Beberapa Hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua Sebelum dan Sesudah Mengajak Anak Menonton Film

Beberapa waktu lalu, Chi menyimak keponakan (usia 4 tahun) bercerita tentang liburannya ke Amerika. Termasuk waktu jalan-jalan ke American Museum of Natural History. Salah satu ceritanya tentang melihat mumi.

review film jumbo

Keponakan: "Uwa, harusnya kakek dijadiin mumi. Supaya Aku bisa lihat kakek."

Tidak ada sedikitpun cerita kalau dia takut saat melihat mumi. Malah pengen kakeknya (papah Chi) dijadiin mumi. Ketika papah wafat, adik belum menikah. Jadi, tentu aja keponakan gak pernah mengenal kakeknya.

Chi langsung tertawa mendengar celotehannya. Setelah itu, Chi jelasin kenapa kakeknya gak dijadiin mumi. Penjelasan yang sesederhana mungkin. Disesuaikan dengan pola pikir anak balita.

Chi langsung teringat pro kontra film JUMBO yang tentang batasan aqidah. Apakah harus melarang anak balita ke museum yang ada muminya karena khawatir tentang aqidah? Hmmm... Chi pengen ulas di sini, tentu berdasarkan pengalaman pribadi tentang beberapa hal yang sebaiknya dilakukan orangtua sebelum dan sesudah mengajak anak menonton film.


Biasakan Menonton Trailer, Membaca Sinopsis, dan Menyimak Berbagai Review


Beberapa hari lalu, Chi melihat utas salah seorang ibu di Threads. Intinya dia kaget karena dengan kehadiran sosok Meri, si hantu cilik. Jalan ceritanya pun menurutnya gak untuk semua umur. Lebih cocok untuk 7+. Dia merasa jadi bingung dan repot menjelaskan banyak hal ke anaknya setelah menonton film.
 
Apakah sebelum mengajak anak menonton film gak nonton trailer, baca sinopsis, dan menyimak berbagai review dulu?

Penting lho membaca sinopsis dan menonton trailer. Apalagi kalau mau ajak anak menonton film. Tujuannya untuk mempertimbangkan dulu, udah cocok atau belum mengajak anak nonton film tersebut.

Bahkan ada lho beberapa orangtua yang nonton duluan. Kalau dirasa pas, baru deh ajak anaknya menonton. Ya, mungkin bagi sebagian orang, jadi double bujet. Belum tentu juga bisa pergi tanpa anak karena gak ada yang bantu jagain.

Tapi, intinya tuh adalah effort dari orangtua untuk mencari tau terlebih dahulu. Minimal membaca sinopsis dan menonton trailernya. Apalagi film JUMBO udah lebih dari 1 bulan tayang. Rasanya perlu dibold atau dicapslock bagian yang lebih dari sebulan tayang.
 
Kenapa perlu dibold atau dicapslock? Kalau udah lebih dari sebulan, berarti Review dari netizen udah banyak banget baik yang pro maupun kontra. Udah lebih dari cukup untuk mempertimbangkan apakah sebaiknya ajak anak atau enggak. Jadi, maaf, menurut Chi agak aneh kalau masih terkaget-kaget dan merasa kerepotan menjelaskan ke anak.

Gimana gak kerepotan kalau kitanya aja gak mempersiapkan diri dulu?


Pentingnya Membuka Ruang Diskusi untuk Anak


Chi selalu berdiskusi dengan anak, termasuk setelah menonton film. Selalu memulai diskusi dari sudut pandang anak. Terkadang sudut pandang anak dan orang tua bisa berbeda, lho.

Contohnya tentang film Jumbo ini. Seperti yang Chi ulas sekilas di postingan sebelum tentang review film ini. Ada beberapa orang tua yang khawatir kalau dengan aqidah anak karena ada sosok Meri, si hantu cilik. Terkesan mengajarkan anak untuk bekerjasama dengan hantu. Ada juga yang menyayangkan kenapa film anak ada kisah horrornya.

Apakah anak akan berpandangan sama?

