Buku Tetap Menjadi Jendela Dunia

By Keke Naima - March 21, 2017

Sejak kecil, Chi sudah akrab dengan istilah "Buku adalah jendela dunia." Dikatakan sebagai jendela dunia karena dengan membaca buku, kita jadi bisa memiliki ilmu pengetahuan. Buku bisa menjauhkan dari jurang kebodohan dan meningkatkan taraf hidup manusia.

Buku Tetap Menjadi Jendela Dunia

Di zaman internet saat ini, di mana segaka informasi tinggal nge-Google, apakah istilah tersebut masih berlaku? Ternyata masih. Jawabannya Chi dapatkan saat menghadiri acara Kafe BCA 5 di Jakarta, 15 Maret 2017 dengan tema "Membaca Dari Generasi ke Generasi".

Tingginya minat baca di masyarakat bisa mempengaruhi kemajuan suatu negara. Tingkat literasi di Indonesia menurut berbagai kajian masih tergolong rendah. UNESCO pun mengatakan Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara untuk tingkat literasi.

Menurut bapak M. Syarif Bando, Kepala Perpustakaan Nasional RI, berbicara tentang literasi harus diawali dengan indeks budaya membaca. Tolok ukur indeks budaya membaca adalah ketrampilan mengenal huruf, ketrampilan mengenal kata, ketrampilan mengenal kalimat, ketrampilan mengenal sebab-akibat, dan ketrampilan menyatakan pendapat.


Indeks literasi adalah kemampuan seseorang untuk mengumpulkan seluruh sumber informasi sehingga seseorang eksis dengan profesinya

Ada beberapa tahapan indeks literasi, yaitu

  1. Kemampuan memahami yang tersurat dari yang tersirat
  2. Kemampuan mengkomunikasikan ide dan gagasan dari apa yang dibaca
  3. Kemampuan menciptakan sesuatu dari apa yang diketahui

Tinggi rendahnya indeks budaya membaca dan literasi adalah sebuah akibat. Penyebabnya yang harus dicari. Bapak M. Syarif Bando mengatakan sudah mencoba berbagai program yang ternyata minat membaca masyarakat Indonesia sangat tinggi. Tetapi bahan bacaannya yang sangat kurang. Apalagi kalau bicara kesenjangan dari Aceh hingga Papua. Tingkat kesenjagannya sangat tinggi.

UNESCO menetapkan bahwa 1 orang membaca 2 bahan bacaan. Sedangkan kondisi di Indonesia, 1 bahan bacaan ditunggu oleh 52 orang.

Peran perpustakaan juga penting. Perpustakaan bisa menjadi kunci bagi generasi muda Indonesia untuk gemar membaca. Untuk mendukung hal tersebut, saat ini perpustakaan tidak lagi menunggu didatangi tetapi justru yang mendatangi masyarakat.

Di era internet saat ini, ternyata belum mempengaruhi minat baca. Di tahun 2014, pengguna internet  sekitar 88,1 juta. Di tahun 2016 meningkat menjadi 130 juta. Tetapi 40% jumlahnya menggunakan internet untuk bermain game. Hanya 2,5% menggunakan internet untuk mencari ilmu pengetahuan.

Minat baca tidak bisa muncul seketika. Menurut ibu Tjut Rifameutia Umar Ali, Dekan Fakultas Psikologi UI, harus dimulai sejak dini. Anak-anak akan melihat apakah disekitarnya banyak orang yang suka membaca atau tidak. Bagaimana ekspresi orang-orang ketika membaca. Dan bagaimana benefit dari membaca. Semua itu akan diamati oleh anak.


"6 tahun pertama adalah usia emas anak. Di usia ini orang tua bis amembangun apapun termasuk minat membaca anak. Masanya untuk memberi contoh-contoh yang baik dan dasar yang kuat," ujar ibu Tjut Rifameutia Umar Ali.

Orang tua jelas harus suka membaca bila ingin memiliki anak yang suka membaca. Dongengkan juga untuk mereka dengan ekspresi yang menarik. Seseali ajaklah anak-anak ke perpustakaan. Bila anak tidak terbiasa membaca sejak dini, biasanya hanya akan membaca buku tugas sekolah saja.

