Beberapa hari lalu, ada keramaian di X tentang seorang suami yang
memutuskan bercerai karena istrinya tidak pernah menyendokkan nasi ke
piringnya selama pernikahan. Istrinya punya karir bagus, penghasilan lebih
tinggi, dan dari keluarga orang kaya. Terkesan sepele ya alasan
perceraiannya. Eits! Tunggu dulu ...

Chi memutuskan membuat postingan tentang ini bukan bermaksud ikut campur
rumah tangga mereka. Kenal aja enggak. Tapi, punya pengalaman pribadi yang
cukup mirip. Bahkan pernah sampai dimarahin hehehe.
Etapi, katanya tweet itu cuma karangan. Ya ... ya ... ya ... akan Chi bahas juga yang tentang karangannya itu di sini.
Etapi, katanya tweet itu cuma karangan. Ya ... ya ... ya ... akan Chi bahas juga yang tentang karangannya itu di sini.
Tidak Ada Pernikahan yang Sepele
Bercerai hanya karena hal sepele? Masa' sih bisa?
Menurut Chi, pernikahan tuh gak ada yang sepele. Bahkan hal-hal yang
kelihatannya remeh kayak nyendokin nasi ke piring suami, naro handuk setelah
dipakai, harus matiin lampu kamar atau enggak saat tidur, dan lain
sebagainya bisa jadi memicu keributan, lho.
Beberapa tahun lalu, Chi pernah menulis tentang lampu kamar. Sebelum
menikah, K'Aie terbiasa dengan kamar yang gelap gulita saat tidur.
Sedangkan, Chi terbiasa terang benderang. Alhamdulillah ada solusinya.
Kalau enggak, hal gini aja, yang mungkin menurut banyak orang tuh sepele,
bisa jadi ribut besar.
Silakan baca:
Redup atau Terang?
Seperempat atau sepertiga hidup kita ini kan bersama keluarga. Disadari
atau enggak, terbiasa dengan rutinitas dan didikan di keluarga sendiri.
Kemudian, kita jatuh cinta dengan seseorang dan ingin menikah.
Orang yang kita cintai ini juga pasti punya kebiasaan sendiri di
keluarganya. Gak semua bisa terlihat ketika belum menikah. Tapi, gak bisa
juga kita langsung memintanya untuk berubah. Karena kita juga belum tentu
bisa seperti itu. Di sisi lain, belum tentu langsung klop dengan kebiasaan
masing-masing.
Trus, harus bagaimana, dong?
Komunikasi Masih Menjadi Kunci Utama dalam Pernikahan
Seperti yang diceritakan di awal, Chi pernah diomelin perkara melayani
suami untuk makan. Tapi, bukan K'Aie yang marahin. Papah Chi sendiri yang
ngomelin anaknya hehehe.
Chi dianggap tidak menghargai suami karena K'Aie selalu ambil makanan
sendiri. Ketika papah marah, Chi cuma diam. Hatinya doang yang menangis.
Langsung nangis ketika curhat ke K'Aie. Eh, malah diketawain
hehehe.
Setelah curhat dan berdiskusi, jadi tau dan jelas kalau bagi K'Aie memang
gak masalah ambil makan sendiri. Gak pernah sedikit pun menganggap istrinya
ini gak hormat ke suami. Alhamdulillah.
Kebiasan atau Kultur di Keluarga Bisa Mempengaruhi
Papah Chi adalah seorang tunggal. Sebetulnya gak dimanjain juga sama
orangtuanya. Apalagi sejak remaja, papah katanya udah merantau ke kota untuk
bersekolah. Tapi, mungkin setiap kali pulang ke rumah jadi lebih
diberlakukan istimewa. Lagipula didikan orang zaman dulu kan memang umumnya
kayak lebih mengistimewakan laki-laki. Tugas perempuan melayani.
Sedangkan, K'Aie itu saudara kandungnya laki-laki semua. Mamahnya gak pakai
asisten rumah tangga. Jadi, dibiasakan saling membantu mengurus rumah.
