Menjelang masuk SMP, kami bawa Keke ke optik untuk diperiksa matanya.
Hasilnya, mata kiri dan kanan masing-masing minus 3,25! Chi merasa kaget
karena baru sekali periksa mata hasilnya langsung segitu.
Pulang ke rumah, abah Keke gak percaya kalau cucu pertamanya ini langsung minus lumayan tinggi. Menurutnya, papah, mamah, juga om Keke yang bertahun-tahun pakai kacamata aja gak sampe segitu minusnya. Papah langsung mengajak Keke untuk cek di salah satu optik ternama. Siapa tau hasil pemeriksaan awalnya salah. Ya, waktu itu kami memang hanya cek di optik kecil depan komplek. Ternyata mau optik kecil hingga ternama pun hasilnya sama, tuh. Tapi keuntungannya adalah, Keke jadi punya 2 kacamata. Yang satunya dibeliin ma abahnya hahaha.
Selain kaget, Chi merasa feeling guilty juga. Sebetulnya udah lama Keke mengeluh penglihatannya kurang jelas. Tapi masih berpikir kalau belum saatnya Keke periksa mata. Paling dia cuma kecapean atau terlalu dekat jaraknya kalau lagi lagi main game atau nonton tv.
Chi sering negur Keke kalau dia udah terlalu dekat dengan layar saat lagi main game atau nonton tv. Tapi, Keke selalu menjawab kalau dia seperti itu karena penglihatannya gak jelas. Sedangkan Chi tetap berpikir kalau Keke memang sengaja nonton terlalu dekat.
Keke udah sering mengeluhkan kepalanya pusing. Termasuk setelah pulang sekolah. Tapi paling Chi cuma nyuruh Keke istirahat. Menganggap Keke hanya kecapean dan kurang minum. Pokoknya masih yakin kalau Keke belum perlu diperiksa matanya.
Apalagi nilai rapor Keke masih terus bagus. Masih termasuk yang berprestasi di sekolah. Dalam bayangan Chi saat itu, kalau memang Keke butuh kacamata harusnya selama dia belum berkacamata maka nilai akademisnya bakal berantakan, dong. Nyatanya enggak. Parahnya lagi, kadang terlintas di pikiran Chi kalau Keke sekadar ingin ikutan beberapa teman atau anak-anak zaman sekarang yang pada berkacamata. Hiks! *Langsung kebayang saat UN, Keke rada sulit baca soal. Beruntung nilai NEMnya masih bagus.* *Maafin Bunda ya, Ke.*
Pulang ke rumah, abah Keke gak percaya kalau cucu pertamanya ini langsung minus lumayan tinggi. Menurutnya, papah, mamah, juga om Keke yang bertahun-tahun pakai kacamata aja gak sampe segitu minusnya. Papah langsung mengajak Keke untuk cek di salah satu optik ternama. Siapa tau hasil pemeriksaan awalnya salah. Ya, waktu itu kami memang hanya cek di optik kecil depan komplek. Ternyata mau optik kecil hingga ternama pun hasilnya sama, tuh. Tapi keuntungannya adalah, Keke jadi punya 2 kacamata. Yang satunya dibeliin ma abahnya hahaha.
Selain kaget, Chi merasa feeling guilty juga. Sebetulnya udah lama Keke mengeluh penglihatannya kurang jelas. Tapi masih berpikir kalau belum saatnya Keke periksa mata. Paling dia cuma kecapean atau terlalu dekat jaraknya kalau lagi lagi main game atau nonton tv.
Chi sering negur Keke kalau dia udah terlalu dekat dengan layar saat lagi main game atau nonton tv. Tapi, Keke selalu menjawab kalau dia seperti itu karena penglihatannya gak jelas. Sedangkan Chi tetap berpikir kalau Keke memang sengaja nonton terlalu dekat.
