Pilah-Pilih Sekolah

Dalam beberapa bulan ke depan, saat tahun ajaran baru berganti, Keke akan mulai menyandang status baru menjadi anak SMP. Chi pun semakin gencar pilah-pilih sekolah untuk Keke. Dari dulu, Chi selalu punya kebiasaan mencari sekolah untuk anak-anak, terutama Keke, sejak paling tidak 2 tahun sebelumnya. Kenapa terutama Keke, karena Nai biasanya tinggal ngikut aja pilihan sekolah yang udah duluan dimasukkin kakaknya. Lagipula Nai selalu setuju, Dia seneng kalau bisa sekolah bareng kakaknya.

Malah dulu waktu Keke mulai SD dan Nai masih di TK, sempat untuk beberapa saat Nai sedih karena kakaknya udah gak ada di sekolah. Selama 2 tahun mereka sempat pisah karena bersekolah di 2 tempat berbeda. Nah, menjelang Keke masuk SMP ini, Nai udah dibilangin kalau kemungkinan akan pisah sekolah. Memang masih ada kemungkinan Keke akan sekolah di tempat yang sama dengan SDnya sekarang. Tapi, ada beberapa alternatif sekolah pilihan lain yang kami tuju.

Sejak kelas 5, Chi sudah mulai memikirkan sekolah lanjutan untuk Keke. Di awal lebih banyak diisi dengan pedebatan antara Chi dan K’Aie. Negeri vs Swasta yang menjadi perdebatan kami berdua. Chi pilih swasta dengan alasan jumlah murid per kelas lebih sedikit dan lokasi dekat dengan rumah. Malah masih di lokasi yang sama, jadi Chi gak terlalu ribet kalau harus antar jemput anak. Keke bahkan udah terbiasa naik sepeda ke sekolah kalau lokasinya dekat. Kekurangannya memang di biaya karena udah pasti mahal. Tapi, pengalaman selama ini, sih, walopun mahal tidak ada biaya ini-itu lagi selama tahun ajaran berlangsung. Cukup sekali bayar aja setiap menjelang tahun ajaran baru.

K’Aie memilih sekolah negeri dengan pertimbangan kalau udah tingkat SMP dan SMA, syukur-syukur sampe kuliah, sebaiknya negeri. Dari biaya juga sepertinya tidak semahal kalau memilih swasta. Memang masih sepertinya karena kami belum survey langsung sekolah negeri yang dipilih. Apalagi Keke pengennya kalau pilihan jatuh ke SMP negeri, maunya yang kelas international. Denger-denger kalau model sekolah international negeri kan kayak swasta baik dari rasio jumlah murid, biaya, dan lain-lain.

K’Aie setuju aja kalaupun Keke memilih sekolah international yang penting negeri. Sedangkan Chi, masih tetap ngotot di swasta. Lokasi juga menjadi perdebatan pendapat. Kalau di negeri, Keke harus naik angkot, sedangkan swasta kan enggak karena dekat rumah. Buat K’Aie, gak apa-apalah anak naik angkot. Asalkan diajari dan yakin Keke bisa. Tapi, buat Chi rasanya masih berat kalau ngizinin anak naik angkot sendiri. Padahal dulu Chi juga ke sekolah turun-naik angkot. Giliran udah jadi ibu malah parnoan sama anaknya hehehe.

Setelah beberapa kali berbeda pendapat. Berkali-kali dipikirkan plus-minusnya, Chi pun setuju akhirnya setuju untuk sekolah negeri. Walopun masih deg-degan banget, nih. Beberapa teman Keke udah ada yang terdaftar menjadi di SMP swasta. *Yup! Untuk sekolah swasta, pendaftaran siswa baru untuk berbagai jenjang udah mulai dibuka.* Karena sekarang prioritas Keke adalah ke negeri, masih deg-degan banget, nih. Negeri kan baru buka pendaftaran nanti setelah pengumuman kelulusan. Berarti masih beberapa bulan lagi. Kayaknya untuk saat ini, survey ke berbagai sekolah negeri piluhan dulu aja, deh.

Pada akhirnya nanti keputusan memang masih bisa berubah. Bisa berbeda dari rencana. Seperti dulu, Chi udah niat banget untuk home schooling bagi Keke dan Nai setelah lulus TK. Surveynya sampe 2 tahunan. K’Aie pun setuju untuk home schooling. Tapi, dalam perjalanannya, dengan beberapa alasan kami akhirnya memilih sekolah konvensional. Sekolah yang dijalani Keke dan Nai sekarang. Alhamdulillah, gak salah pilih juga karena sekolahnya masih termasuk child friendly.

Kriteria sekolah pilihan memang gak cukup hanya dengan mempertimbangkan biaya dan lokasi saja. Sekolah ternama dan favorit sekalipun belum tentu pasti cocok dengan anak. Walopun Chi juga gak memungkiri ketika memilih sekolah, yang pertama dilirik adalah sekolah favorit dulu. Karena pasti ada beberapa alasan kenapa banyak orang memfavotitkan sekolah tersebut. Tapi, sekali lagi bukan berarti cocok, lho.

