Beberapa waktu lalu, Chi menyimak keponakan (usia 4 tahun) bercerita tentang liburannya ke Amerika. Termasuk waktu jalan-jalan ke American Museum of Natural History. Salah satu ceritanya
tentang melihat mumi.

Keponakan: "Uwa, harusnya kakek dijadiin mumi. Supaya Aku bisa lihat
kakek."
Tidak ada sedikitpun cerita kalau dia takut saat melihat mumi. Malah pengen
kakeknya (papah Chi) dijadiin mumi. Ketika papah wafat, adik belum menikah.
Jadi, tentu aja keponakan gak pernah mengenal kakeknya.
Chi langsung tertawa mendengar celotehannya. Setelah itu, Chi jelasin kenapa kakeknya gak dijadiin mumi. Penjelasan yang sesederhana mungkin. Disesuaikan dengan pola pikir anak balita.
Chi langsung teringat pro kontra film JUMBO yang tentang
batasan aqidah. Apakah harus melarang anak balita ke museum yang ada muminya
karena khawatir tentang aqidah? Hmmm... Chi pengen ulas di sini, tentu
berdasarkan pengalaman pribadi tentang beberapa hal yang sebaiknya dilakukan
orangtua sebelum dan sesudah mengajak anak menonton film.
Biasakan Menonton Trailer, Membaca Sinopsis, dan Menyimak Berbagai Review
Beberapa hari lalu, Chi melihat utas salah seorang ibu di Threads. Intinya
dia kaget karena dengan kehadiran sosok Meri, si hantu cilik. Jalan
ceritanya pun menurutnya gak untuk semua umur. Lebih cocok untuk 7+. Dia
merasa jadi bingung dan repot menjelaskan banyak hal ke anaknya setelah
menonton film.
Apakah sebelum mengajak anak menonton film gak nonton trailer, baca sinopsis, dan menyimak berbagai review dulu?
Penting lho membaca sinopsis dan menonton trailer. Apalagi kalau mau ajak
anak menonton film. Tujuannya untuk mempertimbangkan dulu, udah cocok atau
belum mengajak anak nonton film tersebut.
Bahkan ada lho beberapa orangtua yang nonton duluan. Kalau dirasa pas, baru
deh ajak anaknya menonton. Ya, mungkin bagi sebagian orang, jadi double
bujet. Belum tentu juga bisa pergi tanpa anak karena gak ada yang bantu
jagain.
Tapi, intinya tuh adalah effort dari orangtua untuk mencari tau terlebih
dahulu. Minimal membaca sinopsis dan menonton trailernya.
Apalagi film JUMBO udah lebih dari 1 bulan tayang. Rasanya perlu
dibold atau dicapslock bagian yang lebih dari sebulan tayang.
Kenapa perlu dibold atau dicapslock? Kalau udah lebih dari sebulan, berarti
Review dari netizen udah banyak banget baik yang pro maupun kontra. Udah
lebih dari cukup untuk mempertimbangkan apakah sebaiknya ajak anak atau
enggak. Jadi, maaf, menurut Chi agak aneh kalau masih terkaget-kaget dan
merasa kerepotan menjelaskan ke anak.
Gimana gak kerepotan kalau kitanya aja gak mempersiapkan diri dulu?
Pentingnya Membuka Ruang Diskusi untuk Anak
Chi selalu berdiskusi dengan anak, termasuk setelah menonton film. Selalu
memulai diskusi dari sudut pandang anak. Terkadang sudut pandang anak dan
orang tua bisa berbeda, lho.
Contohnya tentang film Jumbo ini. Seperti yang Chi ulas sekilas di
postingan sebelum tentang review film ini. Ada beberapa orang tua yang
khawatir kalau dengan aqidah anak karena ada sosok Meri, si hantu cilik.
Terkesan mengajarkan anak untuk bekerjasama dengan hantu. Ada juga yang
menyayangkan kenapa film anak ada kisah horrornya.
Apakah anak akan berpandangan sama?
Belum tentu. Chi menyimak banyak review, khususnya dari orang tua yang
mengajak anak untuk menonton Jumbo. Ternyata banyak juga anak punya sudut
pandang berbeda dengan orang tuanya.