Chi gak bilang kalau anak tunggal pasti dimanjain. Pun gak menganggap kalau didikan orangtua papah tuh gak tepat. Tapi, maksudnya adalah dari kondisi keluarga aja udah beda-beda. Setiap orang tua juga pasti punya cara masing-masing dalam mengasuh anak. Makanya, gak bisa langsung mengkotakkan yang ini salah dan yang itu benar.
Pernah juga lihat konten sepasang pengantin baru. Si suami merasa kesel kalau Lebaran di keluarga mertua ada acara sungkem. Sedangkan di keluarganya gak seperti itu. Kalau menurut Chi sih hal kayak gitu dibawa fleksibel aja. Gak setiap hari juga kan sungkeman. Kalau dibawa ke ranah medsos, opini netizen malah jadi beragam banget.
Tapi, orangtua Chi sebetulnya gak pernah secara khusus ngajarin ke anak-anaknya seperti apa harus bersikap ke pasangan. Makanya, Chi sempat kaget dan nangis ketika dimarahin papah hehehehe.
Setelah ngobrol, K'Aie malah gak mau kalau dilayani kayak gitu. Ya udah, Chi pun gak terbiasa. Jadinya klop juga, deh. Pernah sih minta diambilin. Tapi, jarang banget dan biasanya karena ada penyebabnya. Jadi, bukan sesuatu yang rutinitas.
Pernah gak berpikir ... Sebetulnya hidup kita selama ini baik-baik aja, lho. Tapi, kemudian terlalu sering melihat berbagai konten yang hidupnya kayak lebih 'wow'. Kemudian, mulai timbul rasa insecure. Merasa hidup kita jadi kayak gak baik-baik aja.
Chi juga pernah cerita tentang sepupu di salah satu postingan di blog ini. Dia sempat takut menikah hanya karena terlalu sering membaca opini netizen tentang perselisihan mertua dan menantu. Saat itu, rasanya pengen Chi cubit hahaha.
Ya gimana gak gregetan. Katanya calonnya tuh baik baik. Mertuanya juga baik-baik aja. Tapi, kok, ujug-ujug jadi ragu hanya karena berbagai opini netizen yang kenal aja enggak. Mungkin itu salah satu ujian sebelum menikah. Akhirnya tetap menikah dan langgeng sampai sekarang. Alhamdulillah.
Balik ke cerita tentang diambilin nasi. Kita sebagai orang luar kan sebetulnya cuma tau ceritanya yang mungkin gak sampai seujung kuku. Tapi, opini netizen bergulir seperti bola liar.
Ada yang menuduh patriarki, suami pemalas, manja, bahkan ada yang curiga kalau sebetulnya udah terjadi perselingkuhan. Gak pernah diambilin nasi hanyalah alasan yang dicari-cari. Ada juga yang bilang mungkin sebetulnya istrinya memang gak pernah menghormati suami dalam hal apapun.
Entahlah mana yang benar. Gak mau menduga-duga. Kalaupun Chi sampai menuliskan di sini karena pernah punya pengalaman pribadi perkara ambilin nasi buat suami hehehe. Solusinya adalah dengan berdiskusi.
Jadi, kalau ada teman-teman yang saat ini merasakan kegalauan dengan pasangan, coba didiskusikan. Jangan memendam perasaan trus suatu saat jadi meledak. Jangan pula terlalu berharap pasangan akan tau apa yang kita mau tanpa diungkapkan. Mendingan omongin aja. Apalagi kalau memang terjadi 2 kebiasaan yang berbeda.
Setelah hura-hara semakin melebar ke mana-mana, si pembuat status di X bilang kalau dia cuma ngarang. Entah beneran mengarang atau karena gak mau jadi makin ramai. Tapi, terlepas netizen ini ngarang atau enggak, coba deh googling. Faktanya memang banyak lho yang bercerai hanya karena alasan sepele.
Chi pribadi seperti yang dikatakan di awal, tetap berpendapat sejatinya gak ada pernikahan yang sepele. Hal-hal yang terlihat receh, bisa jadi ngeselin bagi pasangan.
Ya itu misalnya kita biasanya hidup rapi, trus dapat pasangan yang abis mandi aja naro handuk basah di kasur. Pengen marah gak, tuh? Hehehehe
Marah atau enggaknya memang akhirnya kembali ke masing-masing. Ada yang akhirnya memilih fleksible. Ada yang memilih diskusi. Tapi, ada juga yang cuma memendam perasaan, berharap pasangannya akan ngerti sendiri, yang terjadi malah kemarahan meledak.
