Apa Harus Selalu Kejar Prestasi?

By Keke Naima - January 11, 2016

"Bunda, apa harus selalu kejar prestasi?"


Keke: "Bunda, ada surat dari panahan di tas Keke."
Bunda: "Surat tentang apa?"
Keke: "Surat kenaikan tingkat. Ada tesnya tapi harus bayar. Trus ada beberapa syarat lain."
Bunda: "Oh, ya udah, ikut aja."
Keke: "Emang harus, ya?"
Bunda: "Lho emangnya Keke gak mau ikutan?"

Keke bilang kalau dia sedang malas ikutan tes. Alasannya, tes dilakukan di hari Minggu. Hari dimana dia hanya ingin beristirahat dan bermain seperti yang selama ini dilakukan. Mana tempat tesnya agak jauh dari rumah. Bikin Keke semakin enggan untuk ikut tes.

Chi bukannya memahami keengganan Keke malah mencerewetinya dengan sangat panjang. Siapa yang waktu itu sampai merengek minta ikut kursus panahan? Tau, gak, berapa biaya yang harus dikeluarkan supaya bisa ikut panahan? Gak sayang uang segitu? Lalu buat apa ikut panahan kalau gak mau ikut kenaikan tingkat? Wah, pokoknya panjang ajah Chi ngomelnya. Keke pun hanya menjawab, "Iya, deh, iya ..." Tapi wajahnya muram.

Keke ikut kegiatan memanah di sekolah. Kegiatan memanah di sekolah Keke dan Nai termasuk ekskul spesial. Artinya ekskul yang diadakannya tidak bersamaan dengan ekskul wajib dan ada biaya kegiatan *kalau ekskul wajib tidak ada biaya apapun*.

Ekskul memanah termasuk kegiatan baru di sekolah Keke. Baru dimulai tahun ajaran ini. Tadinya, Chi keberatan Keke ikutan mengingat kelas 6 hanya boleh ikut ekskul di semester ganjil saja. Mulai semester genap sudah harus fokus dengan kegiatan persiapan menghadapi Ujian Sekolah. Tapi karena Keke terus meminta, kami pun akhirnya membolehkan. *Sebetulnya yang mempersulit kasih izin cuma Chi, sih. Kalau sama K'Aie langsung dikasih.* Nai gak ikut ekskul memanah karena bentrok dengan kursus menggambar yang dilakukan di luar sekolah.

Besoknya ...

Chi mencurahkan kekesalan karena Keke kelihatan setengah hati untuk ikutan tes ke K'Aie. Eh, K'Aie bukan dukung istrinya malah bilang, "Biarin aja kalau memang itu maunya. Mungkin lagi malas aja. Nanti juga kalau lagi mau dia akan semangat lagi." Kali ini giliran Chi yang merengut karena gak dibelain :p


Chi ingin memaksa Keke untuk tetap ikut tes. Tapi Chi juga paham karakter Keke. Kalau dia menjalankan setengah hati, biasanya akan melakukan asal-asalan. Walaupun dia ngakunya gak asal-asalan. Tapi kebaca dari bahasa tubuhnya. Kalau udah gitu percuma juga ikutan tes, bisa-bisa kekesalan Chi nanti semakin bertambah.

Chi coba ajak Keke ngobrol. Chi jelasin kenapa Keke harus ikutan tes.Keke kelihatan mendengarkan. Tapi dari raut wajah masih terlihat kalau dia benar-benar enggan. Susah ngebujuknya kalau udah begini, deh. Dia pengennya hari minggu dipakai untuk bermain. Main sepeda, main game, dan lain-lain.

Beberapa hari kemudian ...

Keke: "Bunda memangnya Keke beneran harus ikutan tes, ya?"
Bunda: "Maunya Bunda begitu, Ke. Tapi, Keke kayaknya gak mau."
Keke: "Iya, Keke mau Bunda maunya begitu. Tapi, memangnya semua hal harus dilihat dari sertifikat, ya, Bun?"
Bunda: "Maksud Keke?"
Keke: "Keke itu cuma pengen ikut panahan aja, Bun. Bener-bener cuma pengen menikmati. Gak pengen ikut tesnya."
Bunda: "Kan, ikut tes bukan berarti gak nikmati kegiatan panahan, Ke. Tes, kan, cuma sehari."
Keke: "Tapi, Keke lagi gak mau, Bunda."
Bunda: "Ya, Bunda pikir kalau Keke punya sertifikat, siapa tau bisa dipakai untuk kepentingan sekolah. Apalagi Keke udah mau lulus. Siapa tau sekolah yang Keke pilih nanti akan senang menerima murid yang punya banyak kegiatan. Apalagi sampai berprestasi."
Keke: "Keke ngerti, Bunda. Tapi, apa gak cukup prestasinya dari Taekwondo? Sertifikat kenaikan tingkat dari Taekwondo juga udah ada beberapa. Lagipula, Keke ikut panahan paling cuma sebentar"
Bunda: "Tapi yang minta ikut panahan, kan, Keke. Bunda gak pernah maksa."
Keke: "Iya, Bun. Tapi boleh, ya, kali ini aja. Kalau enggak, ya udah Keke ikutan tes."
Bunda: "Nanti Bunda pikirin lagi, ya, Ke."

Sebetulnya ada rasa jleb! saat ngobrol dengan Keke. Chi langsung merasa kayak jadi ibu yang penuntut. Iya, sih, Chi lakukan itu demi kebaikan Keke. Tapi ... (mendadak) jadi galau. Hiks ...