Silakan baca:
Film Jumbo, Animasi Indonesia yang Sap Sap Sap!
Keponakan Chi salah satunya. Menurutnya, Meri adalah anak perempuan. Gak
merasa horror. Bahkan dia bilang Meri cantik dan punya kekuatan
terbang.
Ketika keponakan dengan semangat bercerita film Jumbo, bukannya menjadi
pendengar yang baik, Chi malah (berakting) menjadi uwa yang ngeselin.
Pura-pura menjadi uwa yang memaksakan pendapat. Sampe bikin dia kesel dan
bilang, "Udahlah! Aku gak mau ngomong lagi sama Uwa Bunda!
Males!"
Beneran diambekin untuk beberapa lama. Meskipun ketika uwanya mau pulang
tetap dilarang ma dia hahaha! Postingan berikutnya mungkin Chi akan cerita
tentang ini, ya.
Bukan berarti kekhawatiran orang tua gak beralasan. Tapi, berdasarkan
pengalaman pribadi, diskusi akan berjalan dengan baik kalau dimulai dari
sudut pandang yang sama. Anak juga gak seperti merasa didikte menerima
nasihat.
Contoh lain lagi, pengalaman keponakan yang Chi tulis di awal artikel ini.
Mungkin bagi beberapa orang tua, rasanya serem mengajak anak balita melihat
mumi. Dalam Islam juga tentunya gak mengenal jasad dijadikan
mumi.
Tapi, apakah perlu khawatir berlebihan ketika keponakan bilang supaya
kakeknya dijadiin mumi? Perlukah melarang anak balita datang ke museum
seperti itu?
Sebaiknya ajak ngobrol dulu supaya tau lebih pasti yang ada dipikirannya.
Ternyata setelah Chi ajak ngobrol, keponakan mikirnya sederhana banget khas
anak-anak. Dia kan gak pernah lihat wajah kakeknya. Karena adik Chi belum
menikah ketika papah wafat. Keponakan pernah diajak berziarah ke makam
kakeknya. Makanya ketika melihat mumi, ya, dia mikirnya seperti itu
hehehe.
Keponakan Chi itu juga tau kalau pak Kades di film animasi itu memiliki
karakter jahat. Tapi, dia juga bilang kalau kumisnya lucu hahaha. Beberapa
orang tua menganggap jahatnya pak Kades kurang cocok untuk film anak. Bahkan
dianggap berat temanya karena tentang penggusuran lahan. Keponakan Chi malah
mikirnya lain.
Chi: "Ada yang jahat gak di film Jumbo?"
Keponakan: "Pak Kadesnya jahat. Tapi, punya kumis lucu. Tebel banget kumisnya hahaha."
Chi: "Jahat kenapa?"
Chi: "Ada yang jahat gak di film Jumbo?"
Keponakan: "Pak Kadesnya jahat. Tapi, punya kumis lucu. Tebel banget kumisnya hahaha."
Chi: "Jahat kenapa?"
Keponakan: "Jahatin Meri."
Chi: "Kenapa pak Kades jahat ke Meri?"
Keponakan: "Karena pak Kades pengen bisa terbang. Padahal gak usah
jahat kalau mau terbang. Kan bisa naik pesawat kayak Aku. Malah di
pesawat enak, terbangnya bisa sambil tidur."
Nah kan! Dia mikirnya pak Kades karena pengen bisa terbang. Makanya
berusaha mencuri kekuatan Meri. Logis juga untuk pikiran anak-anak,
kalau mau terbang mending naik pesawat aja hahaha.
Alumni Casper vs Generasi Sekarang
Ketika perdebatan film Jumbo sempat agak memanas tentang hal aqidah, banyak
banget yang bilang, "Dulu, nonton film kayak Casper, Ghostbuster, dan lain
kayaknya nyantai aja. Gak bikin jadi lepas aqidah" Bahkan sampai ada istilah
alumni Casper hehehe.
Chi termasuk alumni Casper juga. Pendapat itu ada benernya. Perasaan dulu
nonton ya sekadar hiburan. Tapi, kekhawatiran orang tua saat ini juga
sebaiknya jadi perhatian.