Memang ya ada benarnya nasehat orangtua. Urusan rumah tangga tuh usahakan diselesaikan sama pasangan. Jangankan cerita ke banyak orang, curhat ke orangtua aja belum tentu bisa dapat opini yang adil.
Bukan berarti gak boleh curhat. Tapi, tetap harus berhati-hati memilih orang atau media untuk curhat. Kalau dirasa gak ada orang terdekat yang bisa dipercaya mungkin ke konsultasi ke lembaga pernikahan. Kalau ke medsos mah harus siap-siap aja dengan opini yang terlalu banyak. Jadinya malah makin kusyuuuut.
Chi gak bilang kalau anak tunggal pasti dimanjain. Pun gak menganggap kalau didikan orangtua papah tuh gak tepat. Tapi, maksudnya adalah dari kondisi keluarga aja udah beda-beda. Setiap orang tua juga pasti punya cara masing-masing dalam mengasuh anak. Makanya, gak bisa langsung mengkotakkan yang ini salah dan yang itu benar.
Pernah juga lihat konten sepasang pengantin baru. Si suami merasa kesel kalau Lebaran di keluarga mertua ada acara sungkem. Sedangkan di keluarganya gak seperti itu. Kalau menurut Chi sih hal kayak gitu dibawa fleksibel aja. Gak setiap hari juga kan sungkeman. Kalau dibawa ke ranah medsos, opini netizen malah jadi beragam banget.
Klop dengan Pasangan
Papah Chi memang maunya dilayani seperti itu. Mamah pun gak keberatan. Klop kan jadinya.Tapi, orangtua Chi sebetulnya gak pernah secara khusus ngajarin ke anak-anaknya seperti apa harus bersikap ke pasangan. Makanya, Chi sempat kaget dan nangis ketika dimarahin papah hehehehe.
Setelah ngobrol, K'Aie malah gak mau kalau dilayani kayak gitu. Ya udah, Chi pun gak terbiasa. Jadinya klop juga, deh. Pernah sih minta diambilin. Tapi, jarang banget dan biasanya karena ada penyebabnya. Jadi, bukan sesuatu yang rutinitas.
Hidup Kita Sebetulnya Baik-Baik Aja, Sampai Akhirnya Terlalu Banyak Opini Netizen
Pernah gak berpikir ... Sebetulnya hidup kita selama ini baik-baik aja, lho. Tapi, kemudian terlalu sering melihat berbagai konten yang hidupnya kayak lebih 'wow'. Kemudian, mulai timbul rasa insecure. Merasa hidup kita jadi kayak gak baik-baik aja.
Chi juga pernah cerita tentang sepupu di salah satu postingan di blog ini. Dia sempat takut menikah hanya karena terlalu sering membaca opini netizen tentang perselisihan mertua dan menantu. Saat itu, rasanya pengen Chi cubit hahaha.
Ya gimana gak gregetan. Katanya calonnya tuh baik baik. Mertuanya juga baik-baik aja. Tapi, kok, ujug-ujug jadi ragu hanya karena berbagai opini netizen yang kenal aja enggak. Mungkin itu salah satu ujian sebelum menikah. Akhirnya tetap menikah dan langgeng sampai sekarang. Alhamdulillah.
Balik ke cerita tentang diambilin nasi. Kita sebagai orang luar kan sebetulnya cuma tau ceritanya yang mungkin gak sampai seujung kuku. Tapi, opini netizen bergulir seperti bola liar.
Ada yang menuduh patriarki, suami pemalas, manja, bahkan ada yang curiga kalau sebetulnya udah terjadi perselingkuhan. Gak pernah diambilin nasi hanyalah alasan yang dicari-cari. Ada juga yang bilang mungkin sebetulnya istrinya memang gak pernah menghormati suami dalam hal apapun.
Entahlah mana yang benar. Gak mau menduga-duga. Kalaupun Chi sampai menuliskan di sini karena pernah punya pengalaman pribadi perkara ambilin nasi buat suami hehehe. Solusinya adalah dengan berdiskusi.
