Ngiiik ... Ngiiik ...
K'Aie: "Bun, denger gak ada yang aneh sama napas Nai?"
Chi: "Aneh gimana? Enggak, ah."
K'Aie: "Coba diem deh sebentar. Trus dengerin napasnya."
Ngiiik ... Ngiiik ... Kembali suara 'ngik' yang halus.
Chi: "Iya, sih. Kayak ada suara 'ngik' gitu. Tapi emang aneh, ya? Bukannya begitu kalau lagi pilek?"
K'Aie: "Enggak, ah. Kayaknya Keke kalau lagi pilek gak begitu napasnya. Jangan-jangan asma nih, Bun."
Chi: "Ah, masa? Anaknya lincah gitu, kok. Gak mungkin, ah!"
Chi coba menepis pendapat K'Aie. Dalam pikiran Chi saat itu, orang yang terkena asma kayaknya bakal berat banget napasnya sampai mau ngapain juga susah. Ya mungkin karena terpengaruh iklan atau tontonan lain yang ada adegan sakit asma, ya.
Tapi, Chi lihat Nai masih lincah aja meskipun sedang pilek. Memang sih terdengar suara 'ngik' tapi Chi masih berusaha gak menganggap itu asma. Ya mungkin ini penyangkalan Chi juga karena gak ingin jadi sedih. Ibu mana sih yang gak sedih kalau anaknya sakit?
[Silakan baca: Oksitosin si Hormon Cinta]
Biasanya kalau sekadar influenza, kami gak pernah bawa anak ke dokter. Apalagi selama anaknya masih aktif dan ceria. Ini juga atas saran dokter anak yang biasa menangani anak-anak kami. Katanya jangan terlalu mudah membawa anak ke dokter. *Ketika baru punya 1 anak dan saat itu Keke masih bayi, Chi pernah ditegur dokter karena anak sakit sedikit langsung dibawa ke dokter.
Ada beberapa langkah yang kami lakukan saat anak-anak terkena influenza, yaitu:
Tentunya Chi masih sangat berharap dugaan K'Aie salah. Tapi karena K'Aie juga punya tante yang mengidap asma, pastinya dia lebih mengerti ciri-ciri asma yang sedang kambuh daripada Chi. Akhirnya Chi pun setuju membawa Nai ke dokter tapi langsung ke spesialis asma anak.
Seminggu kemudian, kami kembali. Tetapi dokternya sedang ke luar kota. Kami diminta kembali 1 minggu lagi. Saat itu juga kami langsung memutuskan untuk konsultasi ke dokter anak yang biasa menangani kesehatan Keke dan Nai sejak mereka bayi.
Dokter anak langganan kami pun juga mengatakan kalau Nai terkena asma. Tapi kami tidak langsung diberikan banyak pantangan. Menurutnya pemicu asma bagi setiap penderita bisa berbeda-beda. Kami dipersilakan mencari tau sendiri. Bila belum ketemu juga, bisa dilakukan tes alergi.
Karena saat itu asma Nai sedang kambuh, dokter menyarankan untuk diterapi nebulizer selama 4x berturut-turut. Jadi selama 4 hari itu kami bolak-balik ke rumah sakit. Setiap kali selesai diterapi, bagian leher, punggung, dan dada Nai selalu dikasih Transpulmin oleh terapisnya sambil diberi sedikit pijatan ringan.
Ya, sejak itulah kami mulai mengenal Transpulmin. Nai terlihat nyaman setelah dikasih Transpulmin padahal kadang saat di terapi dia menangis. Sebetulnya diterapi nebulizer gak sakit, tapi Nai gak betah disuruh duduk manis selama beberapa saat. Padahal dia duduknya dipangku dan dipeluk sama Chi tapi tetep aja gak betah. Makanya suka nangis. Setelah dikasih Transpulmin baru deh dia tenang. Sepertinya Transpulmin memang bikin badannya menjadi hangat. Chi cium baunya pun enak. Perpaduan antara wangi kayu putih dan bunga chamomile.
K'Aie: "Bun, denger gak ada yang aneh sama napas Nai?"
Chi: "Aneh gimana? Enggak, ah."
K'Aie: "Coba diem deh sebentar. Trus dengerin napasnya."
Ngiiik ... Ngiiik ... Kembali suara 'ngik' yang halus.
Chi: "Iya, sih. Kayak ada suara 'ngik' gitu. Tapi emang aneh, ya? Bukannya begitu kalau lagi pilek?"