Buku bacaan disesuaikan dengan usia. Untuk anak usia dini, gambarnya lebih banyak daripada tulisan. Semakin bertambah usia, tulisan lebih banyak dari gambar. Imajinasi akan bermunculan ketika membaca. Kemampuan kreativitas dan inovasi juga akan muncul saat berimajinasi. Semua saling terkait satu dengan lainnya.

6 tahun pertama faktor orang tua paling dominan. Setelah anak mulai sekolah, berbagai intervensi mulai masuk. Hingga ketika remaja biasanya faktor teman mulai mendominasi. Tetapi bila di usia dasar, anak sudah diberi fondasi yang kuat, biasanya apapun yang terjadi maka anak akan selalu mengkomunikasikan kepada orang tua.

Ketika anak sudah masuk sekolah, sebagian besar waktunya sudah dihabiskan di sekolah. Bapak Dadang Sunendar, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengatakan bahwa sejak 2 tahun terakhir ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki Program Gerakan Nasional Literasi.

Sebetulnya sejak zaman orde baru, Pemerintah sudah mendorong masyarakat untuk membaca tetapi hasilnya belum memuaskan. Berdasarkan Permendikbud no.23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satu isinya adalah kewajiban para siswa untuk membaca selama 15 menit sebelum jam pelajaran di mulai. Informasi ini sudah sampai ke berbagai sekolah tetapi kendala di lapangan adalah kurang panduan pelaksanaan dan bahan bacaan karena buku yang disarankan dibaca bukanlah buku pelajaran tetapi buku pengayaan seperti buku sastra.

Jumlah sekolah di Indonesia ada ratusan ribu jumlahnya. Faktor tenaga dan biayalah yang masih menjadi kendala pengadaan buku bacaan di sekolah. Untuk itu perlu bekerjasama dengan berbagai komunitas yang memiliki kesamaan visi dan misi tentang minat baca.

Dari sudut pandang sosiologis, sejarah masyarakat Indonesia lebih komunal dan budaya lisan. Melihat lagi sejarah, yang mempelajari bahasa tulisan, seperti sansekerta, hanyalah masyarakat tertentu seperti para raja atau pujangga. Dengan latar belakang sejarah seperti itu, untuk mengubah budaya lisan menjadi membaca memang prosesnya tidak mudah.


"Kebanyakan pendidikan kita satu arah. Para pendidik dianggap sumber pengetahuan, sedangkan siswa hanya menerima," ujar ibu Lucia Rati Kusumadewi, Dosen Sosiologi UI

Ibu Lucia menyarakan sistem pendidikan sebaiknya diubah menjadi 2 arah. Dimana ada diskusi antara pendidik dan anak didik. Buku bisa berperan dalam sistem pendidikan 2 arah. Anak menjadi tertarik untuk mencari ilmu dengan sistem pendidikan 2 arah.

Internet belum bisa menggantikan buku. Kemudahan mencari informasi di internet menghasilkan generasi instan tetapi kurang memiliki kedalaman berpikir. Membaca buku memiliki kedalaman dan juga membutuhkan usaha yang lebih besar dibandingkan mencari informasi melalui internet. Tetapi bila membaca buku, hasilnya cenderung lebih melekat dalam ingatan. Itulah kenapa buku tetap menjadi jendela dunia.


Books were my pass to personal freedom. I learned to read at age three, and soon discovered there was a whole world to conquer that went beyond our farm in Missisipi - Oprah Winfrey -

Bila di Amerika, ada sosok Oprah Winfrey, maka di Indonesia ada Andy F. Noya. Duta buku diberikan kepada Andy karena kecintaannya terhadap buku yang sangat besar. Dalam acara 'Kick Andy' kerap memberikan buku kepada penontonnya.

Andy bercerita tentang latar belakang kecintaannya terhadap berbagai bacaan. Bagaimana ibunya, memiliki 3 anak, yang selalu berusaha keras menyediakan bahan bacaan untuknya meskipun perekonomian mereka sangat susah. Guru di sekolahnya pun mempunyai andil yang besar. Apa yang dilakukan orang tua dan guru di masa lalunya lah yang membentuk Andy F. Noya menjadi seperti sekarang yang kita kenal. Keberadaan buku-buku di erpustakaan pun juga memberikan andil besar terhadap kehidupan Andy.