Jadi, kalau ada teman-teman yang saat ini merasakan kegalauan dengan pasangan, coba didiskusikan. Jangan memendam perasaan trus suatu saat jadi meledak. Jangan pula terlalu berharap pasangan akan tau apa yang kita mau tanpa diungkapkan. Mendingan omongin aja. Apalagi kalau memang terjadi 2 kebiasaan yang berbeda.
Ironis Banyak Perceraian Karena Hal Sepele
Setelah hura-hara semakin melebar ke mana-mana, si pembuat status di X bilang kalau dia cuma ngarang. Entah beneran mengarang atau karena gak mau jadi makin ramai. Tapi, terlepas netizen ini ngarang atau enggak, coba deh googling. Faktanya memang banyak lho yang bercerai hanya karena alasan sepele.
Chi pribadi seperti yang dikatakan di awal, tetap berpendapat sejatinya gak ada pernikahan yang sepele. Hal-hal yang terlihat receh, bisa jadi ngeselin bagi pasangan.
Ya itu misalnya kita biasanya hidup rapi, trus dapat pasangan yang abis mandi aja naro handuk basah di kasur. Pengen marah gak, tuh? Hehehehe
Marah atau enggaknya memang akhirnya kembali ke masing-masing. Ada yang akhirnya memilih fleksible. Ada yang memilih diskusi. Tapi, ada juga yang cuma memendam perasaan, berharap pasangannya akan ngerti sendiri, yang terjadi malah kemarahan meledak.
Memang ya ada benarnya nasehat orangtua. Urusan rumah tangga tuh usahakan diselesaikan sama pasangan. Jangankan cerita ke banyak orang, curhat ke orangtua aja belum tentu bisa dapat opini yang adil.
Bukan berarti gak boleh curhat. Tapi, tetap harus berhati-hati memilih orang atau media untuk curhat. Kalau dirasa gak ada orang terdekat yang bisa dipercaya mungkin ke konsultasi ke lembaga pernikahan. Kalau ke medsos mah harus siap-siap aja dengan opini yang terlalu banyak. Jadinya malah makin kusyuuuut.
30 Comments
Bercerai karena alasan sepele? Duh, bikin mikir ulang soal hubungan rumah tangga. Memang harus ada komunikasi yang baik biar nggak salah langkah. Tulisan yang insightful banget! 🤍
ReplyDeleteSepele buat kita, bisa jadi merupakan hal yang serius bagi orang lain ya mbak. Jadi kalau saya, memilih menjadi pengamat saja, menahan jari untuk tak menuliskan komentar.
ReplyDeleteNamanya dua orang dibesarkan dalam lingkungan dan cara yang berbeda hingga puluhan tahun, terus menikah, hidup serumah, sekamar, pasti bakal ada penyesuaian dari kedua pihak
Setuju Mba, ga bisa mengukur sepatu kita dengan sepatu orang lain. Makanya kalaupun sepele atau apapun rasanya ga bisa langsung memberikan penilaian karena semuanya tergantung dengan prinsip dan persepsi masing-masing. Jika sudah ditempuh semua cara namun tak jua ada sepakat maka mungkin perceraian jd jalan keluar yg sdh difikirkan.
DeleteSetuju Kak Nanik, karena kita juga gak paham persoalan benernya seperti apa. Gak mungkin pula kan dibeberkan dapur sendiri untuk konsumsi publik ya
DeleteSekecil apapun masalah atau sesuatu hal yang mengganjal di hati memang sebaiknya dibicarakan oleh pasutri ya menurutku. Tidak ada alasan sepele dalam rumah tangga karena penilaian orang berbeda-beda. Semoga saja berita yang viral di X itu tidak nyata ya
ReplyDeleteBanyak hal yang terlihat sepele ketika dipendam jadi bom waktu. Komunikasi yang baik jadi fondasi utama dalam pernikahan, membantu pasangan saling memahami, mengatasi konflik, dan menjaga hubungan tetap harmonis.