Belum tentu. Chi menyimak banyak review, khususnya dari orang tua yang mengajak anak untuk menonton Jumbo. Ternyata banyak juga anak punya sudut pandang berbeda dengan orang tuanya. 
 
 
Keponakan Chi salah satunya. Menurutnya, Meri adalah anak perempuan. Gak merasa horror. Bahkan dia bilang Meri cantik dan punya kekuatan terbang. 

Ketika keponakan dengan semangat bercerita film Jumbo, bukannya menjadi pendengar yang baik, Chi malah (berakting) menjadi uwa yang ngeselin. Pura-pura menjadi uwa yang memaksakan pendapat. Sampe bikin dia kesel dan bilang, "Udahlah! Aku gak mau ngomong lagi sama Uwa Bunda! Males!" 
 
Beneran diambekin untuk beberapa lama. Meskipun ketika uwanya mau pulang tetap dilarang ma dia hahaha! Postingan berikutnya mungkin Chi akan cerita tentang ini, ya.

Bukan berarti kekhawatiran orang tua gak beralasan. Tapi, berdasarkan pengalaman pribadi, diskusi akan berjalan dengan baik kalau dimulai dari sudut pandang yang sama. Anak juga gak seperti merasa didikte menerima nasihat.

Contoh lain lagi, pengalaman keponakan yang Chi tulis di awal artikel ini. Mungkin bagi beberapa orang tua, rasanya serem mengajak anak balita melihat mumi. Dalam Islam juga tentunya gak mengenal jasad dijadikan mumi. 
 
Tapi, apakah perlu khawatir berlebihan ketika keponakan bilang supaya kakeknya dijadiin mumi? Perlukah melarang anak balita datang ke museum seperti itu?

Sebaiknya ajak ngobrol dulu supaya tau lebih pasti yang ada dipikirannya. Ternyata setelah Chi ajak ngobrol, keponakan mikirnya sederhana banget khas anak-anak. Dia kan gak pernah lihat wajah kakeknya. Karena adik Chi belum menikah ketika papah wafat. Keponakan pernah diajak berziarah ke makam kakeknya. Makanya ketika melihat mumi, ya, dia mikirnya seperti itu hehehe.
 
Keponakan Chi itu juga tau kalau pak Kades di film animasi itu memiliki karakter jahat. Tapi, dia juga bilang kalau kumisnya lucu hahaha. Beberapa orang tua menganggap jahatnya pak Kades kurang cocok untuk film anak. Bahkan dianggap berat temanya karena tentang penggusuran lahan. Keponakan Chi malah mikirnya lain.

Chi: "Ada yang jahat gak di film Jumbo?"
Keponakan: "Pak Kadesnya jahat. Tapi, punya kumis lucu. Tebel banget kumisnya hahaha."
Chi: "Jahat kenapa?" 
Keponakan: "Jahatin Meri." 
Chi: "Kenapa pak Kades jahat ke Meri?" 
Keponakan: "Karena pak Kades pengen bisa terbang. Padahal gak usah jahat kalau mau terbang. Kan bisa naik pesawat kayak Aku. Malah di pesawat enak, terbangnya bisa sambil tidur."
 
Nah kan! Dia mikirnya pak Kades karena pengen bisa terbang. Makanya berusaha mencuri kekuatan Meri. Logis juga untuk pikiran anak-anak, kalau mau terbang mending naik pesawat aja hahaha.


Alumni Casper vs Generasi Sekarang


Ketika perdebatan film Jumbo sempat agak memanas tentang hal aqidah, banyak banget yang bilang, "Dulu, nonton film kayak Casper, Ghostbuster, dan lain kayaknya nyantai aja. Gak bikin jadi lepas aqidah" Bahkan sampai ada istilah alumni Casper hehehe. 

Chi termasuk alumni Casper juga. Pendapat itu ada benernya. Perasaan dulu nonton ya sekadar hiburan. Tapi, kekhawatiran orang tua saat ini juga sebaiknya jadi perhatian.

