Chi rasanya langsung 'alergi' ketika mendengar kata alergi. Tentu, ini bukan alergi beneran yang ketika mendengar kata alergi langsung ada gangguan ke kulit, pernapasan, dan lainnya.
Sejak kecil, Chi sudah sangat akrab dengan alergi. Rasanya sudah tidak terhitung lagi berapa kali ke dokter kulit untuk cek alergi ketika sedang menyerang. Chi alergi dengan debu rumah, manifestasinya ke kulit. Walaupun sudah tidak sesering dulu kambuhnya, tapi tetep aja kalau alergi lagi menyerang bawaannya stress banget.
Ketika kecil, Nai beberapa kali terkena asma. Udah beberapa kali dibawa ke dokter anak, semuanya bilang kalau Nai terkena alergi. Saat itu sedih rasanya melihat Nai yang pernapasannya terganggu dan berbunyi 'ngik' 'ngik'.
Sekarang Nai udah gak kambuh lagi asmanya. Tapi, giliran Keke yang terkena alergi. Setiap malam pagi, Keke bersin nyaris tanpa henti. Kadang menjelang malam hari, dia mulai terlihat pilek. Pilek yang gak kunjung sembuh ini sering membuat Keke jadi gampang emosi. Hiks!
Kalau memang alergi ada kaitannya dengan genetik, lalu Nai yang asma dan Keke yang rhinitis setiap pagi itu menurun dari siapa? Chi memang alergi tapi ke kulit manifestasinya.Bisakah alergi disembuhkan?
Seberapa besar pengaruh alergi terhadap tumbuh kembang anak?
Apakah makanan adalah sesuatu yang berbahaya? Kalau tidak, kok bisa ada yang namanya alergi terhadap makanan tertentu?
dr. Sri Lestari, SpA
Berbagai pertanyaan di atas, mulai terjawab ketika Chi datang untuk coaching clinic di KALCare Lotte Shopping Avenue (11/4).Bertemu dengan dr. Sri Lestari SpA sebagari narasumber Chi hari itu. Dan, Chi menanyakan banyak hal seputar alergi.
Menurut dr. Sri Lestari SpA, sebagian besar alergi itu karena faktor genetik. Bila salah satu orang tuanya alergi, kemungkinan anaknya pun alergi. Apabila kedua orang tuanya alergi, kemungkinan anak terkena alergi semakin besar. Orang tua tidak alergi, anak bisa terkena alergi kalau kakek atau neneknya ada alergi. Bahkan sekitar 20% terjadi kasus alergi bukan karena faktor genetik tapi faktor lain seperti cuaca dan lain sebagainya.
Orang tua yang alergi lalu menurunkan alerginya kepada anak, manifestasinya tidak selalu harus sama. Misalnya, Chi alergi sama debu dan manifestasinya ke kulit (dermatitis). Ternyata Keke dan Nai pun sama-sama alergi debu tapi manifestasinya berbeda-beda. Kalau Nai ketika alergi menyerang maka saluran pernapasannya yang terganggu (Asma). Keke pun sama dengan Nai tapi Rhinitis dimana hampir setiap pagi dia bersin tanpa henti. Terkadang dibarengi dengan pilek bahkan ada kalanya dimulai sejak malam hari. Manifestasi memang bisa berbeda-beda karena tergantung dimana letak kelemahan dari setiap orang.
Kalau Nai beberapa kali terkena Asma saat masih bayi. Sedangkan Keke justru baru beberapa bulan terakhir ini terkena Rihinitis. Menurut dr. Sri Lestari SpA itu namanya Allergic March. Manifestasinya bisa berbeda-beda mengikuti perbedaan usia organ tubuh. Jadi, bukan berarti alerginya sembuh hanya saja manifestasinya yang berubah.
Allergic March adalah perjalanan alamiah dari manifestasi alergi mengikuti tahap perkembangan usia organ tubuh.
