleteBagi mahasiswa saat ini, laptop adalah kebutuhan utama untuk proses belajarnya ya mbak
ReplyDeleteTentu Keke akan semakin senang jika bisa belajar bersama laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini
Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^