Dulu, sumber informasi belum seperti sekarang. Sangat terbatas dan seringnya hanya searah. Jadi pikirannya gak macem-macem. Nonton ya sekadar hiburan. Chi gak pernah tuh diajak diskusi sama orang tua setelah menonton film. Tapi, tetap merasa aman aja. Gak mikir macem-macem.

Beda ma zaman sekarang, apalagi kalau udah mulai terpapar media sosial. Opini ini itu sangat beragam. Sangat bisa mempengaruhi. Anak generasi sekarang juga lebih kritis karena terbukanya informasi. Makanya memang kurang bisa juga kalau sesantai dulu. Bentengnya harus dibuat semakin kuat.

Menjadi orang tua di zaman sekarang memang sebaiknya sering menjalin komunikasi dengan anak.


Moral Story Film Jumbo


Seperti yang Chi tulis di postingan sebelumnya, animasi ini menceritakan tentang Don yang kerap dipanggil Jumbo oleh teman-temannya karena tubuhnya yang besar. Film ini memiliki pesan tentang menghadapi bullying, persahabatan, kompetisi, dan saling menyayangi,

Banyak sebetulnya yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama anak setelah menonton Jumbo. Gak bisa dilakukan sekaligus. Satu per satu dan sebaiknya tetap dimulai dari sudut pandang anak.

Setiap anak juga punya sensitivitas yang berbeda-beda. Ada beberapa orang tua yang bilang kalau anaknya menjadi setelah menonton Jumbo karena di film tersebut semua karakter anaknya gak punya orang tua.

Tapi, keponakan Chi malah mikirnya orang tua Jumbo belum pulang kerja. Makanya, sehari-hari sama oma. Ya mungkin karena keseharian dia juga gitu. Orang tuanya kan pekerja kantoran, sehari-hari sama neneknya. Ganti-gantian sekian hari sama Nin, kemudian eyang. Jadi, dia pikir Jumbo sama aja kayak dirinya.

Bukan bemaksud menggurui. Tapi, sebaiknya memang cari tau info sebanyak-banyaknya dulu sebelum mengajak anak menonton film. Jadi, bisa mempertimbangkan boleh atau enggak. Bagi anak lain aman, kan, belum tentu untuk anak sendiri. Begitu pun sebaliknya.

Post a Comment

76 Comments

  1. Jujur karna anakku masib Balita aku belum ajak nonton ke bioskop apalagi nonton yang viral kemaren. Selain belum mengerti rasanya terlalu dini juga untuk menjelaskan ya mak. Sebagai orang tua memang harus lebih bijak ya soalnya anak sekarang jauh lebih cepat pemahamannya kadang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, memang disesuaikan dengan kesiapan anak juga. Saya juga begitu dari dulu

      Delete
  2. Aku justru heran sama orang yang kontra sama film Jumbo yg menyangkutpautkan dgn aqidah. Apa kabar anak2 thn 90-an. Yg kenal bgt sama casper ga ada kepikiran akan merusak atau jd musyrik.
    Tapi setuju, memang baiknya utk mengajak menyaksikan film orang tua WAJIB memfilternya mana yg pas dan ga.
    Mirisnya tuh bahkan sekarang banyak orang tua yg ajak anak nonton padahal udh dikasih label dewasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya pesannya bagus mengingatkan tentang aqidah. Tapi, penyampaiannya yang kurang pas. Makanya jadi rame.

      Delete
  3. Iya bener, kita kadang khawatir sama anak padahal dianya penasaran. Emang lebih baik diberikan penjelasan biar ga salah pengertian si anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Akhirnya malah jadi kurang efektif pesan yang mau disampaikan orang tua. Karena mengabaikan pov anak

      Delete
  4. Kalau dari POV lain jd inget saat aku gedeg banget waktu lagi viral film Vina sama KKN Desa Penari. Itu kan bukan film dewasa, koq bisa-bisanya orangtua bawa bocah-bocah nonton!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu sih lebih parah lagi. Para orang tua harusnya kompak mengingatkan bahkan menegur