Dulu, sumber informasi belum seperti sekarang. Sangat terbatas dan
seringnya hanya searah. Jadi pikirannya gak macem-macem. Nonton ya sekadar
hiburan. Chi gak pernah tuh diajak diskusi sama orang tua setelah menonton
film. Tapi, tetap merasa aman aja. Gak mikir macem-macem.
Beda ma zaman sekarang, apalagi kalau udah mulai terpapar media sosial.
Opini ini itu sangat beragam. Sangat bisa mempengaruhi. Anak generasi
sekarang juga lebih kritis karena terbukanya informasi. Makanya memang
kurang bisa juga kalau sesantai dulu. Bentengnya harus dibuat semakin
kuat.
Menjadi orang tua di zaman sekarang memang sebaiknya sering menjalin komunikasi dengan anak.
Moral Story Film Jumbo
Seperti yang Chi tulis di postingan sebelumnya, animasi ini menceritakan
tentang Don yang kerap dipanggil Jumbo oleh teman-temannya karena tubuhnya
yang besar. Film ini memiliki pesan tentang menghadapi bullying,
persahabatan, kompetisi, dan saling menyayangi,
Banyak sebetulnya yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama anak setelah
menonton Jumbo. Gak bisa dilakukan sekaligus. Satu per satu dan sebaiknya
tetap dimulai dari sudut pandang anak.
Setiap anak juga punya sensitivitas yang berbeda-beda. Ada beberapa orang
tua yang bilang kalau anaknya menjadi setelah menonton Jumbo karena di film
tersebut semua karakter anaknya gak punya orang tua.
Tapi, keponakan Chi malah mikirnya orang tua Jumbo belum pulang kerja.
Makanya, sehari-hari sama oma. Ya mungkin karena keseharian dia juga gitu.
Orang tuanya kan pekerja kantoran, sehari-hari sama neneknya. Ganti-gantian
sekian hari sama Nin, kemudian eyang. Jadi, dia pikir Jumbo sama aja kayak
dirinya.
Bukan bemaksud menggurui. Tapi, sebaiknya memang cari tau info
sebanyak-banyaknya dulu sebelum mengajak anak menonton film. Jadi, bisa
mempertimbangkan boleh atau enggak. Bagi anak lain aman, kan, belum tentu
untuk anak sendiri. Begitu pun sebaliknya.
76 Comments
Jujur karna anakku masib Balita aku belum ajak nonton ke bioskop apalagi nonton yang viral kemaren. Selain belum mengerti rasanya terlalu dini juga untuk menjelaskan ya mak. Sebagai orang tua memang harus lebih bijak ya soalnya anak sekarang jauh lebih cepat pemahamannya kadang
ReplyDeleteIya, memang disesuaikan dengan kesiapan anak juga. Saya juga begitu dari dulu
DeleteAku justru heran sama orang yang kontra sama film Jumbo yg menyangkutpautkan dgn aqidah. Apa kabar anak2 thn 90-an. Yg kenal bgt sama casper ga ada kepikiran akan merusak atau jd musyrik.
ReplyDeleteTapi setuju, memang baiknya utk mengajak menyaksikan film orang tua WAJIB memfilternya mana yg pas dan ga.
Mirisnya tuh bahkan sekarang banyak orang tua yg ajak anak nonton padahal udh dikasih label dewasa
Sebetulnya pesannya bagus mengingatkan tentang aqidah. Tapi, penyampaiannya yang kurang pas. Makanya jadi rame.
DeleteIya bener, kita kadang khawatir sama anak padahal dianya penasaran. Emang lebih baik diberikan penjelasan biar ga salah pengertian si anak.
ReplyDeleteYup! Akhirnya malah jadi kurang efektif pesan yang mau disampaikan orang tua. Karena mengabaikan pov anak
DeleteKalau dari POV lain jd inget saat aku gedeg banget waktu lagi viral film Vina sama KKN Desa Penari. Itu kan bukan film dewasa, koq bisa-bisanya orangtua bawa bocah-bocah nonton!!!