Keke udah sering mengeluhkan kepalanya pusing. Termasuk setelah pulang sekolah. Tapi paling Chi cuma nyuruh Keke istirahat. Menganggap Keke hanya kecapean dan kurang minum. Pokoknya masih yakin kalau Keke belum perlu diperiksa matanya.
Apalagi nilai rapor Keke masih terus bagus. Masih termasuk yang berprestasi di sekolah. Dalam bayangan Chi saat itu, kalau memang Keke butuh kacamata harusnya selama dia belum berkacamata maka nilai akademisnya bakal berantakan, dong. Nyatanya enggak. Parahnya lagi, kadang terlintas di pikiran Chi kalau Keke sekadar ingin ikutan beberapa teman atau anak-anak zaman sekarang yang pada berkacamata. Hiks! *Langsung kebayang saat UN, Keke rada sulit baca soal. Beruntung nilai NEMnya masih bagus.* *Maafin Bunda ya, Ke.*
Pelajaran Berharga dari Kacamata
Penyesalan emang selalu datang belakangan. Tapi, berlarut-larut
menyesal juga gak ada gunanya. Dari kacamata Keke, Chi coba ambil
pelajaran aja. Semua orang tua pasti selalu ingin berbuat yang terbaik
untuk anaknya? Pastinya, dong. Hanya saja, untuk melakukan yang terbaik
gak semudah teori.
[Silakan baca: Mau 3 Jam, 8 Jam, atau Seminggu, Sekali Ibu Tetap Ibu]
Pengennya sih jadi orang tua yang bijak. Tapi sadar atau enggak, ada kalanya jadi merasa jadi yang paling berpengalaman. Iya, sih orang tua pastinya lebih berpengalaman dibanding anak, cuma kadang suka lupa kalau anak pun perlu didengar pendapatnya. Contohnya kayak kacamata Keke ini. Sejak lama Keke udah berkali-kali minta matanya diperiksa tapi gak digubris.
Yup! Dari kacamata Keke, Chi seperti diingatkan lagi. Belajar untuk lebih mendengarkan, lebih memperhatikan, dan lain sebagainya. Apalagi Keke udah mulai remaja. Udah masuk masa puber. Memang sudah lewat masanya disuapin, belajar jalan, digantiin bajunya, dan lain sebagainya. Tapi, bukan berarti gak ada masalah. PR orang tua ma tetep banyak. Masa puber justru sepertinya akan jadi masa dimana orang tua harus semakin banyak mendengarkan dan menghargai sudut pandangnya.
Lagipula, bukankah yang baik memang seperti itu? Tidak hanya untuk hubungan antara orang tua dan anak. Tapi, dengan siapapun, usahakan melihat dari sudut pandangnya. Terutama bila terjadi beda pendapat. Gak selalu yang menurut kita jelek, itu pasti jelek. Siapa tau setelah memakai sudut pandang orang lain, pendapat kita jadi berubah.
Ngomong-ngomong, masih inget kehebohan tentang vlog Awkarin yang putus ma pacarnya itu? Hayooo ... Siapa diantara teman-teman yang justru baru tau tentang Awkarin setelah video itu? Siapa yang kemudian jadi parno dan khawatir anaknya follow dia?
Bukan bermaksud membuat nama si seleb itu makin terangkat. Nyatanya, sebelum ada heboh-heboh pun yang follow dia udah puluhan ribu. Dan mayoritas anak abege semua. Anak-anak seumuran Keke. Dari puluhan ribu yang follower abege, berapa banyak orang tua yang tau anaknya follow seleb itu?
Kalau Chi udah tau sejak beberapa lama sebelum kejadian itu. Siapa lagi sumber infonya kalau bukan dari Keke? Dia masih terbuka untuk urusan pribadinya dan juga yang sedang trend di kalangan dia dan teman-temannya. Keke sih gak follow, malah ma dia di-block. Alasannya, tiap kali dia search di IG, selalu yang ada di deretan atas tuh foto-foto Awkarin. Merasa terganggu, akhirnya diblock lah ma Keke. Tapi bukan berarti Keke gak tau siapa dia. Kan, beberapa temannya ada yang follow.
