"Kata Bapak Tebeeeeee...."
Masih ingat kata-kata itu? Yang suka nonton sinetron pasti inget. Eits, tapi Chi enggak suka nonton sinetron, ding. Cuma kata-kata itu emang sempet ngehitz beberapa tahun lalu, ya :D
Tapi di sini Chi gak bakal ngomongin tentang si Tebe. *Kira-kira kemana ya itu anak sekarang? :p Yang Chi mau tulis adalah TB yang lain alias Tuberkolosis. Sebelum ngobrol lebih lanjut, kenalan dulu ya apa itu TB
Masih ingat kata-kata itu? Yang suka nonton sinetron pasti inget. Eits, tapi Chi enggak suka nonton sinetron, ding. Cuma kata-kata itu emang sempet ngehitz beberapa tahun lalu, ya :D
Tapi di sini Chi gak bakal ngomongin tentang si Tebe. *Kira-kira kemana ya itu anak sekarang? :p Yang Chi mau tulis adalah TB yang lain alias Tuberkolosis. Sebelum ngobrol lebih lanjut, kenalan dulu ya apa itu TB
Tuberkolosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tubercolosis. Sejumlah kecil kuman yang tersebar melalui udara ketika si penderita TB batuk, bersin, atau meludah, sudah dapat membuat orang lain terpapar TB.
Nai Terkena TB?
Waktu berumur 1 tahun, kesehatan Nai sering sekali terganggu karena batuk-pilek. Badannya sejak lahir memang kurus, susah nambah berat badan. Biasanya, kalau anak lagi kena batuk-pilek, Chi gak langsung bawa ke dokter. Dikasih ASI aja, plus MPASI. Cuma yang bikin khawatir adalah setiap kali batuk-pilek, napasnya berbunyi 'ngik-ngok'. Udah gitu penyembuhan lama pula.
"Kok, terus-terusan batuk-pilek, sih? Jangan-jangan kena TB?" tanya salah seorang kerabat. Memang, sih, dia bertanya. Tapi, Chi yang saat itu lagi galau, agak merasa dihakimi. *namanya juga anak lagi sakit
Akhirnya, Nai pun dibawa ke dokter anak kepercayaan kami. Dari penjelasan beliau, gak semudah itu 'menuduh' anak terkena TB. Harus melakukan tes Mantoux. Itupun, dokter gak langsung meminta Nai untuk melakukan tes mantoux. Ada serangkaian pertanyaan yang harus kami jawab, dari mulai kesehatan Nai, riwayat kesehatan keluarga, keadaan lingkungan, dan lainnya. Salah satu pertanyaan yang Chi ingat sekali adalah:
Chi dan K'Aie yakin dikeluarga kami gak ada yang terkena TB. Dan sepanjang pengetahuan kami, dilingkungan pun tidak ada yang terkena TB. Kata dokter, kalau memang seperti itu, gak mungkin atau kecil sekali kemungkinan Nai terkena TB. Karena TB itu penyakit menular.
Dari serangkaian pertanyaan itu, dokter mendiagnosa kalau Nai terkena asma bukan TB. Walopun sudah menjadi dokter anak kepercayaan, kali ini kami mencari second opinion. Dokter anak spesialis penyakit dalam menurut rujukan beberapa teman. Melakukan beberapa pertanyaan dan pemeriksaan juga. Ternyata jawabannya pun sama. Nai terkena asma.
'Tuduhan' kalau Nai mungkin terkena TB memang sempat jadi pikiran Chi. Kenapa harus langsung 'dituduh' seperti itu? Dari beberapa info yang Chi dapat di Google, ternyata masyarakat awam memang sering kali salah mengira tentang TB.
Gejala TB pada anak memang gak terlalu spesifik. Asal ngelihat si anak batuk lama, badannya kurus, susah makan, langsung suka dikira kena TB, deh. Padahal beberapa penyakit juga ada yang mengalami gejala seperti itu.
Saran Chi, karena gejalanya gak spesifik maka untuk mendiagnosanya lebih sulit. Langkah paling tepat itu adalah konsultasi ke dokter. Jangan pake ilmu kira-kira, ambil keputusan, trus cari pengobatan sendiri. Duh! Kita gak mau kan kalau anak jadi resisten terhadap obat hanya karena pakai diagnosa kira-kira?
Untuk mengetahui apakah seseorang terkena TB adalah dengan melakukan pemeriksaan dahak. Tapi, karena anak kecil itu kan belum bisa mengeluarkan dahak. BAtuknya seorang anak yang terkena TB pun jarang yang ada dahaknya. Jadi, tes mantoux harus dilakukan untuk mengetahui apakah anak terpapar kuman mycobacterium tubercolosis atau tidak.