Untuk mencegah anak terkena alergi sebaiknya dilakukan sejak hamil. Jauhkan ibu hamil dari asap rokok, meskipun ibu bukan seorang perokok. Asap rokok akan merangsang pernapasan bayi sejak masih dalam kandungan.
Pemberian ASI eksklusif juga dianggap bisa membantu mencegah resiko alergi. Susu formula juga sebaiknya tidak diberikan pada bayi usia 6 bulan ke bawah karena bisa merangsang alergi.
Dijauhkan dari asap rokok, sudah. ASI Eksklusif pun sudah. Tetapi kenapa justru terkena alergi saat anak beranjak besar. Bisa jadi saat anak bertambah besar, rangsangan mulai datang dari mana saja.
Alergi yang paling banyak terjadi pada bayi dan balita adalah alergi susu sapi. Manifestasinya bisa bermacam-macam. Ada yang ke kulit, diare, muntah-muntah, konstipasi, dan lainnya. Alergi susu sapi sifatnya toleran. Seharusnya bila sudah di atas 6 tahun anak tidak lagi alergi terhadap susu sapi. Bakat alerginya tidak hilang, tetapi berpindah menjadi alergi telur, seafood, atau lainnya.
Diare, gumoh, konstipasi, gatal-gatal, atau lainnya bukan selalu berarti alergi. Bisa jadi karena makanan yang dimakan sudah tidak bagus kualitasnya. Untuk mengetahui apakah alergi atau tidak bisa dilakukan dengan cara berikut:
- Berulang - Bila makan yang sesuatu, misalnya telur terjadi reaksi yang tidak baik di tubuh maka langsung hentikan. Ketika tidak makan, tidak terjadi apa-apa. Lalu mulai makan telur lagi dan kembali terjadi reaksi yang tidak baik.
- Cek riwayat alergi di keluarga - faktor terbesar terkena alergi adalah genetik
- Periksa ke dokter - Ya, sebaiknya memang tidak menerka-nerka atau hanya membaca berbagai pendapat di social media. Periksalah ke dokter. Apalagi kalau sudah mengalami syok anafilaktik. Contoh kasus adalah makan kacang atau makan makanan yang mengandung kacang langsung pingsan
KALCare yang nyaman dan ramah anak
Dokter 1, "Dilarang makan A, B, C .... Z. Jauhkan dari A, B, C, ....
Z"
Dokter 2, "Coba dicari satu per satu dulu sendiri penyebab alerginya.
Karena kalau tes alergi selain prosesnya panjang, biayanya juga
mahal."
Beberapa tahun lalu, 2 dokter memberikan saran yang berbeda walaupun sama-sama menyatakan kalau Nai terkena Asma Alergi. Trus, apa yang kami lakukan? Kami memilih saran dari dokter kedua. Sarannya lebih mudah diikuti. Lagipula yang dilarang oleh dokter pertama adalah makanan dan mainan favorit Nai semuanya *ups!* :D
Setelah satu per satu dicari penyebabnya, ternyata debu rumah yang menjadi pemicu Asma. Beberapa tahun kemudian, Chi kembali menanyakan hal ini saat coaching clinic. Khususnya tentang proses dan pembiayaan.
Proses alergi hanya untuk menentukan makanan atau benda apa saja yang kemungkinan bisa merangsang timbulnya alergi. Setelah itu, lanjut ke tes challenge. Semua makanan atau sesuatu yang dianggap bisa merangsang timbulnya alergi harus di tes satu per satu hingga kemudian ketahuan mana yang menimbulkan alergi. Prosesnya bisa sangat panjang. Dan akhirnya berimbas kepada biaya yang menjadi mahal.