ReplyDeleteKadang-kadang adanya seliweran konten di media sosial tentang kehidupan rumah tangga ini bikin overthinking bagi yang belum menikah ya kak. Sebisa mungkin ketika sudah berumah tangga, saling berkomunikasi dalam hal sekecil apapun karena itu penting
ReplyDeleteZaman dulu mah orang menikah satu kali, apapun yang terjadi ya terus sampai akhir hayat ya. Banyak sekali faktor pemicu perceraian. Makin ke sini gara-gara hal sepele, suami isteri sudah tak tahan dan minta cerai atau diceraikan. Kebiasaaan di keluarga masing-masing memang pasti berbeda dan keduanya harus bisa beradaptasi, saling menghormati, menghargai dan fleksibel juga.
ReplyDeleteUntuk masalah yang serius dan berat aja gak segampang itu sih memutuskan kata cerai, bahkan banyak yg bertahan meski ada masalah yg berulang2 krn banyak pertimbangan lainnya.
ReplyDeleteYes, diskusi dengan pasangan ini penting supaya bisa ambil jalan tengah yang sama-sama membuat nyaman.
ReplyDeleteSaya setuju sama kalimat Hidup Kita Sebetulnya Baik-Baik Aja, Sampai Akhirnya Terlalu Banyak Opini Netizen
ReplyDeleteOrang luar mana tahu masalah satu keluarga dengan lainnya kalau gak dibukakan aibnya (terlepas siapapun yg membuka aib tersebut)
Nah kita yg harus bijak
Curhat ke siapa? Dimana tempatnya? Mana yg boleh dan mana yg tidak?
Semua itu sebenarnya masalah dasar dalam semua aspek sih ya. Gak hanya dalam rumah tangga saja
Hal sepele tapi kalau dirasain tiap hari bikin jenuh ya, mbak
ReplyDeleteItulah pentingnya komunikasi, saling mengingatkan dan memahami.
Saya termasuk yang rada cuek sama kabar berita seleb/artis. Salah satu cara untuk tetap waras hehe...
Smoga rumah tangga kita selalu dalam berkah Allah. Aamiin...
Jadi inget tentang Desi Ratnasari yang cerai karena ucapan mertua di salah satu majalah
ReplyDeleteSementara zaman dulu belum ada media sosial dan "berita" internet yang justru bikin tambah keruh.
Jadi akhirnya kembali ke pribadi orang tersebut, apakah bisa melihat pernikahan sebagai ibadah seumur hidup atau tidak
Memang betul sih, hal-hal kecil seperti ini memang penting dibicarakan dalam pernikahan. Untuk saling menjaga perasaan, hal kecil kalo terbiasa bisa jadi pemicu masalah besar.
ReplyDeleteKetika disebrang sana masih banyak yang diuber² dengan pertanyaan kapan nikah, tak dinyana disebrang lainnya ada yang bercerai karena alasan sepele. Miris ya, karena begitu banyak yang hendak menunaikan separuh agama, sayangnya yang sudah punya status itu malah bisa memutuskan ikatan suci.
ReplyDeleteSetuju..kalau curhat di sosmed malah kusut masalahnya, yang awalnya hati cuma galau jadi bisa benci setengah mati pada pasangan bahkan memutuskan sesuatu yang fatal...huhu
ReplyDeleteKita enggak tahu masalah sebenarnya apa, apakah hanya karena soal enggak disendokin nasi saja, atau...hm...hanya mereka berdua yang tahu
Tapi aku suka nih.. ngepoin X.
ReplyDeleteTerlepas dari bener atau engga, semoga kitanya yang bisa kontrol perasaan yaa.. gak terlalu ovt dengan masalah orang, tapi sebaiknya dijadikan pembelajaran dan perenungan. Seperti artikel ka Chi ini.. Aku seneng sekali sama diskusinya.
Karena setiap orang itu pasti ada sebabnya mengapa memiliki pendapat atau POV seperti itu. Bisa jadi karena masa lalu, karena kondisi keluarga, karena lain hal yang selayaknya kalo orang lain yang gak kenal betul, gak perlu nge-judge.
Setuju untuk masalah keluarga gak ada yang sepele.
Semoga Allah lindungi selalu kita dan keluarga dari fitnah syetan seperti ini. Berat kalo ujiannya kudu pisah. Tapi tentunya untuk hal-hal yang gak prinsip dan masih bisa ditolerir yaah...