"Bila membaca buku jangan dilihat dari perspektif Jakarta dan Jawa. Di berbagai daerah terpencil buku sangat susah didapat. Kalaupun tersedia, tidak terjangkau harga belinya," ujar Andy F. Noya.

Semua anak dimanapun memiliki hak yang sama untuk membaca buku. Tetapi minimnya bahan bacaan, banyak anak  yang dari ekonomiya kurang mampu berpikir bahwa mereka memang sudah ditakdirkan untuk hidup seperti itu selamanya. Padahal dengan membaca buku bisa membuka cara berpikir mereka, bisa membangkitkan semangat untuk maju.

"Kondisi minat baca bangsa Indonesia saat ini mendorong BCA menggelar forum untuk mengkaji persepsi, kondisi, dan motivasi yang dapat ditanamkan untuk mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar gemar membaca," ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.

Gerakan berbagi "Buku untuk Indonesia" adalah gerakan BCA yang ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berbagi pengetahuan kepada masyarakat. Buku adalah jendela dunia. Dengan difasilitasi oleh Blibli.com, masyarakat bisa ikut berpartisipasi Gerakan Berbagi Buku yang digagas BCA ini.

Teman-teman bisa melakukan donasi melalui homepage www.bukuuntukindonesia.com. Caranya mudah seperti kita belanja online di Blibli. Para donatur bisa mendapatkan kaos apresiasi bila sudah melakukan donasi. Selain difasilitasi oleh Blibli, ke depannya juga donasi bisa dilakukan diberbagai cabang BCA. Donasi yang kita berikan nantinya akan dikonversi menjadi buku yang akan disalurkan ke berbagai daerah di Indonesia.

Dengan adanya gerakan ini diharapkan masalah ketersediaan buku di berbagai daerah bisa mulai teratasi. Dan bisa menjadikan membaca buku menjadi gaya hidup. Yuk, kita ikut berpartisipasi.

[Silakan baca: Berbagi Buku untuk Indonesia di Hari Anak Nasional]

  • Share:

You Might Also Like

18 comments

  1. Kemarin waktu ke Gramedia juga ada yg nawari, tp beda namanya maksudnya bisa dikatakan sama. Gerakan Indonesia membaca. Meluncur ah ke web buku untuk indonesia...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang penting tujuannya sama-sama ingin anak-anak Indonesia gemar membaca dan kita membantu menyediakan ketersediaan buku hingga pelosok :)

      Delete
  2. Seneng banget disaat banyak anak Indonesia 'dijajah' sama gadget, masih ada yang peduli sama buku, ilmu pengetahuan, dan dunia literasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena buku memang masih menjadi jendela dunia. Bahkan gadget pun belum bisa menggantikannya

      Delete
  3. Membangkitkan semangat membaca lagi ya, mbk utk anak2 Indonesia.. Karena sekarang buku mulai tergeser sama gadget untuk sebagian anak2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. akrab ma gadget bagus. Tpai memang sebaiknya ettap juga akrab dengan buku :)

      Delete
  4. aku punya buku yg seri apakah itu Myr. beli pas promo 5rb :)

    ReplyDelete
  5. Budayakan membaca mulai dari keluarga kita.
    Sering beli buku pas ada book fair. Lumayan dapat diskon.

    ReplyDelete
    Replies
    1. biasanya kalau ada book fair, saatnya ngeborong :D

      Delete
  6. Aku bersyukur papa dulu telaten dan sabaaar bgt ajarin kita baca dr umur 2 thn. 3 thn aku mulai baca buku anak2 dan sejak itu ketagihan ama buku :). Makanya anakku aku biasain utk suka dulu ama buku, biar minta baca mereka tinggi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, biasanya kalau berawal dari keluarga lebih efektif

      Delete
  7. Tantangan masa kini nih, biasain anak supaya suka buku. Karena mama papanya sendiri lebih banyak baca dari gadget or ebook, huhuhu.

    ReplyDelete
  8. Karena lagi postgrad, aku kudu iqra' terus nih Mba Chi. Wkwkwk.... kudu baca belasan buku tiap minggu, plus jurnal2 ituh. Kadang kangen juga baca Smurf, atau Lucky Luke. Hahhhayyyy

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^