K'Aie: "Enggak, ah. Kayaknya Keke kalau lagi pilek gak begitu napasnya. Jangan-jangan asma nih, Bun."
Chi: "Ah, masa? Anaknya lincah gitu, kok. Gak mungkin, ah!"
Chi coba menepis pendapat K'Aie. Dalam pikiran Chi saat itu, orang yang terkena asma kayaknya bakal berat banget napasnya sampai mau ngapain juga susah. Ya mungkin karena terpengaruh iklan atau tontonan lain yang ada adegan sakit asma, ya.
Tapi, Chi lihat Nai masih lincah aja meskipun sedang pilek. Memang sih terdengar suara 'ngik' tapi Chi masih berusaha gak menganggap itu asma. Ya mungkin ini penyangkalan Chi juga karena gak ingin jadi sedih. Ibu mana sih yang gak sedih kalau anaknya sakit?
[Silakan baca: Oksitosin si Hormon Cinta]
Biasanya kalau sekadar influenza, kami gak pernah bawa anak ke dokter. Apalagi selama anaknya masih aktif dan ceria. Ini juga atas saran dokter anak yang biasa menangani anak-anak kami. Katanya jangan terlalu mudah membawa anak ke dokter. *Ketika baru punya 1 anak dan saat itu Keke masih bayi, Chi pernah ditegur dokter karena anak sakit sedikit langsung dibawa ke dokter.
Influenza (batuk, pilek, demam, hidung tersumbat, dan sebagainya) adalah hal yang biasa dialami bayi dan anak di bawah 2 tahun. Daya tahan tubuhnya kan belum sekuat anak di atas 2 tahun. Begitu penjelasan dokter anak kami. Sehingga kami pun belajar untuk tidak mudah panik ketika anak terkena influenza.
Ada beberapa langkah yang kami lakukan saat anak-anak terkena influenza, yaitu:
- Pastikan asupan cairan cukup. Kalau masih bayi, tentu saja harus memastikan asupan ASI cukup.
- Berjemur pada saat pagi hari. Sinar matahari pagi tidak hanya untuk kesehatan kulit dan menguatkan tulang, tapi juga bagus untuk anak yang sedang terkena influenza
- Bersihkan lubang hidung dari cairan yang mengeras. Ketika masih bayi, tentunya mereka tidak bisa membersihkan hidung sendiri. Dan kalau sudah mampat, bikin anak-anak rewel. Biasanya, Chi bersihkan dengan kapas yang sudah dikasih air hangat. Ini juga atas saran dokter kami yang melarang diberikan obat apapun ke hidung anak-anak.
Tentunya Chi masih sangat berharap dugaan K'Aie salah. Tapi karena K'Aie juga punya tante yang mengidap asma, pastinya dia lebih mengerti ciri-ciri asma yang sedang kambuh daripada Chi. Akhirnya Chi pun setuju membawa Nai ke dokter tapi langsung ke spesialis asma anak.
Waktu itu, Nai tidak ada gejala yang harus diwaspadai seperti ini.
Tetapi karena curiga dengan bunyi napasnya yang tidak biasa saat
influenza, makanya kami memutuskan untuk ke dokter
Seminggu kemudian, kami kembali. Tetapi dokternya sedang ke luar kota. Kami diminta kembali 1 minggu lagi. Saat itu juga kami langsung memutuskan untuk konsultasi ke dokter anak yang biasa menangani kesehatan Keke dan Nai sejak mereka bayi.
Dokter anak langganan kami pun juga mengatakan kalau Nai terkena asma. Tapi kami tidak langsung diberikan banyak pantangan. Menurutnya pemicu asma bagi setiap penderita bisa berbeda-beda. Kami dipersilakan mencari tau sendiri. Bila belum ketemu juga, bisa dilakukan tes alergi.
Bersepeda menjadi salah satu aktivitas favorit Nai setiap
hari
Nai juga suka sekali berenang
Keke dan Nai juga suka mandi hujan kalau lagi sehat. Tetapi bila
usai mandi hujan terkena influenza, gak usah panik. Salah satu
caranya adalah mengoleskan beberapa bagian tubuh mereka dengan
Transpulmin
Sudah sekitar 2,5 tahun ini Nai ikut taekwondo. Kami mewajibkan
Keke dan Nai ikut olahraga ini *Ini difoto untuk buku tahunan,
makanya pakai kaos kaki. Kalau latihan beneran sih gak pakai alas
kaki sama sekali.