Dan, yang juga harus diketahui oleh masyarakan awam adalah TB pada anak tidak menular. Karena TB pada anak sifatnya tertutup. Kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru yang tidak terbuka. Jadi, gak perlu lah sampai mengucilkan anak karena dia terkena TB. Kasihan.
Berbeda dengan TB pada anak, kalau TB pada orang dewasa justru sangat menular. Makanya, kalau anak udah didiagnosa terkena TB kemungkinan besar disekitarnya ada orang dewasa yang terkena TB. Dan itu yang harus dicari sumbernya untuk kemudian disembuhkan. *Itulah kenapa dokter anak kepercayaan kami waktu itu bertanya apakah ada yang lagi terkena TB.
Memang sih TB itu baru aktif kalau seseorang kondisi tubuhnya sedang drop. Tapi, kita semua tahu kan kalau yang anak-anak itu umunya rentan sekali sakit walopun sebagai orang tia sudah sangat menjaga kondisinya.
Orang dewasa yang harus diperiksa jangan cuma keluarga, ya. Karena TB kan bukan penyakit genetik. Siapapun orang dewasanya bisa juga menularkan TB kepada anak. Coba cek juga asisten rumah tangga dan orang dewasa lainnya yang sering atau pernah kontak fisik dengan anak kita.
Yang repot itu, kalau lagi jalan-jalan ke luar rumah, misalnya ke mall, trus anak kita gak sengaja bersentuhan dengan orang dewasa yang menderita TB. Kalau kayak gitu, sulit banget mencari sumber penularannya. Itulah kenapa mendiagnosa TB pada anak gak bisa pake ilmu kira-kira. Mending langsung bawa ke dokter anak.
Eits! Ngomong-ngomong gejala TB pada orang dewasa gimana, nih?
Hmmm... kalau itu tanya aja di Mbah Gugel, ya. Banyak informasinya di sana. Bukannya Chi pelit, tapi ini tulisan bakal panjang banget bahasannya nanti hahaha. Lagian Chi memang pengen nulis tentang TB pada anak karena pengalaman pribadi dimana Nai pernah 'dituduh' TB. Yang pada akhirnya Chi tau kalau mendiagnosa TB pada anak itu gak bisa sembarangan tapi juga jangan dianggap sepele kalau gak ingin berdampak buruk kedepannya.
Oiya jangan lupa untuk imunisasi BCG untuk anak. Imunisasi BCG bisa menghindarkan atau meminimalisir resiko terkena penyakit TB yang berat seperti TB meningitis (selaput otak), lho. Saatnya peduli dengan kesehatan anak-anak dan keluarga kita. :)
Sumber referensi:
"Kok, terus-terusan batuk-pilek, sih? Jangan-jangan kena TB?" tanya salah seorang kerabat. Memang, sih, dia bertanya. Tapi, Chi yang saat itu lagi galau, agak merasa dihakimi. *namanya juga anak lagi sakit
Akhirnya, Nai pun dibawa ke dokter anak kepercayaan kami. Dari penjelasan beliau, gak semudah itu 'menuduh' anak terkena TB. Harus melakukan tes Mantoux. Itupun, dokter gak langsung meminta Nai untuk melakukan tes mantoux. Ada serangkaian pertanyaan yang harus kami jawab, dari mulai kesehatan Nai, riwayat kesehatan keluarga, keadaan lingkungan, dan lainnya. Salah satu pertanyaan yang Chi ingat sekali adalah:
"Di keluarga dan lingkungan ada yang sedang terkena TB, gak?"
Chi dan K'Aie yakin dikeluarga kami gak ada yang terkena TB. Dan sepanjang pengetahuan kami, dilingkungan pun tidak ada yang terkena TB. Kata dokter, kalau memang seperti itu, gak mungkin atau kecil sekali kemungkinan Nai terkena TB. Karena TB itu penyakit menular.
Dari serangkaian pertanyaan itu, dokter mendiagnosa kalau Nai terkena asma bukan TB. Walopun sudah menjadi dokter anak kepercayaan, kali ini kami mencari second opinion. Dokter anak spesialis penyakit dalam menurut rujukan beberapa teman. Melakukan beberapa pertanyaan dan pemeriksaan juga. Ternyata jawabannya pun sama. Nai terkena asma.
Asma dan TB TIDAK SAMA
'Tuduhan' kalau Nai mungkin terkena TB memang sempat jadi pikiran Chi. Kenapa harus langsung 'dituduh' seperti itu? Dari beberapa info yang Chi dapat di Google, ternyata masyarakat awam memang sering kali salah mengira tentang TB.
