The Golden Age: Mengapa JELITA dan LOLITA Adalah Fase Paling Bahagia

the golden age mengapa jelita dan lolita adalah fase paling bahagia

Benarkah kebahagiaan sejati justru mekar setelah usia 40 atau 50 tahun? Dalam masyarakat yang terobsesi dengan masa muda, pandangan ini mungkin terasa kontroversial.

Padahal faktanya saat ini, semakin banyak JELITA (Jelang Lima Puluh Tahun) dan LOLITA (Lolos Lima Puluh Tahun) justru memasuki periode paling membahagiakan dalam hidup. Usia yang tadinya dianggap krusial malah menunjukkan bahwa fase ini adalah Golden Age. Masa di mana sedang menikmati kebahagian, kebebasan, dan stabilitas.

Disclaimer dulu, nih, yang Chi bahas di sini mungkin terkesan hanya kesenangan duniawi. Padahal banyak yang bilang "Kalau udah tua, perbanyak ibadah." Menurut Chi, namanya banyakin ibadah itu jangan menunggu tua dulu. Harus dibiasakan sejak dini, malah justru mumpung masih muda, harus lebih getol ibadahnya. Jadi, bukan berarti tidak mengutamakan ibadah hanya karena tidak ditulis di sini, ya.

 

Ketika JELITA dan LOLITA Berani 'Bodo Amat' dengan Stigma 'Norak'


Postingan ini dibuat setelah melihat salah satu utas di Threads. Seorang ibu membuat utas yang dirasa cukup julid. Katanya banyak ibu-ibu usia 50+ sikapnya norak karena jalan-jalan atau senam sama genk dengan dandanan menor.

Dalam sekejap, utas tersebut menghilang. Bahkan akunnya pun menghilang. Cepat sekali para JELITA dan LOLITA ini bertindak hehehe!

Dari semua utas balasan yang terbaca oleh Chi, kayaknya gak ada yang bersikap kasar. Semuanya menunjukkan ekspresi bodo amat dibilang norak. Semua membalas dengan menunjukkan kehidupan bahagianya.

Chi juga sempat baca beberapa utas ibu tersebut sebelum menghilang. Dia pernah membuat utas tentang anak-anaknya. Chi lupa berapa jumlah anaknya, tapi kayaknya masih kecil-kecil. Dia juga pernah mengeluh tentang perekonomiannya yang sepertinya belum stabil. Hhhmmm ...


Menguak Rahasia Golden Age: 3 Pilar Utama Kebahagiaan JELITA & LOLITA


Mengapa para perempuan Jelita dan Lolita bisa terlihat begitu bahagia, baik saat tertawa lepas bersama teman atau menikmati waktu santai dengan pasangan? Jawabannya terletak pada tiga pilar kehidupan yang kini sudah mapan.


Anak Mandiri, Dompet & Waktu Kembali Milik Sendiri

Terkadang suka ada rasa kangen dengan masa anak-anak ketika masih kecil. Kangen celoteh polosnya mereka, kangen unyel-unyel, pokoknya banyak hal yang dikangenin. Sayangnya gak ada mesin waktu. Jadi gak bisa diputar ulang. Makanya terkadang suka sedikit baper.

Di sisi lain, Chi juga bahagia banget lihat anak-anak semakin besar. Menjadi remaja dan dewasa. Sudah menjadi anak yang mandiri. Ya kalau untuk waktu memang sudah jauh lebih banyak hal yang bisa Chi lakukan untuk diri sendiri dengan leluasa. Lebih bebas dan banyak me time-nya.

Tapi, kalau untuk dompet mungkin belum bebas banget. Paling gak masih harus bayar kuliah untuk 2 anak di setiap semesternya dengan jumlah yang lumayan hehehe. *Bismillah, Allah selalu mudahkan dan lapangkan rezekinya. Allahumma aamiin.