Karena saat itu asma Nai sedang kambuh, dokter menyarankan untuk diterapi nebulizer selama 4x berturut-turut. Jadi selama 4 hari itu kami bolak-balik ke rumah sakit. Setiap kali selesai diterapi, bagian leher, punggung, dan dada Nai selalu dikasih Transpulmin oleh terapisnya sambil diberi sedikit pijatan ringan.
Ya, sejak itulah kami mulai mengenal Transpulmin. Nai terlihat nyaman setelah dikasih Transpulmin padahal kadang saat di terapi dia menangis. Sebetulnya diterapi nebulizer gak sakit, tapi Nai gak betah disuruh duduk manis selama beberapa saat. Padahal dia duduknya dipangku dan dipeluk sama Chi tapi tetep aja gak betah. Makanya suka nangis. Setelah dikasih Transpulmin baru deh dia tenang. Sepertinya Transpulmin memang bikin badannya menjadi hangat. Chi cium baunya pun enak. Perpaduan antara wangi kayu putih dan bunga chamomile.
Transpulmin BB
Pelukan ibu terhadap anak memiliki banyak sekali manfaat. Dari mulai
memberikan rasa tenang dan nyaman. Mempererat bonding antara ibu dan
anak. Hingga dianggap mampu membuat tumbuh kembang anak menjadi lebih
baik dan meningkatkan kecerdasan.
Pelukan ibu memang bisa menentramkan dan membantu anak supaya lekas sembuh. Tetapi gak ada salahnya juga bila anak diberikan obat atau hal lainnya bila dirasa perlu. Tentu saja atas persetujuan dokter. Jangan kasih anak sembarang obat. Bahkan sekadar memberikan balsem pada anak yang terkena influenza pun Chi tunggu saran dari dokter dulu.
Meskipun saat influenza, Keke ataupun Nai cenderung tidak rewel dan tetap aktif tetapi ketika tidur terlihat agak gelisah. Ya itu karena pernapasannya terganggu. Biasanya Chi peluk mereka kalau sudah mulai gelisah. Cukup efektif menurunkan kegelisahan anak-anak karena mereka menjadi lebih hangat dalam pelukan.
Meskipun pelukan sudah membuat anak-anak bisa beristirahat lebih
tenang saat influenza tetapi setelah mengenal Transpulmin BB, Chi
mulai memberikannya terutama menjelang waktu tidur. Dioleskan sambil
diberikan sedikit pijatan ke dada, punggung, dan leher. Transpulmin BB
berbentuk cream yang mudah menyerap ke kulit, tidak lengket, dan tidak
berminyak. Dalam sehari bisa digunakan sebanyak 2-4 kali. Transpulmin
tidak hanya menghangat tubuh tetapi wanginya juga bikin rileks.
Biasanya tidur Keke atau Nai menjadi semakin nyenyak setelah dioleskan
Transpulmin.
Memang penting banget membuat anak-anak tetap tidur dengan nyenyak. Karena yang bikin mereka menjadi rewel saat influenza bukan hanya karena pernapasannya terganggu atau batuk yang terus-menerus. Tetapi kurang beristirahat bikin mereka menjadi lemas, padahal bayi atau anak-anak biasanya kan gak mau diam. Akhirnya mereka rewel. Mau main tapi ngantuk. Giliran tidur malah gak nyenyak. Chi pun ikutan menjadi kurang fit badannya kalau anak-anak rewel saat sakit.
Pelukan yang dibutuhkan tentu bukan yang asal-asalan. Tetapi berikan pelukan hangat yang penuh kasih sayang. Pelukan hangat seorang ibu juga dianggap bisa menjadi obat alami bagi anak yang sedang sakit, lho.
Pelukan ibu memang bisa menentramkan dan membantu anak supaya lekas sembuh. Tetapi gak ada salahnya juga bila anak diberikan obat atau hal lainnya bila dirasa perlu. Tentu saja atas persetujuan dokter. Jangan kasih anak sembarang obat. Bahkan sekadar memberikan balsem pada anak yang terkena influenza pun Chi tunggu saran dari dokter dulu.
Meskipun saat influenza, Keke ataupun Nai cenderung tidak rewel dan tetap aktif tetapi ketika tidur terlihat agak gelisah. Ya itu karena pernapasannya terganggu. Biasanya Chi peluk mereka kalau sudah mulai gelisah. Cukup efektif menurunkan kegelisahan anak-anak karena mereka menjadi lebih hangat dalam pelukan.