Gejala TB pada anak memang gak terlalu spesifik. Asal ngelihat si anak batuk lama, badannya kurus, susah makan, langsung suka dikira kena TB, deh. Padahal beberapa penyakit juga ada yang mengalami gejala seperti itu.
Saran Chi, karena gejalanya gak spesifik maka untuk mendiagnosanya lebih sulit. Langkah paling tepat itu adalah konsultasi ke dokter. Jangan pake ilmu kira-kira, ambil keputusan, trus cari pengobatan sendiri. Duh! Kita gak mau kan kalau anak jadi resisten terhadap obat hanya karena pakai diagnosa kira-kira?
Anak Terkena TB, Keluarga atau Lingkungan Sekitar Juga Harus Diobati
Untuk mengetahui apakah seseorang terkena TB adalah dengan melakukan pemeriksaan dahak. Tapi, karena anak kecil itu kan belum bisa mengeluarkan dahak. BAtuknya seorang anak yang terkena TB pun jarang yang ada dahaknya. Jadi, tes mantoux harus dilakukan untuk mengetahui apakah anak terpapar kuman mycobacterium tubercolosis atau tidak.
Dan, yang juga harus diketahui oleh masyarakan awam adalah TB pada anak tidak menular. Karena TB pada anak sifatnya tertutup. Kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru yang tidak terbuka. Jadi, gak perlu lah sampai mengucilkan anak karena dia terkena TB. Kasihan.
Berbeda dengan TB pada anak, kalau TB pada orang dewasa justru sangat menular. Makanya, kalau anak udah didiagnosa terkena TB kemungkinan besar disekitarnya ada orang dewasa yang terkena TB. Dan itu yang harus dicari sumbernya untuk kemudian disembuhkan. *Itulah kenapa dokter anak kepercayaan kami waktu itu bertanya apakah ada yang lagi terkena TB.
Memang sih TB itu baru aktif kalau seseorang kondisi tubuhnya sedang drop. Tapi, kita semua tahu kan kalau yang anak-anak itu umunya rentan sekali sakit walopun sebagai orang tia sudah sangat menjaga kondisinya.
Orang dewasa yang harus diperiksa jangan cuma keluarga, ya. Karena TB kan bukan penyakit genetik. Siapapun orang dewasanya bisa juga menularkan TB kepada anak. Coba cek juga asisten rumah tangga dan orang dewasa lainnya yang sering atau pernah kontak fisik dengan anak kita.
Kalau sudah ketemu, segera obati orang dewasa yang terkena TB tersebut sampai sembuh. Jangan sampai penularan jadi melebar kemana-mana.
Yang repot itu, kalau lagi jalan-jalan ke luar rumah, misalnya ke mall, trus anak kita gak sengaja bersentuhan dengan orang dewasa yang menderita TB. Kalau kayak gitu, sulit banget mencari sumber penularannya. Itulah kenapa mendiagnosa TB pada anak gak bisa pake ilmu kira-kira. Mending langsung bawa ke dokter anak.
Eits! Ngomong-ngomong gejala TB pada orang dewasa gimana, nih?
Hmmm... kalau itu tanya aja di Mbah Gugel, ya. Banyak informasinya di sana. Bukannya Chi pelit, tapi ini tulisan bakal panjang banget bahasannya nanti hahaha. Lagian Chi memang pengen nulis tentang TB pada anak karena pengalaman pribadi dimana Nai pernah 'dituduh' TB. Yang pada akhirnya Chi tau kalau mendiagnosa TB pada anak itu gak bisa sembarangan tapi juga jangan dianggap sepele kalau gak ingin berdampak buruk kedepannya.
Oiya jangan lupa untuk imunisasi BCG untuk anak. Imunisasi BCG bisa menghindarkan atau meminimalisir resiko terkena penyakit TB yang berat seperti TB meningitis (selaput otak), lho. Saatnya peduli dengan kesehatan anak-anak dan keluarga kita. :)
Sumber referensi:
- http://www.tbindonesia.or.id/
- http://health.detik.com/read/2012/03/06/174657/1859479/764/gejala-tbc-pada-anak
- http://ibudananak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=266&Itemid=9
27 Comments
Ya, anak-anak memang yang paling rentan kena penyakit menular. Dan penderita TB pada anak juga masih banyak. Anakku yg pertama juga dulu gitu, napasnya ngos-ngosan, semua orang bilang mungkin TB. Eh ternyata asma juga kayak emaknya. Tapi Alhamdulillah gak seserius asma emaknya.