Umumnya, para perempuan JELITA dan LOLITA memang sudah menjalani peran selama 2 dekade sebagai ibu. Beban psikologis dan finansial sebagai orang tua mulai berkurang drastis. Para ibu merasa lega melihat anak-anak mereka sehat dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. Rasa tanggung jawab yang berkurang ini membebaskan energi mereka untuk self-love dan aktivitas pribadi.

Banyak yang memilih menikmati fase ini  hanya untuk diri sendiri, sebuah waktu berkualitas yang akrab kita sapa sebagai me time. Ini bisa diwujudkan dalam kesendirian yang tenang, seperti membaca buku di kafe favorit, atau sekadar menikmati secangkir teh tanpa interupsi.

Namun, tidak sedikit pula yang memilih kebahagiaan kolektif, dengan menghabiskan waktu bersama sahabat karib atau pasangan. Kuncinya ada pada kualitas, bukan kuantitas. Mau sendirian atau ramai-ramai, esensi utamanya sama yaitu memberi reward kepada diri sendiri sebagai bentuk self-love.


Waktu Kualitas dengan Genk atau Bestie: Squad Sejati adalah Terapi Terbaik!

Setelah dua dekade mendahulukan kebutuhan anak, para ibu di fase JELITA LOLITA kini memiliki kontrol penuh atas waktu luangnya sendiri. Inilah saatnya membangun kembali jaringan pertemanan yang mungkin dulu jarang dilakukan karena seringkali kepentok urusan anak. Sehingga merasa kurang leluasa kalau bawa anak.

Menariknya, di fase ini, dinamika pertemanan pun berubah drastis. Obrolan biasanya sudah tidak lagi berkutat pada urusan popok, nilai rapor, jadwal les, hingga kesehatan anak. Topik-topik tersebut perlahan digantikan dengan pembahasan yang lebih mendalam dan personal. Mulai dari tantangan seputar perimenopause, berbagi tips agar tetap awet muda, kiat menjaga kesehatan mental, hingga keseruan menekuni hobi pribadi yang baru ditemukan. Ini adalah era di mana perempuan berbicara lebih banyak tentang diri mereka sendiri, dan itu terasa jauh lebih seru.

Yang paling menarik, perempuan JELITA dan LOLITA umumnya sudah selesai dengan drama "banyak-banyakan teman" agar dianggap gaul. Mereka telah mensortir lingkaran pertemanan dengan bijak. Kualitas mengalahkan kuantitas. Prinsipnya sederhana yaitu lebih baik sedikit teman, asalkan solid, otentik, dan bisa saling menguatkan. Kalaupun memiliki lingkaran yang besar, syarat utamanya adalah less drama. Mereka hanya memilih energi positif dan ikatan yang benar-benar bermakna.


Suami: Dari Partner Hidup, Menjadi Bestie Sejati

Tentu saja, kebahagiaan sejati gak harus memilih salah satu. Selain persahabatan yang solid, ada juga yang menemukan sumber kesenangan utama pada pasangan. Tapi, memilih keduanya? Boleh banget!

Ambil contohnya Chi pribadi. Lebih memilih menikmati waktu seru berdua dengan K’Aie. Ini terlihat jelas di berbagai unggahan, baik di blog Jalan-Jalan KeNai maupun media sosial. Sejak anak-anak kami beranjak besar dan mandiri, kami jadi punya banyak kesempatan untuk kembali sering berpetualang berdua.

Tentu saja, kami masih sering membahas anak-anak. Itu topik yang pasti akan selalu ada, namanya juga orang tua, yekan! Namun, kini topiknya sudah jauh berbeda, tidak lagi seputar drama ketika mereka masih balita. Selain itu, kami justru semakin sering membicarakan hal-hal receh yang memicu tawa terbahak-bahak. Intinya, hubungan kami sekarang semakin berasa kayak bestie.


Bukan Jompo, Ini The Golden Age: Merayakan Usia Matang dengan Bahagia

Seringkali, usia menjelang 50 tahun distereotipkan dengan kata-kata yang kurang menyenangkan, seperti "jompo" atau "menurun." Padahal, bagi JELITA dan LOLITA, realitasnya justru kebalikan! Inilah era keemasan, The Golden Age. Sebuah fase di mana banyak perempuan merayakan usia matang dengan penuh kebahagiaan.