Chi juga menanyakan tentang alergi Nai dimana dulu dia beberapa kali terkena asma tetapi sekarang seperti menghilang. Menurut dr Sri Lestari kalau alergi tidak hilang. Tetapi kemungkinan sedang tenang. Apabila terus dirangsang, kemungkinan saat manula maka asmanya akan kambuh lagi *Hmmm ... ini persis seperti yang dokter anak kami bilang. Dan, disarankan untuk terus menjaga kesehatan supaya tidak kambuh lagi.*
Alergi memang tidak bisa disembuhkan. Tetapi bisa dikelola dengan baik supaya tidak kambuh lagi. Berenang sangat baik bagi pernapasan. Tetapi semua olah raga itu baik. Sehingga yang penting anak rutin bergerak agar badannya selalu bugar.
Problema anak-anak zaman sekarang selain kurang bergerak juga kurang asupan vitamin D. Tentu saja bukan vitamin yang berupa suplemen. Tetapi vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Vitamin D terbanyak dan terbaik adalah di atas pukul 10.00 pagi. Tetapi dnegan alasan tersendiri, terkadang dokter kulit melarang untuk berpanas-panasan di atas pukul 10.00. Jadi, gak masalah juga kalau berjemur di bawah pukul 10.00. Vitamin D-nya tetap dapat.
Alergi pada anak bila tidak dikelola bisa mengganggu tumbuh kembang. Anak jadi sering sakit-sakitan. Misalnya anak yang sering Rhinitis. Bila tidak segera ditangani yang awalnya bersin-bersin menjadi mampet hidungnya, tidurnya pun mengorok. Kalau sudah mengorok, maka asupan oksigen berkurang. Akhirnya, anak menjadi kurang konsentrasi belajar dan kemudian malas sekolah. *Iya, sih, akhir-akhir ini Keke jadi agak sering marah karena merasa kurang istirahat gara-gara susah napas.*
Ketika hadir di seminar parenting #SiapCerdaskanBangsa yang diselenggarakan Morinaga, Chi sempat bertanya langsung tentang manifestasi alergi kepada Dr. dr. Anang Endaryanto, SpA(K), konsultan ahli alergi imunologi. Menurut Dr. Anang, Chi sedikit lebih beruntung dibandingkan Keke dan Nai karena maifestasinya ke kulit. Alergi yang manfestasi ke saluran pernapasan harus lebih diwaspadai karena pernapasan adalah salah satu fungsi vital manusia. Sehingga sebaiknya harus sangat dikelola dengan baik agar tidka mengganggu tumbuh kembang anak.
Jadi, apabila ditemukan gejala alergi pada anak, maka pastikan alergi tidak menghambat potensi si Kecil. Caranya dengan tau cara mengelolanya. Agar tumbuh kembang anak optimal. Menjadikan generasi platinum dengan kecerdasan multitalenta.
Walaupun Chi sudah 'akrab' dengan alergi sejak keci ternyata tidak membuat pengetahuan tentang alergi sudah cukup. Ilmu kedokteran kan terus berkembang. Meskipun Chi bukan dokter, gak ada salahnya untuk terus update pengetahuan dasar. Setidaknya demi kesehatan diri sendiri dan keluarga.
Chi beberapa kali membaca artikel kalau anak yang dilahirkan melalui operasi caesar, resiko terkena alergi akan lebih besar dibandingkan normal. Masalahnya setiap kali konsultasi ke dokter anak, mereka gak pernah tanya dulu anak-anak lahirnya normal apa caesar?
Bahkan yang baru-baru ini juga Chi baca info di social media katanya hati ayam/sapi itu gak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan bayi (MPASI). Alasannya hati adalah tempat berkumpulnya segalam macam racun. Jadi hati ayam/sapi dilarang untuk dikonsumsi.
Whaaatt??!! Kami penggemar hati ayam/sapi, nih. Apalagi kalau lebaran. Kayaknya gak komplit kalau gak ada sambal goreng hati sapi atau sayur kacang yang pakai hati ayam *langsung baper baca artikelnya*
Penasaran banget jadinya. Biasanya, Chi suka cari tau ke orang yang memang ahli di bidangnya daripada langsung percaya begitu aja. Salah satunya dengan mengikuti hospital parenting seminar. Untungnya, selama World Allergy Week, Morinaga melalui website http://www.cekalergi.com/AllergyWeek mengajak para Bunda dan Ayah untuk live chat di beberapa waktu yang telah ditentukan. Orang tua bisa bebas bertanya apapun tentang alergi anak. Daripada terus penasaran dan menerka-nerka sendiri, Chi mending tanya langsung ke ahlinya lewat chat.