ReplyDeleteNah itu sih lebih parah lagi. Para orang tua harusnya kompak mengingatkan bahkan menegur
DeleteSaat memperbolehkan anak buat nonton film sesuatu, sebagai orang tua pastikan juga tontonan tersebut sesuai dengan usia anak atau enggaknya. Karena banyak beberapa kasus orang tua sampai kecolongan
ReplyDeleteKuncinya memang dikomunikasi dan tetap jaga bonding dengan anak
DeleteBagaimanapun tontonannya, yang penting memang pengawasan dan pemberian pemahaman kepada anak ya.
ReplyDeleteyup! Bahkan film anak-anak yang dirasa aman sekalipun. Baiknya anak tetap diajak ngobrol
DeleteApalagi anak jama skarang tuh pada kritis dan berpikiran memang sudah jauh ke depan kadang. Di perkotaan anak sudah biasa ya menganalisis masalah, mengambil kesimpulan dan memecahkan persoalan-persoalan
ReplyDeleteImajinasi mereka juga sungguh luar biasa. Memang benar kata keponakan nya kan kala mau terbang mah naik pesawat aja. Enak mlahan bisa asambil tiduran. Hehehe
Kritis karena sekarang sumber informasi jauh lebih banyak. Saya rasa udah gak terlalu valid membedakan anak kota dan desa. Karena sekarang internet pun sudah masuk hingga ke desa. Jadi, orang tua yang di kota maupun desa juga harus mulai melek internet
Deletekaget sih sebenarnya waktu jumbo ini ada kontranya dan berhubungan dengan meri. aku sebelum nonton sempat baca juga soal hantu ini dan lucunya anak-anakku setelah nonton nggak ada membahas soal meri. heu. tapi ya wajar sih kalau ada orang tua yang merasa sosok hantu itu nggak perlu tapi kalau sampai merusak akidah agak gimana gitu.
ReplyDeleteYekaaan! Anak-anak belum tentu ngeh ke sana. Kalau pun ada rasa khawatir dari orang tua memang wajar. Hanya cara beropininya yang harus pas hehehe
DeleteIya, baca huru-hara Jumbo ini memang dahsyat ya efek medsos jadi ramai perdebatan.. padahal kita dulu nonton Casper, Si Manis Jembatan Ancol dll nggak apa-ala ya akidah tetap baik Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
Deletesetuju mba, aku pun buka ruang diskusi dulu sama anak setelah aku baca-baca dulu nih review dan sinopsis terkit film Jumbo yang lagi hits ini. Namun nyatanya kedua anakku belum tertarik dan mengajak aku ke bioskop wkwk..dan yes akupun alumni chasper nyatanya ga sampe gimana2 spt yg lg viral jg ya mba terkait film ini.
ReplyDeleteSaya pun berawal dari ketertarikan anak menonton bioskop dulu. Tapi, gak langsung dipenuhi keinginannya. Saya lihat kesiapan anak
Deletebedanya mungkin anak jaman sekarang lebih kritis ya mbak ketika habis nonton film. Jaman aku dulu nonton ya nonton aja, ga pernah bertanya kenapa begini kenapa begitu. Memang sebaiknya anak didampingi ketika menonton film aagr mereka tak membuat kesimpulan sendiri
ReplyDeleteKarena sekarang sumber informasi dari mana-mana. Anak juga jadi lebih kritis
DeleteSetuju banget.
ReplyDeleteJadi orangtua memang kudu bijak ketika mengajak anak-anak menikmati tontonan di bioskop. Pun tidak serta merta judgement dengan sebuah karya.
Pastinya bisa diambil sisi positifnya dan bisa didiskusikan dengan pov sang anak, sesudah menonton.
Karena belum tentu pov anak dan orangtua sama.
Mereka manusia kecil yang belum terpapar banyak hal, pastinya menilai sesuatu dari pengalaman apa yanh dilihat, didengar dan dirasakan sehari-hari.
iya, sebaiknya samakan sudut pandang dulu
DeleteMenurutku pribadi, jumbo ini keknya lebih cocok ditonton anak usia SD atas yang udah bisa diajak diskusi, kalau masih TK PAUD keknya masih FOMO2an aja nih hehe.