Memang, tidak memungkiri ada tantangan fisik yang datang menyapa, entah itu hot flashes atau lutut yang mulai rewel. Tapi, alih-alih meratap, justru menggunakan sinyal-sinyal tubuh ini sebagai panduan. Menjadi lebih cerdas dan aware dalam menjaga diri, menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama.

Mulai banyak menyadari dan menanggapi alarm tubuh, sehingga jadi lebih tahu batasan untuk memberikan self-reward tanpa mengurangi kenikmatan bersenang-senang. Tahu kapan harus istirahat, kapan harus bergerak, dan kapan harus memanjakan diri. Intinya, fisik boleh rewel sedikit, tapi semangat dan kebahagiaan harus tetap on point! Setuju?


Finansial Santai: Ketenangan adalah Kekayaan Sejati Para JELITA dan LOLITA

Di usia JELITA dan LOLITA, definisi "mapan" seringkali berubah total. Di fase ini, kemapanan finansial bukan lagi berarti harus kaya raya, memiliki aset tak terhitung, atau sibuk flexing kekayaan di media sosial. Tidak!

Finansial santai adalah istilah yang lebih tepat menurut Chi. Artinya, telah mencapai titik di mana uang bukan lagi menjadi sumber drama atau kekhawatiran harian. Kebutuhan dasar sudah terpenuhi, cicilan-cicilan besar sudah lunas, dan punya dana yang cukup untuk menikmati hidup tanpa rasa cemas.

Inilah mengapa Chi katakan "Ketenangan adalah Kekayaan Sejati". Sudah mulai bebas dari tekanan finansial. Bahkan ada yang benar-benar bebas alias financial freedom. Ibaratnya, sekarang hidup untuk menikmati The Golden Age. Liburan healing tanpa perlu pusing memikirkan utang. Melakukan me time dengan tenang. Siapa sih yang gak pengen hidup tenang di masa tua?

Meskipun bukan liburan atau kulineran mewah ala sultan. Tapi, yang penting kualitas menikmati waktunya baik itu sendirian, bersama pasangan, atau sahabat. Rasanya nikmat banget, ya.


Stop Julid! Biarkan JELITA dan LOLITA Menikmati Kebahagiaan!


Bagi Chi, bodo amat mau tampilan mereka itu kalem, gonjreng, atau heboh sekali pun. Selama gak mengganggu kenyamanan orang lain, BIARIN AJA. Toh, para JELITA dan LOLITA ini sedang memasuki fase puncak menikmati hidup mereka!

Para JELITA dan LOLITA itu juga pernah merasakan gedebag-gedebugnya ngurus anak, jumpalitan mencari dan mengatur keuangan, serta menjaga kesehatan sebagai investasi jangka panjang. Singkatnya, saat ini mereka sedang panen kebahagiaan. Semua orang ada fasenya, dan tidak perlu julid ketika melihat seseorang atau sekelompok orang sedang berbahagia.

Daripada sibuk mengomentari orang lain, lebih baik fokus mengupayakan kebahagiaanmu sendiri. Ini beneran, deh! Terlepas dari apakah akan menikah atau dikaruniai anak itu adalah takdir. Tapi, tetaplah berinvestasi dalam hal kesehatan sejak muda, tidak hanya uang.

Punya bunyak uang kalau gak sehat tentu gak nyaman juga, kan. Makanya usahakan keduanya sejak masih muda. Sehingga ketika nanti berada di fase JELITA dan LOLITA tinggal seneng-senengnya.

Nah, dengan pemahaman ini, harusnya sudah bisa menjawab, ya, mengapa suka ada sekelompok ibu-ibu JELITA dan LOLITA yang terlihat begitu happy dan lepas saat berkumpul atau bepergian. Mereka sedang menikmati hasil dari perjuangan hidup yang telah mereka lalui!