Syukurlah, ternyata menurut dr. Atika proses kelahiran tidak ada
kaitannya dengan alergi *Keke dan Nai dilahirkan secara operasi caesar*.
Dan, seneng banget karena hati ayam/sapi boleh dikonsumsi karena sebagai
salah satu sumber zat besi. Yeeaayy! Bisa tetep bikin sambal goreng
hati, deh! Lega ... lega ... :)
Beberapa tahun lalu, saat Keke masih batita, pernah terkena diare cukup
berat hingga badannya menjadi sangat kurus. Oleh dokter anak sempat
disarankan untuk stop susu formula (bila Keke minum sufor), kecuali
kalau susu formulanya mengandung prebiotik dan probiotik.
Dari kejadian itu, Chi jadi tau kalau prebiotik dan probiotik bagus
buat menjaga pencernaan anak. Semacam pertahanan tubuh ganda bila tubuh
mrngkonsumsi prebiotik dan probitik yang biasanya terdapat di susu
formula. Karena pencernaan bayi dan anak-anak kan biasanya masih
sensitif.
Masalahnya, ada juga anak-anak yang alergi terhadap susu sapi. Ya,
walaupun menurut dr. Sri Lestari kalau alergi susu sapi itu sifatnya
temporer, tapi bukan berarti anak tidak bisa dikasih susu sama sekali.
Salah satu alternatifnya adalah, Moricare+ Prodiges memiliki susu soya.
Orang tua tidak perlu khawatir dengan kandungan gizi dari Morinaga Soya
karena tidak kalah gizinya dengan susu sapi.
Selain itu ada juga susu protein hidrolisat parsial (P-HP), merupakan
susu yang dirancang khusus untuk mengatasi kemungkinan alergi pada anak.
Susu Morinaga P-HP ini merupakan susu sapi tetapi mengalami proses
hidrolisis sehingga protein-protein utuh dalam susu sapi terurai menjadi
partikel-partikel kecil dan bersifat kurang alergenik.
Untuk lebih tau secara lengkap apa saja produk susu Moricare+ Prodiges
adalah sebagai berikut:
KALBE Nutritionals bekerja sama dengan Morinaga Nutrition Research Center Jepang menyajikan rangkaian produk Morinaga, yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dan mendukung tumbuh kembang Si Kecil secara optimal. Rangkaian produk Morinaga terdiri dari:
1. Morinaga Soya
Morinaga Chil Kid Soya (1-3 tahun) dan Morinaga Chil School Soya (3-12 tahun) merupakan susu pertumbuhan bergizi berbahan dasar isolat protein kedelai tanpa penambahan laktosa, untuk mengatasi gejala alergi susu sapi pada anak yang sudah didiagnosis alergi susu sapi.
2. Morinaga P-HP
Morinaga Chil Kid P-HP merupakan susu pertumbuhan bergizi untuk anak usia 1-3 tahun yang dapat mengurangi risiko alergi bagi anak yang berbakat alergi. Morinaga Chil Kid P-HP mengandung protein susu sapi yang telah diolah secara enzimatik, sehingga lebih mudah dicerna dan mengurangi reaksi hipersensitivitas serta risiko alergi bagi anak yang memiliki riwayat alergi.
3. Morinaga Platinum
Morinaga Chil Kid Platinum (1-3 tahun) dan Morinaga Chil School Platinum (3-12 tahun) merupakan susu pertumbuhan yang hadir dengan sinergi nutrisi tepat Moricare+ Prodiges, dilengkapi dengan Faktor Kecerdasan Multitalenta yang mengoptimalkan penyimpanan memori, berpikir, berbicara, dan gerakan sadar; Faktor Kekebalan Tubuh Ganda yang meningkatkan daya tahan tubuh anak sehingga tidak mudah sakit; serta Faktor Tumbuh Kembang Optimal yang membantu untuk menjaga kepadatan tulang dan gigi.