      Delete
  5. Saat memperbolehkan anak buat nonton film sesuatu, sebagai orang tua pastikan juga tontonan tersebut sesuai dengan usia anak atau enggaknya. Karena banyak beberapa kasus orang tua sampai kecolongan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kuncinya memang dikomunikasi dan tetap jaga bonding dengan anak

      Delete
  6. Bagaimanapun tontonannya, yang penting memang pengawasan dan pemberian pemahaman kepada anak ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup! Bahkan film anak-anak yang dirasa aman sekalipun. Baiknya anak tetap diajak ngobrol

      Delete
  7. Apalagi anak jama skarang tuh pada kritis dan berpikiran memang sudah jauh ke depan kadang. Di perkotaan anak sudah biasa ya menganalisis masalah, mengambil kesimpulan dan memecahkan persoalan-persoalan
    Imajinasi mereka juga sungguh luar biasa. Memang benar kata keponakan nya kan kala mau terbang mah naik pesawat aja. Enak mlahan bisa asambil tiduran. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kritis karena sekarang sumber informasi jauh lebih banyak. Saya rasa udah gak terlalu valid membedakan anak kota dan desa. Karena sekarang internet pun sudah masuk hingga ke desa. Jadi, orang tua yang di kota maupun desa juga harus mulai melek internet

      Delete
  8. kaget sih sebenarnya waktu jumbo ini ada kontranya dan berhubungan dengan meri. aku sebelum nonton sempat baca juga soal hantu ini dan lucunya anak-anakku setelah nonton nggak ada membahas soal meri. heu. tapi ya wajar sih kalau ada orang tua yang merasa sosok hantu itu nggak perlu tapi kalau sampai merusak akidah agak gimana gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yekaaan! Anak-anak belum tentu ngeh ke sana. Kalau pun ada rasa khawatir dari orang tua memang wajar. Hanya cara beropininya yang harus pas hehehe

      Delete
  9. Iya, baca huru-hara Jumbo ini memang dahsyat ya efek medsos jadi ramai perdebatan.. padahal kita dulu nonton Casper, Si Manis Jembatan Ancol dll nggak apa-ala ya akidah tetap baik Alhamdulillah

    ReplyDelete
  10. setuju mba, aku pun buka ruang diskusi dulu sama anak setelah aku baca-baca dulu nih review dan sinopsis terkit film Jumbo yang lagi hits ini. Namun nyatanya kedua anakku belum tertarik dan mengajak aku ke bioskop wkwk..dan yes akupun alumni chasper nyatanya ga sampe gimana2 spt yg lg viral jg ya mba terkait film ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya pun berawal dari ketertarikan anak menonton bioskop dulu. Tapi, gak langsung dipenuhi keinginannya. Saya lihat kesiapan anak

      Delete
  11. bedanya mungkin anak jaman sekarang lebih kritis ya mbak ketika habis nonton film. Jaman aku dulu nonton ya nonton aja, ga pernah bertanya kenapa begini kenapa begitu. Memang sebaiknya anak didampingi ketika menonton film aagr mereka tak membuat kesimpulan sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena sekarang sumber informasi dari mana-mana. Anak juga jadi lebih kritis

      Delete
  12. Setuju banget.
    Jadi orangtua memang kudu bijak ketika mengajak anak-anak menikmati tontonan di bioskop. Pun tidak serta merta judgement dengan sebuah karya.
    Pastinya bisa diambil sisi positifnya dan bisa didiskusikan dengan pov sang anak, sesudah menonton.

    Karena belum tentu pov anak dan orangtua sama.
    Mereka manusia kecil yang belum terpapar banyak hal, pastinya menilai sesuatu dari pengalaman apa yanh dilihat, didengar dan dirasakan sehari-hari.