ReplyDeleteHihihi bener mbak dulu jarang ada ortu ngajakin diskusi, kalau sekarang semua bisa jadi bahan diskusi. Kadang malah jadi bahan obrolan anak2 di sekolahan juga ya.
Emang kalau masih bocil sebaiknya dampingin anak nonton dan tanya2 apa yang dia dapat dari pilem itu, kalau ada yang melipir2 dikit, ortu yang berkewajiban mengarahkan.
Belum tentu karena FOMO juga, Pril. Kembali ke kesiapan masing-masing anak. Usia SD juga belum tentu bisa langsung ngerti keseluruhan ceritanya, lho. Tapi, poinnya tetap dipendampingan
DeleteItulah ya mbak pentingnya mengedukasi dan mencari informasi tentang film yang akan di tonton. Buat film jumbo menurut aku bagus, tergantung sisi bagian mana yang ingin jadi nilai baik. Lebih baik ya liat sisi positifnya
ReplyDeleteSisi positifnya menurut saya banyak dari film ini
DeleteJumbo ini film anak Indonesia terbaik yang pernah aku tonton dengan anak
ReplyDeleteYa meski banyak pro dan kontra ya
Tapi memang aku juga selalu nonton thriller film dulu sebelum ajak anak nonton, lalu setelahnya biasanya kami ngobrol tentang film yang sudah ditonton
Setuju banget. Saya suka sih jalan ceritanya
DeleteIya mbak
ReplyDeleteHabis nonton Jumbo anak anak tuh nanya soal Meri kok bisa terbang, haha
Trus anak paling besar malah nanya apakah nanti dia akan seperti Jumbo kalau aku sama ayahnya pergi jauh
Huhuhu...
Memang betul butuh cari tahu soal film-nya sebelum ajak anak anak nonton. Semua film yang ber-cover film anak-anak
Terutama kalau memang mau ajak anak, ya
Deleteanakku jarang ke bioskop, malah emang gak biasa sih, cuma pengalaman anak yang udah besar sejak kuliah sering diajak temannya nonton dan usah pilih2 film yang baik. Pengalaman pernah ajak anak ke bioskop emang harus siap2 ditanyain dan menjelaskan agar anak2 tidak "liar" berimajinasi
ReplyDeleteiya, orang tua harus selalu siap bila ditanya sama anak
DeleteNoted banget nih. Kadang suka lupa kalau anak juga butuh “briefing” sebelum dan sesudah nonton. Tips yang berguna banget buat para ortu masa kini. Thank you for sharing!
ReplyDeletesama-sama, Mbak
DeleteBahasan yang menarik ini Kak, karena belum banyak nih yang daku lihat mengulas seperti ini, bagaimana pentingnya orangtua berdiskusi dengan anak pasca mereka nobar
ReplyDeleteYup! Biar tau juga sejauh apa pemahaman anak
DeleteSetuju banget ama pemikiran ini. Menurutku membuka ruang diskusi yang seluas-luasnya dengan anak bisa jadi cara terbaik untuk kasih pengertian dan menanamkan value ke anak. Abis nonton Jumbo, anakku juga nggak terlalu notice kalau meri itu hantu yang gimana2. Dia mikirnya, meri ya temannya don. sesimple itu aja.
ReplyDeleteDari pro kontra itu, saya menyimak ternyata banyak kok anak yang mikirnya memang masih sangat sederhana ala anak
DeleteKalau Mbak Keke alumni casper, saya mungkin alumni novel anak Goosebumps. Dulu koleksi banyak banget sampe bela-belain nabung buat beli novelnya. Sayang pas pindah rumah, novelnya lenyap entah kemana. Btw terima kasih untuk tipsnya, Mbak. Jadi para orang tua bisa aware untuk prepare sebelum ajak anak nonton ke bioskop.
ReplyDeleteSama-sama, Mbak. Saya jadi pengen baca Goosebumps hahaha!
DeleteSetuju banget ini, apapun yang ditonton anak, orang tua wajib banget mancing diskusi, biar kita tahu pandangan anaknya seperti apa, setidaknya anak biar bisa membedakan mana fiksi mana realitas. Karena ada beberapa anak yang pada akhirnya tidak bisa membedakan fiksi dan realitas. Saya biasanya suka mancing, kalo ada hantu-hantu seperti itu, dan kalo anak tahu itu hanya bohongan dalam youtube saja, masih aman.