4. Morinaga Gold
Morinaga Gold terdiri dari Morinaga Chil Kid Gold (1-3 tahun) dan Morinaga Chil School Gold (4-12 tahun). Kandungan nutrisinya terdiri dari kolin, asam lemak esensial AAL, zat besi, prebiotik laktulosa, laktoferin, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E, sehingga dapat mengoptimalkan kecerdasan Si Kecil sekaligus meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
Sumber: http://www.cekalergi.com/Mobile/home/articledetail/alergi-bukan-penghalang-si-kecil-tetap-aktif
World Allergy Week merupakan program tahunan inisiasi World Allergy Organization (WAO) dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai alergi dan penyakit lainnya yang terkait, serta menggagas pelatihan dan sumber daya untuk melakukan diagnosa dan tindakan pencegahan.Kenapa harus ada sosialisasi tentang Allergy Week?
Alergi memang belum bisa disembuhkan, tapi bisa dikelola. Walaupun begitu berdasarkan International Study of Asthma and Allergies in Childhood, prevalensi alergi anak di negara Asia Pasifik seperti Indonesia, terus meningkat.
Nah, masalahnya ada masih banyak orang tua yang belum tau apa itu alergi? Atau bagaimana mengontrol alergi agar jangan menyerang kembali. Bahkan ada juga yang salah kaprah. Seperti kata Dr. dr. Anang Endaryanto, SpA(K), masih banyak orang tua yang minta anaknya ditingkatnya kekebalan tubuhnya karena berulang kali sakit. Padahal alergi justru karena tubuh kelebihan kekebalan tubuh. Akhirnya terlalu aktif bekerja sehingga sesua yang baik pun ikut diserang alias terlalu tinggi sensitivitasnya.
Seperti contohnya telur, udang, tepung, dan lain sebagainya. Atau bulu kucing, debu rumah, dan lainnya bukanlah benda jahat yang masuk ke dalam tubuh. Orang yang tidak memiliki alergi, tidka akan mengalami masalah apapun ketika benda-benda tersebut masuk. Tetapi bagi yang alergi, sensitivtas tubuhnya terlalu tinggi sehingga ketika benda-benda tersebut masuk tubuh maka alergi pun timbul (Silakan baca juga postingan Chi yang berjudul: "Nutrisi dan Stimulasi yang Tepat untuk Mendukung Gerakan #SiapCerdaskanBangsa")
Berkaitan dengan World Allergy Week, Morinaga lalu menggagas kampanye "Semua Berasal Dari Ingin Tahu". Berasal dari rasa ingin tau tentang alergi, khususnya mengenai alergi pada anak, dan mencari informasi ke tempat yang tepat, diharapkan setelah itu orang tua akan mampu mencegah serta mengatasi alergi sejak dini. Kemudian setelah ketiganya dilakukan, orang tua juga akan sebar informasi yang diketahuinya akan semakin banyak yang tau tentang apa dan kenapa alergi.
Alergi gak bisa langsung ditentukan. Misalnya, baru sekali makan udang trus kulitnya gatal langsung menganggap alergi. Padahal bisa jadi karena udangnya yang tidak segar. Harus dicoba beberapa kali. Apabila terus mengalami gejala sama, kemungkinan besar itu alergi. Kalau suda seperti itu, pemicu alergi harus dihindari termasuk turunannya.
Anak yang menderita alergi bisa tetap berprestasi?
Bisa, dong. Walaupun Keke dan Nai ada alergi, tapi Chi gak pernah memperlakukan mereka yang over protektif. Segala dilarang atau segala dijaga. Kan, udah tau pemicunya apa yaitu debu rumah. Jadi dihindari aja pemicunya. Setelah pemicunya dihindari, Keke dan Nai harus tetap beraktivitas seperti biasa. Pokoknya walaupun mereka ada bakat alergi, tapi harus tetap diusahakan sebaik mungkin agar tumbuh kembang mereka optimal.