Pengalaman adik Chi yang paling kecil pernah sampai 2 kali pindah sekolah. Waktu TK, dia sekolah di sekolah ternama yang banyak difavoritkan orang. Nyatanya, gak lama dia mogok sekolah. Lokasinya sekolahnya lumayan jauh dari rumah. Chi yang setiap hari antar-jemput dia. Bahkan nungguin di sekolah. Makanya, Chi waktu kuliah dulu ambil kelas sote karena pagi-pagi bertugas antar-nunggu-jemput adik di sekolah hihihi.

Tapi, yang paling bikin dia mogok adalah setoap hari sekolahnya kasih PR. Buat adik Chi, PR setiap hari bikin dia gak suka. Akhirnya mogok sekolah dan berujung dengan pindah. Sekolah barunya hanya sekolah biasa yang lokasinya dekat rumah. Tapi, sekolahnya masih seperti TK zaman dulu yang lebih banyak bermainnya. Adik Chi betah di sana.

Ketika SD, dia kembali masuk sekolah ternama. Awalnya betah, sampai kemudian dia mogok sekolah karena dihukum gurunya dengan dipukul telapak tangannya. Mogok sekolah setiap hari Sabtu. Awalnya, orang tua berpikir karena Sabtu mereka libur kerja, jadi adik Chi ikutan gak mau sekolah. Tapi karena terus-terusan gak mau sekolah setiap hari Sabtu, baru deh ketahuan masalah sebenarnya setelah ditanya. Guru yang bersangkutan hingga kepala sekolah sudah datang ke rumah untuk meminta maaf, tapi adik Chi tetap bersikeras untuk gak mau sekolah. Ya, sudah daripada terus-menerus mogok, solusi satu-satunya adalah pindah sekolah. SD yang baru hanyalah SD biasa, jam sekolahnya juga gak panjang. Tapi adik Chi betah di sana hingga lulus.

Masuk jenjang SMP dan SMA kelihatannya gak ada masalah. Gak ada lagi ceriita pindah sekolah bahkan adik Chi berprestasi di kedua jenjang itu. Begitu juga ketika kuliah, semuanya lancar. Sekarang dia udah lulus, tinggal nunggu wisuda. Alhamdulillah, ada lowongan karir yang terlihat menarik di depan mata baginya. Salah satu perusahaan ternama mulai meliriknya.

Pelajaran yang Chi dapat dari sana adalah memilih sekolah yang baik itu personal banget. Biar kata banyak orang bilang sekolah A, B, C itu adalah yang terbaik dan favorit, belum tentu cocok untuk anak. Dan, jangan pula sebagai orang tua memaksakan kehendak apalagi demi alasan gengsi. Supaya orang melihat kita punya anak yang hebat karena masuk sekolah favorit.

Pertimbangkan dari sisi anak, apakah kira-kira dia akan suka atau malah jadi stress? Memang sih kita gak akan pernah tau kalau belum pernah coba. Tapi ketika survey kan bisa tanya-tanya berbagai hal. Dari hasil tanya-tanya itu bisa dipertimbangkan kira-kira anak akan suka, gak? Chi malah dari dulu selalu melibatkan anak. Ajak anak untuk melihat calon sekolah barunya. Karena pendapat anak itu penting. Apalagi yang akan menjalani itu anak, bukan orang tua.

Teman-teman lagi pusing juga memilih sekolah? Sama, dong hehehe. Selamat memilih, ya. Semoga dapat sekolah yang tepat :)

Post a Comment

18 Comments

  1. baru aja kemarin teman ada yang curhat bingung banget milih sekolah SD buat anaknya hehehe,mulai dari negeri atau swasta, lokasi, biaya dll. Riweh juga ya mak ternyata,banyak banget yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan.
    Nggak kerasa ya keke tahun depan masuk SMP^^

    ReplyDelete
  2. aku jg lagi bingung survey SD utk Selma, pdhl Shidqi dah SDIT, entah pengennya suasana beda..

    ReplyDelete
  3. saya juga bingung nih buat raissa mak, makin mahal ekolah hiks..

    ReplyDelete
  4. sama kayak Fayda, sekolah itu pengen selalu ikut kakaknya, pengen sama dgn kakak :)

    ReplyDelete
  5. ntar pasti ada saatnya aku pusing mikirin sekolah untuk anak2ku...hehehe..semangattt...

    ReplyDelete
  6. Milih SMP pun sama aja ribetnya, ya, Mbak. Aku sama suami lagi memperdebatkan untuk SD, nih. Sekarang sih udah SD, tapi nanti pas di Indo kayaknya kudu ngulang lagi kelas 1-nya, biar bisa nyamain pelajaran. Masih bingung juga sekolah mana, bukan cuma swasta-negeri, tapi juga antara swasta-swasta. Huaaahhhh. >___<

    ReplyDelete
  7. Wah, Nai malah seneng satu sekolah sama kakaknya. Kalo adekku malah gak suka satu sekolah sama aku, sebel dibanding2in dia. Wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha, beda-beda, ya. Saya juga dulu males dibarengin, sih :D

      Delete
  8. Ribet jg ya cari sekolahan, tp emang gitu sih, reputasi sekolahan jg penting untuk anak2, lingkungan sekolahannya jg.
    tp sekolah bagus tp gak nyaman untuk anaknya jg berefek ke anaknya jg ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. reputasi sering jaid pertimbangan. Tapi masalahnya belum tentu anaknya cocok. Jadi bikin galau juga

      Delete
  9. dulu aku sih milih yg negeri, gak peduli di mana, ahahha. tp ya tergantung nilai yg aku dpt juga

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^