ReplyDeleteEh, aku baru tahu kalo TB pada anak gak menular.
TFS, Mak. Informatif banget. ^^
iya, Mak Nia, kalau anak-anak gak menular. Jaid, jangan kucilkan anak-anak yang trekena TB. Fokus sama penyembuhannya aja :)
Deletesaya juga mau ikut lomba ini...tp tiap mau menuliskannya duh kenangan waktu fitry sakit di usia 7 bln dan salah vonis dokter dianggap TB menari2 lagi,campur aduk deh..selalu pengin nangis ingat perjuangan merawat anak sakit waktu itu hiks hiks
ReplyDeletewah, saya jadi penasaran sama ceritanya, Mbak. Semoga kalau sudah siap bisa berbagi, ya.:)
Deletewah kudu diperhatikan bener-bener ya mak klo anak punya gejala diatas. BCG alhamdulillah udah mak. Yang bahaya penularannya sebetulnya.
ReplyDeleteiya, Mak. Apalagi kalau kita gak tau dimana anak2 tertular. Jangan lupa untuk terus jaga kondisi badan
DeleteKasusnya Nai persis kyq Nadia mak. Dlu waktu kecil kurus bgt n sering batuk. Byk org nuduh Nadia TB, ternyata asma
ReplyDeleteSukses ngontesnya mak :)
aamiin
Deleteuntung Nadia gak sampe salah diagnosa, ya
saya baru tahu kalo anak kecil yg kena TB tdk akan menular. Ini lomba ya mak... ?
ReplyDeleteiya, TB pada anak tidak menular. Ini lomba. Ikutan, yuk, serial 1 DLnya besok
DeleteUdah submit ya mbak? aku masih bingung jadi ikutan ga ya...
ReplyDeletejangan kelamaan bingungnya. Serial 1 terakhir besok, lho :)
DeleteBaru tau dari sini, kalau TB pada anak tidak menular.
ReplyDeleteNice Post, Gan. Hihihi
Moga menang ya, Teh.
Gejala2 seperti itu memang tidak bisa langsung dituduh TB. Jangankan pada anak, pada org dewasa juga tetap aja perlu dikonfirmasi dg pemeriksaan ke dokter. Byk dari gejala2 itu juga ditemukan pada penyakit lain.
ReplyDeleteSyukurlah, tak ada TB di keluarga. Harus lebih waspada nih... :)
ya, memang sebaiknya ke dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa
Deletekasian banget kalo anak-anak udah kena TB ya,,,,jadi ortu emang harus super aktif dalam menjaga kesehatan buah hati,,,
ReplyDeleteAnak-anak umumnya memang langganan batuk. Dan kalau aktif maka kuruslah dia. Sama kayak aku kecil dulu, batuk dan ingusan, kurus pula.
ReplyDeleteAgak khawatir memang dengan TB ini, takut anak kita kena dari orang dewasa yang menderita TB..
betul, Mbak. Anak2 itu rentan banget sama batuk-pilek. Jadi sebaiknya memang jangan langsung blg kena TB, ya. Mending ke dokter buat memastikannya
Deletebener banget mbak, porsi anak dan dewasa beda, sekarang aku baru tau kalo TB pada anak itu gak menular.. jangan asal diagnosa kira-kira, kasihan si anak ya mbak ntar jadinya, sangat menarik nich skg jadi tahu giman itu TB pada anak. Semoga anak-anak di Indonesia sehat semua dan orang dewasa juga tida terkena TB amin
ReplyDeleteTB memang mengerikan, tp jangan sampai overdiagnosis yah..
ReplyDeleteyup, pokoknya jgn coba2 mendiagnosa sendiri
DeleteOh TB di anak-anak gak menular yah, mbak. jadi hanya TB yang dialami orang dewasa. penularannya yang sangat mudah, rentan sekali. wah, menyeramkan.
ReplyDeletetidak menular karena sifatnya tertutup.
Deletegampang sekali menular, makanya segera disembuhkan
Ngeri ngeri ngeri apa lagi anak anak. Jaga kesehatan aja cuin.
ReplyDeletejaga kesehatan memang sangat penting
Deletegw mantan pasien TB nih ... alhamdulillah udah sembuh. Sayang nya program pemerintah cuma memerangi TB paru, padahal TB selain paru lebih parah dan butuh biaya lebih banyak. Hiks
ReplyDeletemungkin krn yg trebanyak kasusnya TB paru dan biaya yg dimilikin pemerintah baru utk TB paru, Mbak. Mungkin, yaaa
DeleteTp, semoga TB lainnya bs segera dpt bantuan pemerintah
Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^