Memang penting banget membuat anak-anak tetap tidur dengan nyenyak. Karena yang bikin mereka menjadi rewel saat influenza bukan hanya karena pernapasannya terganggu atau batuk yang terus-menerus. Tetapi kurang beristirahat bikin mereka menjadi lemas, padahal bayi atau anak-anak biasanya kan gak mau diam. Akhirnya mereka rewel. Mau main tapi ngantuk. Giliran tidur malah gak nyenyak. Chi pun ikutan menjadi kurang fit badannya kalau anak-anak rewel saat sakit.
Transpulmin Family Balsam
Yang juga Chi suka dari Transpulmin adalah begitu dibuka untuk pertama kalinya, isinya tidak langsung luber kemana-mana. Seringkali kalau ngebolongin salep, cream, atau apapun yang dikemas dalam tube suka langsung luber isinya. Bikin sebel jadinya karena jadi ada yang terbuang isinya. Nah, kalau Transpulmin tidak seperti itu.
Tidak hanya Keke dan Nai yang bisa memakai Transpulmin. Chi pun memakainya ketika sedang influenza. Ya karena Transpulmin kan balsam keluarga. Biasanya Chi oleh ke leher setelah itu ditutup dengan syal. Rasanya hangat sehingga mengurangi frekuensi batuk dan wanginya bikin rileks.
Sejak mengenal Transpulmin, balsam ini selalu jadi salah satu peroduk yang wajib ada di kotak obat. Selalu dibawa ke manapun termasuk saat liburan. Kan kita gak pernah tau ya kapan anak-anak terkena influenza. Apalagi anak-anak punya riwayat alergi. Keke meskipun gak asma tapi kalau alerginya kumat juga suka jadi pilek gitu. Jadi supaya mereka tetap nyaman beraktivitas dan bisa tidur dengan nyenyak saat influenza, maka balsam harus terus ada. Kualitas tidur anak yang kurang baik saat sakit tidak hanya membuat anak semakin rewel, tetapi ibu pun ikutan lemas karena kurang istirahat.
Nai saat caving di Goa Jomblang
Nah, kalau begini ketahuan kan anak-anak aktifnya menurun dari
siapa? Bundanya cuma bagian motoin aja 😂
Nai menikmati golden sunrise Sikunir setelah sehari sebelumnya
menikmati indahnya puncak gunung Prau
Benar apa yang dikatakan dokter anak-anak kami, bahwa tidak perlu khawatir kalau asma akan menghambat aktivitas. Yang penting dikelola dengan baik supaya jarang atau tidak kambuh lagi. Dan hingga saat ini pun asma Nai belum pernah kambuh. Paling sekadar influenza biasa. Tinggal banyakin asupan cairan dan oles Transpulmin di beberapa bagian tubuh, beres deh.
Sekarang udah gak panik dan khawatir lagi. Transpulmin pun siap sedia membantu memberikan kehangatan. Mudah pula mendapatkannya. Di apotik biasanya tersedia. Semoga sehat selalu, ya.
12 comments
Bubuky kalo lagi flu sering aku kasih ini,tidurnya anteng
ReplyDeleteKarena bikin badan jadi hangat setelah pakai Transpulmin
Deletekalau anak sakit emang bikin khawatir y mba untung uda nemu solusinya Transpulmin mesti ready stock dirumah :)
ReplyDeleteiya, harus distok
DeleteWaktu Thifa bayi flu, dokter anaknya juga hanya menyarankan kasih transpulmin, gaperlu obat dulu katanya.
ReplyDeletesama berarti sarannya, ya
DeleteTranspulmin ini memang harus selalu sedia ya di rumah mba
ReplyDeleteiya, Lis :)
Deleteanak2 aktif kudu dibekalin Transpulmin biar tetep setrooongg
ReplyDelete--bukanbocahbiasa(dot)com--
hehehe ... Biar kalau sampe terkena batpil, aktivitasnya tetap nyaman karena badannya tetap hangat :)
DeleteSeru banget mbak kegiatan anak - anak, Aku paling banter ngajak io berenang. Hehhee dan emang Transpulmin ini bantu banget buat ngangetin badan
ReplyDeleteIya, biar mereka gak main gadget melulu :)
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^