    ReplyDelete
  13. Menurutku pribadi, jumbo ini keknya lebih cocok ditonton anak usia SD atas yang udah bisa diajak diskusi, kalau masih TK PAUD keknya masih FOMO2an aja nih hehe.
    Hihihi bener mbak dulu jarang ada ortu ngajakin diskusi, kalau sekarang semua bisa jadi bahan diskusi. Kadang malah jadi bahan obrolan anak2 di sekolahan juga ya.
    Emang kalau masih bocil sebaiknya dampingin anak nonton dan tanya2 apa yang dia dapat dari pilem itu, kalau ada yang melipir2 dikit, ortu yang berkewajiban mengarahkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum tentu karena FOMO juga, Pril. Kembali ke kesiapan masing-masing anak. Usia SD juga belum tentu bisa langsung ngerti keseluruhan ceritanya, lho. Tapi, poinnya tetap dipendampingan

      Delete
  14. Itulah ya mbak pentingnya mengedukasi dan mencari informasi tentang film yang akan di tonton. Buat film jumbo menurut aku bagus, tergantung sisi bagian mana yang ingin jadi nilai baik. Lebih baik ya liat sisi positifnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sisi positifnya menurut saya banyak dari film ini

      Delete
  15. Jumbo ini film anak Indonesia terbaik yang pernah aku tonton dengan anak
    Ya meski banyak pro dan kontra ya
    Tapi memang aku juga selalu nonton thriller film dulu sebelum ajak anak nonton, lalu setelahnya biasanya kami ngobrol tentang film yang sudah ditonton

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju banget. Saya suka sih jalan ceritanya

      Delete
  16. Iya mbak
    Habis nonton Jumbo anak anak tuh nanya soal Meri kok bisa terbang, haha
    Trus anak paling besar malah nanya apakah nanti dia akan seperti Jumbo kalau aku sama ayahnya pergi jauh
    Huhuhu...
    Memang betul butuh cari tahu soal film-nya sebelum ajak anak anak nonton. Semua film yang ber-cover film anak-anak

    ReplyDelete
  17. anakku jarang ke bioskop, malah emang gak biasa sih, cuma pengalaman anak yang udah besar sejak kuliah sering diajak temannya nonton dan usah pilih2 film yang baik. Pengalaman pernah ajak anak ke bioskop emang harus siap2 ditanyain dan menjelaskan agar anak2 tidak "liar" berimajinasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, orang tua harus selalu siap bila ditanya sama anak

      Delete
  18. Noted banget nih. Kadang suka lupa kalau anak juga butuh “briefing” sebelum dan sesudah nonton. Tips yang berguna banget buat para ortu masa kini. Thank you for sharing!

    ReplyDelete
  19. Bahasan yang menarik ini Kak, karena belum banyak nih yang daku lihat mengulas seperti ini, bagaimana pentingnya orangtua berdiskusi dengan anak pasca mereka nobar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Biar tau juga sejauh apa pemahaman anak

      Delete
  20. Setuju banget ama pemikiran ini. Menurutku membuka ruang diskusi yang seluas-luasnya dengan anak bisa jadi cara terbaik untuk kasih pengertian dan menanamkan value ke anak. Abis nonton Jumbo, anakku juga nggak terlalu notice kalau meri itu hantu yang gimana2. Dia mikirnya, meri ya temannya don. sesimple itu aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari pro kontra itu, saya menyimak ternyata banyak kok anak yang mikirnya memang masih sangat sederhana ala anak

      Delete
  21. Kalau Mbak Keke alumni casper, saya mungkin alumni novel anak Goosebumps. Dulu koleksi banyak banget sampe bela-belain nabung buat beli novelnya. Sayang pas pindah rumah, novelnya lenyap entah kemana. Btw terima kasih untuk tipsnya, Mbak. Jadi para orang tua bisa aware untuk prepare sebelum ajak anak nonton ke bioskop.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Mbak. Saya jadi pengen baca Goosebumps hahaha!

      Delete
  22. Setuju banget ini, apapun yang ditonton anak, orang tua wajib banget mancing diskusi, biar kita tahu pandangan anaknya seperti apa, setidaknya anak biar bisa membedakan mana fiksi mana realitas. Karena ada beberapa anak yang pada akhirnya tidak bisa membedakan fiksi dan realitas. Saya biasanya suka mancing, kalo ada hantu-hantu seperti itu, dan kalo anak tahu itu hanya bohongan dalam youtube saja, masih aman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, memancing diskusi juga jadi bisa tau kan ya seperti apa pemahaman anak

      Delete
  23. Bener banget, apapun filmnya, anak-anak harus didampingi orang tua. Ortu juga mesti cari tau review film dulu karena kan yang kenal karakter anak si ortu.

