Konsisten
Konsisten adalah 3K yang kedua. Chi percaya kalau konsisten ini merupakan bagian dari suksesnya sebuah pola asuh. Karena dalam hal pola asuh itu gak ada yang instan. Semua butuh proses yang kadang bisa panjang. Tapi bisa juga memakan waktu cuma sedikit.
Anak menolak makan bayam? Jangan langsung dijudge kalau dia gak suka bayam. Bisa jadi karena lidahnya belum terbiasa. Butuh dibiasakan secara perlahan. Kadang juga butuh kreativitras dari ibu supaya anaknya mau makan bayam. Contohnya Keke dan Nai juga dulu selalu menolak untuk makan baya. Chi coba hancurin bayakmnya, tetep aja gak mau makan. Padahal perasaan sih bayam sayur bayam yang Chi masak itu enak. Akhirnya, Chi coba bikin perkedel bayam. Bayam diblender lalu dicampur ke bahan perkedel. Dan. mereka akhirnya mau makan bayam. Kalau sekarang sih udah gak perlu dibikin perkedel lagi. Cukup di sayur bening aja, mereka udah lahap makan bayamnya.
Walopun yakin kalau konsisten adalah salah satu kunci kesuksesan parenting, tapi prakteknya Chi gak selalu konsisten juga. Banyak keadaan dan alasan penyebab gak konsisten. Salah satunya karena Chi suka kumat malasnya *ups! :p* Diawal menerapkan konsisten, gak jarang terjadi berbagai drama. Anak-anak suka protes. Tapi, kalau memang itu demi kebaikan mereka, kita pun harus tegas.
Salah satu contoh lain tidak konsisten adalah saat liburan panjang kayak gini. Keke dan Nai terbiasa tidur sebelum pukul 9 malam. Kalau mereka belum ada tanda-tanda mau tidur, biasanya Chi mulai sering mengingatkan. Termasuk mematikan lampu, off semua gadget, matikan televisi, dan lain sebagainya. Tapi, kalau lagi libur, Keke dan Nai udah tau kalau orang tuanya sedikit memberikan kebebasan untuk waktu tidur. Bolehlah tidur sampe pukul 10 malam. Atau lebih-lebih sedikit masih bisa ditoleransi.
Kalau cuma saat weekend aja (malam minggu) memang gak akan berdampak apa-apa. Tapi kalau liburan panjang begini, biasanya imbasnya itu di hari pertama masuk sekolah. Bakalan susah banget dibangunin karena mereka udah mulai terbiasa tidur larut malam. Butuh proses lagi supaya mereka mulai tertib tidur tidak larut malam.
Emang sih idealnya itu walopun lagi libur, mereka tetep disiplin untuk tidur tidak terlalu larut malam. Tapi, kami pikir, gak apa-apalah untuk sikon tertentu kami sedikit melonggarkan aturan. Walopun ke depannya akan ada imbasnya. Tapi, kami berusaha fleksibel juga. Tergantung situasi dan kondisi
Bagaimana dengan teman-teman? Ada cerita seru tentang menerapkan konsisten ke anak-anak? :)
Baca juga tulisan sebelumnya, ya:
hihihi iya ya maak..kadang males jadi penyebab suka ga konsisten..aku puun suka gitu... ;p
BalasHapuskonsisten itu beraaat hehehe
Hapusternyata konsisten emang perlu ya..nggak harus konsisten dalam mengasuh anak..tapi konsisten dlm hal apapun :)
BalasHapuswajib banget
HapusKOnsisten itu yg kadang susyah ya mak,... kalo hari sekolah g boleh begadang, libur mrk pengen begadang dan beralasan libur ehh...kita ijinin, sm aja pas sklh lg kebiasaan tidur larutnya gak terbawa
BalasHapusiya cobaannya banyak untuk konsisten
Hapuskonsisten menerapkan peraturan ke anak tapi kita jug aharus konsisten jgn melanggar sedikit pun ya
BalasHapusyup! Betul banget, Lis
Hapusjav jg gt wkt ga suka kacang merah... saya kasih aja terus sampai akhirnya suka :D
BalasHapusAlhamdulillah berhasil, ya :)
HapusKonsisten memang penting banget ya mak. Kayak anak saya suka ingin main kerumah temennya, bukan saya melarang. Tapi kalau kebiasaan, nantinya gedenya juga gitu betah main di rumah orang.
BalasHapusiya betul, Lis. Harus terus konsisten kalau untuk membiasakan sesuatu
Hapuskalo sayur bayam, anak2ku suka, mak Myra. Digadoin pula, alias dimakan sayurnya ajah. Cara jitunya : sayur bayam semangkok ditaburin kerupuk karak/gendar yg dr beras itu. Enaaak ^^
BalasHapusenak ya rasanya segar hehehe
HapusApalagi kalau anak2 udah remaja gini, ganti aturan dikit langsung deramah. Pucing
BalasHapuswkwkw iya bener :D
Hapuskonsistensi tuh bagian yang paling susah ya mak, kadang suka lupa..atau antara suami dan istri ada perbedaan...Suamiku ternyata lebih disiplin dibandingkan aku :), tapi akhirnya lama-lama kami selalu menyesuaikan agar perbedaan sikap dan perlakuan atas sesuatu antara mama dan bapak semakin minimal. terima kasih sudah sharing mak :)
BalasHapusnah iya cobaan juga
HapusButuh kerjasama dan komunikasi supaya bisa konsisten terus. Soalnya kalo sendirian mah, gak kuat, mak. apalagi kalau lagi terbit rasa malas hahaha. Untungnya suami kooperatif dan terlibat full jg utk urusan anak-anak, jadi enak krn punya porsi yg sama utk saling mengingatkan dan menguatkan
BalasHapusyup harus ada kerjasama khususnya dengan pasangan
HapusKemaren aku nyobai yg konsisten.....tapi....raffi malah jadi tantrum hikz...kadang aku mikir apa aku yg terlalu keras ya...sampai raffi menolak dan tantrum :"(
BalasHapusPenyebabnya bisa macam-macam, Cha :)
Hapus