Chi bersyukur Keke bersikap untuk nge-block. Tapi, seandainya Keke follow pun mungkin Chi akan sejenak menarik napas kemudian bertanya alasan kenapa sampe follow. Gimana kalau anaknya beralasan follow dia karena IG dan vlognya yang keren dan kreatif tapi gak ikut-ikutan kelakuannya? Tentu bisa aja kita bilang di luar sana masih banyak anak muda yang juga keren dan kreatif tapi kelakuannya juga keren. Cuma kayaknya kalau udah sama anak abege, rada sulit kalau main perintah, ya. Harus diajak bertukar pikiran secara pelan. Mecoba belajar melihat sesuatu dari kacamata anak.
Wuih dari urusan kacamata ternyata ada hikmahnya juga, ya hehehe. Alhamdulillah. Semoga kita semua selalu berusaha yang terbaik ya, Nak :)
[Silakan baca: Mau 3 Jam, 8 Jam, atau Seminggu, Sekali Ibu Tetap Ibu]
Pengennya sih jadi orang tua yang bijak. Tapi sadar atau enggak, ada kalanya jadi merasa jadi yang paling berpengalaman. Iya, sih orang tua pastinya lebih berpengalaman dibanding anak, cuma kadang suka lupa kalau anak pun perlu didengar pendapatnya. Contohnya kayak kacamata Keke ini. Sejak lama Keke udah berkali-kali minta matanya diperiksa tapi gak digubris.
Sometimes all you need is a new perspective
Yup! Dari kacamata Keke, Chi seperti diingatkan lagi. Belajar untuk lebih mendengarkan, lebih memperhatikan, dan lain sebagainya. Apalagi Keke udah mulai remaja. Udah masuk masa puber. Memang sudah lewat masanya disuapin, belajar jalan, digantiin bajunya, dan lain sebagainya. Tapi, bukan berarti gak ada masalah. PR orang tua ma tetep banyak. Masa puber justru sepertinya akan jadi masa dimana orang tua harus semakin banyak mendengarkan dan menghargai sudut pandangnya.
Lagipula, bukankah yang baik memang seperti itu? Tidak hanya untuk hubungan antara orang tua dan anak. Tapi, dengan siapapun, usahakan melihat dari sudut pandangnya. Terutama bila terjadi beda pendapat. Gak selalu yang menurut kita jelek, itu pasti jelek. Siapa tau setelah memakai sudut pandang orang lain, pendapat kita jadi berubah.
Ngomong-ngomong, masih inget kehebohan tentang vlog Awkarin yang putus ma pacarnya itu? Hayooo ... Siapa diantara teman-teman yang justru baru tau tentang Awkarin setelah video itu? Siapa yang kemudian jadi parno dan khawatir anaknya follow dia?
Bukan bermaksud membuat nama si seleb itu makin terangkat. Nyatanya, sebelum ada heboh-heboh pun yang follow dia udah puluhan ribu. Dan mayoritas anak abege semua. Anak-anak seumuran Keke. Dari puluhan ribu yang follower abege, berapa banyak orang tua yang tau anaknya follow seleb itu?
Kalau Chi udah tau sejak beberapa lama sebelum kejadian itu. Siapa lagi sumber infonya kalau bukan dari Keke? Dia masih terbuka untuk urusan pribadinya dan juga yang sedang trend di kalangan dia dan teman-temannya. Keke sih gak follow, malah ma dia di-block. Alasannya, tiap kali dia search di IG, selalu yang ada di deretan atas tuh foto-foto Awkarin. Merasa terganggu, akhirnya diblock lah ma Keke. Tapi bukan berarti Keke gak tau siapa dia. Kan, beberapa temannya ada yang follow.