    Dan yg paling penting, ortu jgn egois. Karena mau ntn film, anak dibawa ke bioskop walaupun itu film untuk usia di atas 17 tahun.

    ReplyDelete
  24. Belajar dulu sebelum nonton sama anak . Bukan hanya belajar alur ceritanya tapi mental sang anak . Anak anak takut gelap dan akhirnya nonton cuma sebentar. Seru tuh punya ponakan yang cerdas .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi di era internet gini, review udah bertebaran banget

      Delete
  25. Sepakat Mak Chi, aku pun selalu biasakan buat ngobrol sebelum dan sesudah nonton dg anak-abak, malahan klo ada rencana dan ide nonton sekarang mrk yang gercep cari info review dan trailernya trus malah discuss dulu ke kami. Tapi biasanya ujung2nya bilang gini..."udah smp itu aja ku ceritanya, ku gak mau kasih spoiler ke ibu.." Lhaa hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha! Tapi, setidaknya poin utama berdiskusi tetap ada ya

      Delete
  26. mengajak anak-anak menonton film bagi orang tua pastinya ada banyak hal yang dipertimbangkan ya, mbak. pertama tentunya apakah filmnya memang benar bisa ditonton buat anak-anak dan juga apakah ceritanya sudah cukup sesuai dengan anak-anak yang akan diajak nonton ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. udah pasti saya pertimbangkan banget. Apalagi ketika mereka masih balita dan anak-anak

      Delete
  27. Jumbo tuh dirayakan banget sama insan perfilman indo ya. Tapi ternyata banyak pro kontraknya juga. Aku belum nonton tapi ngeliat review-nya kayak bayangin ini film belum perfect banget. Tapi gapapa sih semoga ke depan animasi indo makin berkembang lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setiap film baik luar maupun negeri pasti akan ada pro kontra. Gak ada film yang sempurna

      Delete
  28. Dengan kemajuan teknologi dan cara berpikir seiring dengan kemajuan zaman, orang tua memang harus ekstra hati-hati dalam beberapa isu penting yang mungkin mempengaruhi cara berpikir anak. Apalagi jika sudah dikaitkan dengan agama. Semua sejatinya dimulai dari orang tua. JIka ingin memberikan pembatas, maka mulailah dari apa dan mengapa pembatas itu harus dilakukan. Lakukan riset dari berbagai sumber sebelum memutuskan. Jika sudah gak yakin, ya leave it behind aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu maksud saya. Orang tua memang punya hak menentukan mana yang boleh dan enggak.

      Delete
  29. Film Jumbo kalau menurut sqya meskipun memang bisa ditonton anak-anak tetap harus di bawah pendampingan orang tua untuk menuntun sang anak jika ada yang tidak dimengerti.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua film, sih. Gak hanya Jumbo. Kalau udah ajak anak nonton memang harus didampingi dan diajak diskusi

      Delete
  30. to be honest, sebetulnya hal ini gak perlu diperdebatkan ya. Aapalagi kita generasi yang "terkontaminasi" sampai jadi fans berat HP sampai LOTR yang notabene itu kisah mitologi yang gak ada di agama. Kita anggap ya hiburan aja.

    Tapi memang kita beda generasi dg anak-anak kita. Paparan banjir informasi dan kemudahan akses internet bisa jadi gerbang misinformasi buat anak. diskusi udah jadi solusi bijak sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya di artikel ini pun saya mengatakan kalau pesan yang kontra sebetulnya bagus. Tapi, memang penyampaiannya kurang tepat

      Delete
  31. Ini filmnya bagus ya mba, aku pengen ngajak anak-anak nonton film Jumbo belum kesampean juga.