Kalau pas kebetulan lewat beranda feed/reels, lalu baca komen-komen yang menghujat. Dalem hati mikir, udahlah paling aman engga usah share medsos. Engga semua hal patut dishare juga kan. Apalagi masalah rumah tangga, suka kebalik-balik. Buat orang lain sepele, buat kita masalah besar...
ReplyDeleteTapi aku pernah denger sih, kehidupan berumah tangga dimana di dominasi sistem patriarki suka jadi tekanan tersendiri bagi pihak perempuan. Seperti hal sederhana misalnya yg apa2 minta dilayani.
ReplyDeleteBeruntung nya bagi yg memiliki pasangan saling memahami dan tetap membangun komunikasi karena katanya ini adalah kunci dari keharmonisan keluarga
Sudah ada datanya bahwa sekarang ini perceraian meningkat statistiknya. Sering kali memang karena alasan sepele, yang sebenarnya bisa dikomunikasikan dan sama-sama mau berubah menyesuaikan.
ReplyDeleteSetuju, Mbak. Komunikasi itu kunci penting dalam kehidupan rumah tangga. Jangan sampai ada banyak salah paham karena tidak ada saling keterbukaan di antara suami dan istri
ReplyDeleteHaha aku baca tuh kisah perceraian karena nggak diambilkan nasi dan katanya si OP ngarang, setelah bikin huru-hara wkwk X memang luar biasa, dan setuju Mbak jangan mengumbar masalah pribadi ke medsos langsung disuruh cerai sama netijen wkwkw..
ReplyDeleteSebenarnya mungkin bagi orang lain sepele bagi yang menjalani itu masalah serius ya mbak
ReplyDeleteEmang namanya pernikahan ada aja ya masalahnya
Tergantung bagaimana kita menyikapinya
Sebenarnya mungkin bagi orang lain sepele bagi yang menjalani itu masalah serius ya mbak
ReplyDeleteEmang namanya pernikahan ada aja ya masalahnya
Tergantung bagaimana kita menyikapinya
Zaman sekarang keknya makin banyak perceraian saat usia pernikahan masih piyik ya mbak. Emang kadang yang sepele di mata seseorang belum tentu sepele di mata mereka yang memutuskan bercerai. Kadar toleransinya beda2 hehe.
ReplyDeleteTapi setuju mbak yang namanya komunikasi masih menjadi juara pertama yang merekatkan dan bikin awet pernikahan. Masalahnya keknya org sekarang sebelum diskusi ma pasangan, posting curcol duluan di sosmed huweeeh hehe.
Zaman sekarang keknya makin banyak perceraian saat usia pernikahan masih piyik ya mbak. Emang kadang yang sepele di mata seseorang belum tentu sepele di mata mereka yang memutuskan bercerai. Kadar toleransinya beda2 hehe.
ReplyDeleteTapi setuju mbak yang namanya komunikasi masih menjadi juara pertama yang merekatkan dan bikin awet pernikahan. Masalahnya keknya org sekarang sebelum diskusi ma pasangan, posting curcol duluan di sosmed huweeeh hehe.
Terlalu mudah sakit hati dan akhirnya minta cerai
ReplyDeleteHmm...
Jujur aku sendiri tuh culture shock banget juga punya suami orang Jawa
Kadang kalau gak menjaga komunikasi dengan baik bisa salah paham
Komunikasi aja lho bisa debat apalagi gak
Makanya memang hal sepele bikin orang mudah minta cerai kalau memang nikah niatnya sedikit bergeser
aku setuju kak, komunikasi itu paling penting dan seharusnya dipupuk dari sebelum menikah :) semangat para pasangan, semoga semakin langgeng dan tetap harmonis
ReplyDeleteNamanya juga pernikahan ya mbak
ReplyDeleteAkan ada tantangan dan cobaannya
Baik yg sepele maupun serius. Yang penting bisa dihadapi bersama ya
Agar tak berkahir dengan perceraian
Terlepas dari cerita itu adalah cerita karangan, pada akhirnya pernikahan itu semua tentang komunikasi ya. Baik buruknya harus dikomunikasinya dan ditemukan jalan tengahnya.
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^