Chi bersyukur Keke bersikap untuk nge-block. Tapi, seandainya Keke follow pun mungkin Chi akan sejenak menarik napas kemudian bertanya alasan kenapa sampe follow. Gimana kalau anaknya beralasan follow dia karena IG dan vlognya yang keren dan kreatif tapi gak ikut-ikutan kelakuannya? Tentu bisa aja kita bilang di luar sana masih banyak anak muda yang juga keren dan kreatif tapi kelakuannya juga keren. Cuma kayaknya kalau udah sama anak abege, rada sulit kalau main perintah, ya. Harus diajak bertukar pikiran secara pelan. Mecoba belajar melihat sesuatu dari kacamata anak.
Wuih dari urusan kacamata ternyata ada hikmahnya juga, ya hehehe. Alhamdulillah. Semoga kita semua selalu berusaha yang terbaik ya, Nak :)
28 التعليقات
Gpp, pakai kacamata tetep keren kok ;)
ردحذفKebalik dari saya, Chi. Fauzan malah udah beberapa kali ke dokter mata karena matanya sering kedip2 gitu kalau habis main game / depan layar monitor. Sampai dokternya bilang, Ibunya nih yang ketakutan .. hehehe
Tapi sekarang Fauzan berkacamata ya, Mbak
حذفmataku aja yg parah banget kalo ngeliat dalam radius 2 meter baru minus 2.5... keke udh masuk 3? tapi untunglah udh kacamata ya mbak, jd bisa lbh jelas skr melihatnya... keke keren ih, udh bisa ngebedain mana yg sbnrnya bagus utk difollow ama ABG2 kyk dia, dan mana yg memang bgsnya diblock aja :)..
ردحذفIya, Mbak. Kaget juga langsung di atas 3 :)
حذفMakasih mb. Diingatkan.. Aku punya anak yang hobi nge game ma nonton tv juga soalnya...
ردحذفSama-sama :)
حذفSemoga keke bisa sembuh minus matanya, eh bisa sembuh kan ya?
ردحذفgak tau
حذفlangsung tinggi bgt ya mba...dulu dzaky juga sekitar segituan pas ketauan..
ردحذفiya, langsung tinggi
حذفwaaa keke udah abg ya mak,ya ampun min nya udah lgsg byk..kayak aku hehehe...
ردحذفMak Chi apa kabarrr?semoga sehat selaluu..^^
Sama-sama di atas 3 juga?
حذفKabarnya sih kalau kacamatanya rajin dipakai nanti minusnya bisa berkurang...
ردحذفBegitu, ya? Mudah-mudahan, deh
حذفanak saya jg langsung tinggi minusnya mak :( 3,5 dan 2,5 dan dia masih kls 4 SD :(
ردحذفWah tinggi juga, ya
حذفpakai kacamata tetep keren koq... bagus yah mengambil sikap jd ak iktan arus kurang baik itu.
ردحذفiya :)
حذفBener juga, kadang kita menyepelekan keluhan anak karena menganggap kurang masuk akal tapi ternyata beneran... Makasi mbak udah diingatkan untuk selalu tak menyepelekan apapun cerita anak.
ردحذفSama-sama :)
حذفWah, Keke udah gede ya. Makin besar makin ganteng. Saya juga gitu, pakai kacamata pas kelas 2 SMA. Tapi memang ga drastis kayak Keke. Semoga makin gede makin dewasa jjuga ya Mbak. Dekat terus sama ortunya.
ردحذفaamiin
حذفWaaa gede banget minusnya mba.
ردحذفSama kaya ibu aku, ngerasa bersalah anaknya minus tinggi :(
trus lulus SMA langsung lasik >.<
Aku ketat banget sekarang ke anak-anak, belajar kudu di tempat terang. Takut juga pada pakai kacamata.
Pengen sih dilasik. Kumpulin duitnya dulu :)
حذفKita harus tetap belajar jadi orag tua ya Mbak.Apalagi punya anak ABG zaman sekarang.
ردحذفiya, Mbak
حذفmemang kadang kita suka cuek ay , mikirnya ah gak apa2,tapi belun tentu ya
ردحذفiya, Mbak
حذفTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^