    ReplyDelete
  32. Setuju. Seringnya, cara berpikir anak itu jauh lebih sederhana dari yang orang dewasa kira. Bahkan, ketika anak bertanya apakah boleh membantu hantu, bisa jadi sebenarnya dia cuma berpikir tugas itu terlalu berat buat dia karena enggak kenal dunia hantu. Sama sekali enggak ada urusannya sama akidah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya kebanyakan anak memang begitu. Orang tua bisa pelan-pelan menjelaskan

      Delete
  33. Jaman sekarang dan waktu dulu memang jauh berbeda ya mba. Anak-anak saat ini lebih kritis dan memang perkembangan teknologi serta informasi juga jauh berbeda. Orang tua harus bisa memberikan informasi dan jawaban saat anak bertanya hal apa pun.Termasuk soal film ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sumber informasi juga jauh lebih banyak di zaman sekarang. Makanya daripada anak tau dari orang lai. Lebih baik orang tua juga terus berkomunikasi ke anak

      Delete
  34. Jadi senyum-senyum baca interaksi Mbak Myra dengan keponakan
    Beda banget dengan anak-anak generasi sebelumnya ya?
    Dulu gak kepikiran bakal amazed seperti itu, karena saya juga selalu mendampingi anak-anak saya nonton (Harry Potter, Lord of the Rings dll), dan mereka gak pernah celetuk lucu kaya keponakan Mbak Myra

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak-anak saya juga sama kayak sepupunya (keponakan saya) meskipun beda generasi. Makanya saya menulis ini pun juga karena pengalaman pribadi hehehe

      Delete
  35. Wah iya nih lihat di platform X juga seru perdebatannya. Padahal kan nonton film itu selain utk hiburan justru biar bisa buka ruang diskusi dengan anak.
    Kesempatan ngajarin sesuatu yg anak tidak / belum tahu dan berpeluang jd core memories jg Krn momennya pas hal disukai

    ReplyDelete
  36. Hahaha iya komentar anak-anak memang sering memgubdang tawa Dan diluar nalar tapi ya itu ada benarnya juga.

    ReplyDelete
  37. Makasih sharingnya! Tipsnya lengkap buat orang tua ajak anak nonton film. Menurut kakak, film jenis apa yang paling disukai anak-anak?

    ReplyDelete
  38. Mungkin perbedaan yang menonjol dulu dan sekarang itu akses informasi ya mbak. Dulu apa2 menyebarnya ngga secepat sekarang. Dulu segala berita, orang tua yang lebih dulu tau, karena anak-anak sibuk main di luar (pulangnya magrib) sampe rumah udah ngantuk kecapean. Besok pagi2 udah berangkat sekolah (karena jalan kaki) jadi kek ngga ada waktu anak2 buat ngurusin berita. Yang ada anak-anak seseruan dengan ceritanya sendiri.
    Setiap hari ceritanya baru, jarang yang bahas cerita kemaren.

    ReplyDelete
  39. Yang paling penting memang komunikasi dan bonding dengan anak, sehingga pesan atau pun pemahaman yang orangtua coba sampaikan bisa mereka terima dengan baik. Mereka juga nggak akan main belakang hanya karena ingin nonton film2 yang sedang viral, padahal belum tentu sesuai usianya.

    ReplyDelete
  40. Film jumbo ini aku sendiri blm nonton hahaha tapi hampir semua teman2 dekat bawa anaknya udah. Karena kmrn2 blm sempet waktuny pas ada waktu lowong memiliih untuk molor dirumah hahaha

    ReplyDelete
  41. Itulah fungsinya mendampingi anak-anak ketika menonton film secara langsung tidak melihat reviewnya di medsos yang kadang menonjolkan sisi yang berbeda dari film tersebut atau memang ada muatan lainnya

    ReplyDelete
  42. Saya belum pernah punya pengalaman nonton sama anak kecil sih, biasanya sama saudara pun rata-rata sudah dewasa atau cukup umur. Tips di atas pasti berguna nih kalau nanti nonton bareng ponakanku yang masih SD.

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^