ReplyDeleteNah, memancing diskusi juga jadi bisa tau kan ya seperti apa pemahaman anak
DeleteBener banget, apapun filmnya, anak-anak harus didampingi orang tua. Ortu juga mesti cari tau review film dulu karena kan yang kenal karakter anak si ortu.
ReplyDeleteDan yg paling penting, ortu jgn egois. Karena mau ntn film, anak dibawa ke bioskop walaupun itu film untuk usia di atas 17 tahun.
Parah itu yang bawa anak nonton film dewasa
DeleteBelajar dulu sebelum nonton sama anak . Bukan hanya belajar alur ceritanya tapi mental sang anak . Anak anak takut gelap dan akhirnya nonton cuma sebentar. Seru tuh punya ponakan yang cerdas .
ReplyDeleteApalagi di era internet gini, review udah bertebaran banget
DeleteSepakat Mak Chi, aku pun selalu biasakan buat ngobrol sebelum dan sesudah nonton dg anak-abak, malahan klo ada rencana dan ide nonton sekarang mrk yang gercep cari info review dan trailernya trus malah discuss dulu ke kami. Tapi biasanya ujung2nya bilang gini..."udah smp itu aja ku ceritanya, ku gak mau kasih spoiler ke ibu.." Lhaa hahaha
ReplyDeletehahahaha! Tapi, setidaknya poin utama berdiskusi tetap ada ya
Deletemengajak anak-anak menonton film bagi orang tua pastinya ada banyak hal yang dipertimbangkan ya, mbak. pertama tentunya apakah filmnya memang benar bisa ditonton buat anak-anak dan juga apakah ceritanya sudah cukup sesuai dengan anak-anak yang akan diajak nonton ini
ReplyDeleteudah pasti saya pertimbangkan banget. Apalagi ketika mereka masih balita dan anak-anak
DeleteJumbo tuh dirayakan banget sama insan perfilman indo ya. Tapi ternyata banyak pro kontraknya juga. Aku belum nonton tapi ngeliat review-nya kayak bayangin ini film belum perfect banget. Tapi gapapa sih semoga ke depan animasi indo makin berkembang lagi.
ReplyDeleteSetiap film baik luar maupun negeri pasti akan ada pro kontra. Gak ada film yang sempurna
DeleteDengan kemajuan teknologi dan cara berpikir seiring dengan kemajuan zaman, orang tua memang harus ekstra hati-hati dalam beberapa isu penting yang mungkin mempengaruhi cara berpikir anak. Apalagi jika sudah dikaitkan dengan agama. Semua sejatinya dimulai dari orang tua. JIka ingin memberikan pembatas, maka mulailah dari apa dan mengapa pembatas itu harus dilakukan. Lakukan riset dari berbagai sumber sebelum memutuskan. Jika sudah gak yakin, ya leave it behind aja.
ReplyDeleteNah itu maksud saya. Orang tua memang punya hak menentukan mana yang boleh dan enggak.
DeleteFilm Jumbo kalau menurut sqya meskipun memang bisa ditonton anak-anak tetap harus di bawah pendampingan orang tua untuk menuntun sang anak jika ada yang tidak dimengerti.
ReplyDeleteSemua film, sih. Gak hanya Jumbo. Kalau udah ajak anak nonton memang harus didampingi dan diajak diskusi
Deleteto be honest, sebetulnya hal ini gak perlu diperdebatkan ya. Aapalagi kita generasi yang "terkontaminasi" sampai jadi fans berat HP sampai LOTR yang notabene itu kisah mitologi yang gak ada di agama. Kita anggap ya hiburan aja.
ReplyDeleteTapi memang kita beda generasi dg anak-anak kita. Paparan banjir informasi dan kemudahan akses internet bisa jadi gerbang misinformasi buat anak. diskusi udah jadi solusi bijak sih.
Makanya di artikel ini pun saya mengatakan kalau pesan yang kontra sebetulnya bagus. Tapi, memang penyampaiannya kurang tepat
DeleteIni filmnya bagus ya mba, aku pengen ngajak anak-anak nonton film Jumbo belum kesampean juga.