Setelah diskusi lagi dengan K'Aie, akhirnya Keke dibolehkan gak ikut tes. Tentu aja dia senang. Buat Chi, kalau bicara tentang 'sayang' atas pilihan Keke tentunya ada beberapa. 'Sayang' banget uang kursus yang sudah dikeluarkan kalau Keke hanya ingin bersenang-senang. 'Sayang' banget ada kesempatan untuk naik tingkat tapi gak digunakan oleh Keke. Walaupun memang benar dia hanya satu semester aja ikut ekskul panahan. Tapi, siapa tau ketika mau lanjut di tempat lain, dia gak harus mulai dari nol lagi tingkatannya. Pokoknya ada beberapa 'sayangnya', deh.

Tapi, setelah dipikir-pikir lagi kayaknya gak apa-apa sesekali melakukan kegiatan hanya untuk bersenang-senang. Tanpa ada hal lain, murni bersenang-senang. Selama masih dalam koridor kegiatan positif, sesekali boleh, lah. Gak selalu harus ada embel-embel mengejar prestasi.

Seperti halnya kalau jalan-jalan. Kadang, gak selalu kami mencari tempat wisata yang ada nilai edukasinya. Sekadar jalan ke mall, makan bersama, murni bersenang-senang. Asik juga sesekali seperti itu, kan?

Kalau di postingan beberapa waktu lalu, Chi menulis tentang sekolah untuk orang tua. Rasanya kejadian ini juga bisa menjadi salah satu pelajaran dari sekolah orang tua. Chi belajar dari anak. Belajar untuk tidak perlu menjadi orang tua yang terlalu penuntut. Tentu aja semua orang tua ingin yang terbaik untuk anak.  Tapi tentunya harus fleksibel. Dan, ada kalanya orang tua belajar dari anak

  • Share:

You Might Also Like

16 comments

  1. Kegiatan eskul-nya bergengsi juga ya.

    ReplyDelete
  2. Keke sama kayak aku. Ikut les karena ingin menikmati.

    ReplyDelete
  3. Ternyata ada juga ya mbak Myra les panahan untuk siswa yang masuk ekstra kurikuler meskipun berbiaya.

    Les panahan itu keren lho mbak, saya jadi membayangkan tokoh fantasi seperti Robinhood, Legalos, Merida the brave, Chronicle of Narnia, dll. Seandainya saya pegang busur pasti akan membayangkan seperti mereka. Mungkin, mungkin lho mbak, Keke juga seperti itu.

    Merida the brave ngga perlu tes kenaikan tingkat untuk menjadi pemanah hebat hehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. di beberapa sekolah sudah ada yang menjadikan panahan sebagai ekskul :)

      Delete
  4. Orang tua memang dihadapkan pada pilihan sebenarnya. Semuanya tentu dimaksudkan untuk kemajuan sang anak. Saya setuju

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, betul Tapi memang ada baiknya mendengarkan pendapat anak juga

      Delete
  5. Hmm.. bingung mau komen apa. Krn sy belom pernah ngalami. Anak saya masih TK. Tp sy jd galau jg.. apa sy tipikal penuntut jg krn biasanya apa g menurut sy baik sy paksakan.. hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebagai orangtua setiap saat kita harus introspeksi, y :D

      Delete
  6. jiaah...kalo cuma pengen menikmati..ngapain juga ikutan kegiatan ekskul panahan...yang butuh biaya pula,...kalo saya sich...sebaiknya dijelasin dari awal sebelum ikutan kegiatan panahan..bahwa..kegiatan ini dibayar, dan akan ada hal-hal yang berhubungan dengan panahan, seperti tes, atau eksibisi...yang mau nggak mau..harus diikuti..., jadi kalo sang anak..setuju,,,ya monggo silahkan ikut panahan...kalo nggak...ya....sendirian aja panahan-nya...nggak usah ikutan ekskul...kan hanya pingin menikmati...pingin enjoy...he he he
    keep happy blogging always...salam dari Makassar-Banjarbaru :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setiap anak saya menginginkan sesuatu, gak selalu langsung kami kabulkan. Seperti yang saya tulis di postingan ini kalau saya gak pernah memaksa. Apa yang Pak Hariyanto katakan untuk menjelaskan dari awal juga kami lakukan. Itulah kenapa saya sempat bertahan dengan meminta Keke untuk tetap ikut tes

      Panahan sendirian hanya untuk bersenang-senang memang bisa. Tapi pertanyaannya adalah dimana? Tempat wisata yang ada area panahan di sini cukup jauh. Karena jauh, gak mungkin seminggu sekali melakukannya. Kalau jalan ke sana berarti ada ongkos jalan yang gak sedikit. Udah gitu panahan di tempat wisata dibatasi banget. Sekali main cuma dikasih 15 anak panah. Mau main lagi, harus bayar lagi. Jatuhnya jadi mahal.

      Kalau ikut kursus, dia bisa seminggu sekali berlatih dengan durasi 1,5 jam. Ilmunya tetap dapat walaupun gak ikut tes

      Gak apa-apalah gak ikut tes. Seperti halnya waktu Nai diminta untuk ikut pertandingan taekwondo. Dia mengundurkan diri karena merasa belum siap. Saya hargai semua keputusan mereka. Dan gak ada yang sia-sia karena ilmunya tetap dapat

      Delete
  7. Memanah kalau di jogja disebut dengan jemparingan dan biasa Dilakukan dengan tata cara Jawa

    Memanah melatih otak agar bagus konsentrasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju banget, Mas! Manfaat ini lah yang menjadi salah satu alasan utama kenapa diizinkan untuk ikut ekskul.

      Kalau sekadar memanah di tempat wisata, ilmunya gak dapat. Tetapi, kalau rutin kan ada ilmu yang didapat. Badan pun sehat karena memanah salah satu cabang olahraga.

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^