Keke: "Ima curang, tuh, Bun!" Bunda: "Curang kenapa?" Keke: "Di kelas, dia ranking 1. Lomba mewarnai di sekolah, Ima juara 1
terus." Bunda: "Trus, apa itu artinya Ima curang?" Keke: "Abis Keke gak pernah juara." Bunda: "Gini, ya ... Keke tahun ini terpilih ikut lomba apa?" Keke: "Lomba pidato." Bunda: "Keke juga cerita kalau pilih materi pidato yang panjang, kan?
Tanpa dipaksa?" Keke: "Iya." Bunda: "Tapi, abis itu Keke latihan di rumah, gak?" Keke: "Hmm ... Hehehe ..." Bunda: "Nah, nyegir kalau udah gitu. Jadi, apa iya adekmu curang?" Keke: "Enggak. Tapi, Ima juara terus, sih." Bunda: "Lha, Keke lihat sendiri, kan, bagaimana usaha adekmu di
rumah?" Keke: "Iya hehehe." Kalau membaca bahasa tubuh serta gaya bicara Keke saat itu, Chi merasa
dia gak benar-benar menuduh Nai curang. Sepertinya Keke hanya iri melihat
adiknya yang lagi sering juara.
Saat itu, Keke juga ikut lomba di sekolah. Tahun ini, dia terpilih untuk
ikut lomba pidato. Tapi, setiap kali dia terpilih ikut lomba, dia tetap
aja bersikap sangat santai. Bahkan saking santainya nyaris tidak terlihat
melakukan persiapan. Keke: "Keke bisa, Bun. Tenaaang ..." Begitu selalu jawabannya. Chi gak bisa memaksa juga supaya latihan. Kalau
dipaksa nantinya malah bersungut-sungut. Chi cuma pesan kalau jangan
sampai mengecewakan. Harusnya menolak kalau gak sanggup atau gak ingin
ikut
kompetisi. Keke selalu bilang sanggup dan (kembali) minta bundanya untuk tenang.
Duh, anak-anak, ya hehe. Tapi, Chi percaya kalau Keke memang sanggup. Cuma kurang maksimal aja.
Karena kalau beneran gak tertarik ikut berkompetisi biasanya Keke akan
terang-terangan menolak. Kalau terpaksa melalukan, dia akan sengaja
disalah-salahkan. Seperti beberapa waktu lalu, ada audisi Spelling Bee di
sekolahnya. Yang terpilih akan mewakili sekolah untuk berkompetisi. Keke
gak mau terpilih, trus dia cerita kalau jawabannya sengaja
disalah-salahkan. Duh, anak-anak hehehe. Walaupun tidak memaksa, tapi bukan berarti Chi lepas begitu saja. Setiap
hari, Chi ajak ngobrol tentang persiapan menghadapi kompetisi. Kasih
motivasi seperti apa untungnya berkompetisi. Kasih semangat juga. Serta
kasih beberapa tip tentang tentang kompetisi yang akan mereka ikuti.
Misalnya, Nai bisa dikasih saran bagaimana mewarnai yang bagus. Sedangkan
untuk Keke, Chi bantu kasih garis besar tentang pidato yang akan dia
bawakan.
Tahun ini, Nai tetap tekun berlatih mewarnai. Setiap sore, dia
mengeluarkan peralatan mewarnainya dan berlatih mewarnai. Sedangkan untuk
Keke memang nyantai banget. Chi udah bantu kasih saran tentang garis besar
pidato. Maksudnya biar dia gak usah ngapalin keseluruhan isi pidato.
Hapalin garis besarnya aja, sehingga dia bisa berimprovisasi. Tapi karena
dia santai banget, akhirnya ketika perlombaan tiba, dia memilih berpidato
dengan membaca teks. Coba ambil positifnya aja. Setidaknya mereka sudah berani berkompetisi.
Apalagi berpidato, walaupun baca teks tapi tetep aja butuh keberanian
karena harus berbicara di depan orang. Mengenai hasil, anggap aja sepadan
dengan usaha. Saat itu, Nai lebih tekun dalam persiapan menghadapi
kompetisi. Gak heran kalau akhirnya dapat juara :)
0 Comments
Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^