ReplyDeleteBagus kalau kata saya
DeleteSetuju. Seringnya, cara berpikir anak itu jauh lebih sederhana dari yang orang dewasa kira. Bahkan, ketika anak bertanya apakah boleh membantu hantu, bisa jadi sebenarnya dia cuma berpikir tugas itu terlalu berat buat dia karena enggak kenal dunia hantu. Sama sekali enggak ada urusannya sama akidah.
ReplyDeleteSebetulnya kebanyakan anak memang begitu. Orang tua bisa pelan-pelan menjelaskan
DeleteJaman sekarang dan waktu dulu memang jauh berbeda ya mba. Anak-anak saat ini lebih kritis dan memang perkembangan teknologi serta informasi juga jauh berbeda. Orang tua harus bisa memberikan informasi dan jawaban saat anak bertanya hal apa pun.Termasuk soal film ini.
ReplyDeleteSumber informasi juga jauh lebih banyak di zaman sekarang. Makanya daripada anak tau dari orang lai. Lebih baik orang tua juga terus berkomunikasi ke anak
DeleteJadi senyum-senyum baca interaksi Mbak Myra dengan keponakan
ReplyDeleteBeda banget dengan anak-anak generasi sebelumnya ya?
Dulu gak kepikiran bakal amazed seperti itu, karena saya juga selalu mendampingi anak-anak saya nonton (Harry Potter, Lord of the Rings dll), dan mereka gak pernah celetuk lucu kaya keponakan Mbak Myra
Anak-anak saya juga sama kayak sepupunya (keponakan saya) meskipun beda generasi. Makanya saya menulis ini pun juga karena pengalaman pribadi hehehe
DeleteWah iya nih lihat di platform X juga seru perdebatannya. Padahal kan nonton film itu selain utk hiburan justru biar bisa buka ruang diskusi dengan anak.
ReplyDeleteKesempatan ngajarin sesuatu yg anak tidak / belum tahu dan berpeluang jd core memories jg Krn momennya pas hal disukai
Hahaha iya komentar anak-anak memang sering memgubdang tawa Dan diluar nalar tapi ya itu ada benarnya juga.
ReplyDeleteMakasih sharingnya! Tipsnya lengkap buat orang tua ajak anak nonton film. Menurut kakak, film jenis apa yang paling disukai anak-anak?
ReplyDeleteMungkin perbedaan yang menonjol dulu dan sekarang itu akses informasi ya mbak. Dulu apa2 menyebarnya ngga secepat sekarang. Dulu segala berita, orang tua yang lebih dulu tau, karena anak-anak sibuk main di luar (pulangnya magrib) sampe rumah udah ngantuk kecapean. Besok pagi2 udah berangkat sekolah (karena jalan kaki) jadi kek ngga ada waktu anak2 buat ngurusin berita. Yang ada anak-anak seseruan dengan ceritanya sendiri.
ReplyDeleteSetiap hari ceritanya baru, jarang yang bahas cerita kemaren.
Yang paling penting memang komunikasi dan bonding dengan anak, sehingga pesan atau pun pemahaman yang orangtua coba sampaikan bisa mereka terima dengan baik. Mereka juga nggak akan main belakang hanya karena ingin nonton film2 yang sedang viral, padahal belum tentu sesuai usianya.
ReplyDeleteFilm jumbo ini aku sendiri blm nonton hahaha tapi hampir semua teman2 dekat bawa anaknya udah. Karena kmrn2 blm sempet waktuny pas ada waktu lowong memiliih untuk molor dirumah hahaha
ReplyDeleteItulah fungsinya mendampingi anak-anak ketika menonton film secara langsung tidak melihat reviewnya di medsos yang kadang menonjolkan sisi yang berbeda dari film tersebut atau memang ada muatan lainnya
ReplyDeleteSaya belum pernah punya pengalaman nonton sama anak kecil sih, biasanya sama saudara pun rata-rata sudah dewasa atau cukup umur. Tips di atas pasti berguna nih kalau nanti nonton bareng ponakanku yang masih SD.
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)
Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^