Buat Chi, anak-anak bisa terus sehat dan beraktivitas normal aja itu udah prestasi awal buat mereka. Ya, kalau mereka sehat, pastinya beraktivitas pun akan dilakukan dengan senang hati. Kalau hati sudah senang, aktivitas lancar, prestasi pun bisa di tuai.
Nilai akademik Keke dan Nai, sejauh ini sangat baik. Sekarang Keke sedang bersiap menghadapi Ujian Sekolah. Semoga dilancarkan, aamiin. Keke dan Nai pun termasuk anak yang cukup aktif. Di bawah ini adalah beberapa aktivitas mereka. Walaupun manifestasi alergi Keke dan Nai ke pernapasan, tetapi aktivitas seperti ini tidak menghalangi mereka. Alhamdulillah.
Sempat rutin ikut les berenang seminggu sekali.
Walaupun tidak meraih medali emas, tetapi medali perak pun tetap sebuah prestasi yang membanggakan
Caving di Goa Grubug. Turun ke kedalaman 90 meter
Mendaki Gunung Gede. Stamina mereka kuat. Alhamdulillah
Walaupun sudah tidak les berenang, aktivitas rutin harus tetap
dilakukan. Bisa olahraga dengan sepeda atau lari.
Anak yang berbakat alergi, tetap bisa berprestasi.
Anak yang berbakat alergi, tetap berhak memiliki cita-cita tinggi
14 comments
beberapa bulan lagi baby kaizu MPASI,aku baru tahu yang hati nggak boleh buat MPASI mak..makasih info dan sharingnya^^
ReplyDeleteboleh. Yang bilang gak boleh itu, waktu saya baca di dunia maya. Makanya setelah itu saya langsung bertanya ke ahlinya. Ternyata boleh, kok. Malah bagus buat asupan zat besi :)
Deletesaya alergi dingin Mba, setiap kali kedinginan badan saya gatal-gatal dan muncul bentol-bentol merah. kalo suami alergi telur, setiap kali makan telur pasti langsung bisulan sedangkan anak saya alergi debu dan asap :(
ReplyDeleteberarrti gak bisa liburan ke tempat dingin, dong? Kalau sudah alergi, pemicunya harus dihindari, ya :)
Deletekemungkinana alergi di anak-anak tergantung orang tua juga ya tapi ga k usah khawatir lah jaman skr ya
ReplyDeletegenetik memang snagat mempengaruhi, Lid. Gak perlu khawatir karena sekarang informasi bisa lebih mudah di dapat. Tapi harus diilih-pilih juga. Yang terpenting kalau udah ada alergi, sebaiknya dikelola agar jangan kambuh lagi
DeleteTerima kasih mbak sharingnya, saya sih gak da alergi, mudah2an anak sy juga enggak,tapi kulitnya sensitif.
ReplyDeletesensitif kenapa, Mbak?
DeleteSaya alergi dingin, mudah2n nanti klo dah punya anak, anaknya sehat gak ada alergi ya mbak, bingung klo ada alergi hehe
ReplyDeleteaamiin. Kalau sampai alergi juga, harus dikelola supaya jangan kambuh, Mel
Deletekadang hal sepele yaa alergi tuh, tapi dampaknya luar biasa ke tubuh kita. persis seperti Olive yg dari kecil alergi debu dari boneka2 gede (sampe tak wariskan ntu boneka2 gede).
ReplyDeleteJadi emak2nya tetep kudu jeli yaa untuk antisipasi :D
harus banget, Teh. Biar orang tua biasa antisipasi supaya anak gak kambuh alerginya
Deleteitu yang penting, tau penyebabnya lalu dicegah, dan sebarkan informasi bermanfaat ini kepada yang lain :). Thanks for sharing it..
ReplyDeletesama-sama, Mbak :)
DeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^