Setelah menulis ini, jadi penasaran, deh. Siapa di antara teman-teman yang saat ini sedang berada di JELITA atau LOLITA? Atau, mungkin memiliki orang tua, tante, atau kerabat dekat yang sedang menikmati golden age ini?

Menurut teman-teman, bagaimana cara terbaik mengekspresikan masa-masa terbaiknya ini? Apa kunci kebahagiaan yang paling menonjol?

Post a Comment

10 Comments

  1. Tapi aku maunya pas usia 50an kaya mbak aamiinin dulu hahahaha.
    Aku nih otw 50 juga nih, tapi ngliat anak2 masih SD kadang gak percaya. Cuma aku gak mau pakai patokan org Indonesia yang nganggep 50 jompo, karena di luar sana masih banyak 50 ke atas tu produktif, bahkan aku suka terkagum2 sama emak2 50 + yang body-nya masih cakep. Tentu saja itu investasi masa kini yaa, khususnya di bidang kesehatan.
    Kebayang mbak kalau anak2 dah mandiri kalau dah bingung ngapain yawda kita mengekspresikan diri ma temen2 yang sepantaran juga.
    Ibuku tu di usia sekarang hobinya main ma temen2nya, punya wa grup, sampai kadang aku khawatir sendiri, krn emakku lbh sering story2 ketimbang aku wkwk.
    Tapi yowes selama gak membayakan dan bikin hepi biarin ajaaa =))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua memang ingin kaya hehehe. Tapi, kaya kalau utangnya juga lebih banyak rasanya berat. Apalagi udah lansia. Meskipun tetap berusaha produktif. Cuma ya kapan seneng-senengnya kalau seumur hidup produktif hanya untuk melunasi utang.

      Atau kalau kesehatan jadi terganggu banget saat sudah lansia. Butuh biaya banyak buat penyembuhan.

      Jadi, mari usahakan masa tua tetap sehat, lunas utang, dan kaya raya. Allahumma aamiin.

      Delete
  2. Ada-ada aja sebutannya.
    Pertama: selamat untuk kakak-kakak yang sudah memasuki Jelita dan Lolita, pastinya banyak pengalaman hidup yang sudah dilakukan dan bisa sharing ke adik² imut di bawahnya hehe.
    Berarti di usia 50th itu bisa jadi semua hal balik ke diri termasuk kebahagiaan gitu ya kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Mbak. Karena jumpalitannya udah di fase sebelumnya :D

      Delete
  3. Kalau jelita sudah sering dengar, kalo lolita aselii baru dengar dari tulisan ini hihiii
    Betuuul, setujuuu pliss brenti julid sama kesenangan orang yaa kan.
    Dia yang julid artinya dia yang hidupnya sebenernya kurang bahagia, yess?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau yang saya tangkap dari utas mbak tersebut, anaknya lumayan banyak dan ada permasalahan ekonomi.

      Delete
  4. setuju banget, di usia jelita dan lolita, kekayaan bukan segalanya
    bahkan mungkin kekayaan malah bikin kemrungsung
    Di usia ini anak-anak umumnya udah kuliah, minimal sudah duduk di bangku SMA, jadi hidup terasa tenang, dan bisa mulai kehidupan yang nyaman, mungkin lingkungan baru atau ilmu baru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak. Malah terkadang jadi ada waktu mengulik hobi baru

      Delete
  5. LOLITA. Kaum saya banget nih hahaha. Fase menjelang lansia yang seharusnya sudah mulai meninggalkan urusan dunia dan mengisi dengan banyak waktu ibadah. Aku setuju sih. Meski umur tetap jadi rahasia Allah SWT semata. Tapi meski harus mengingat bonus usia yang semakin menipis, memang harusnya LOLITA harus lebih bisa menikmati hidup. Dan itu harus dirintis sejak usia 40-an. Bebaskan diri dari "beban finansial" dan beban-beban duniawi lainnya. Dan itu memang gak mudah karena "beban dunia" masing-masing orang pasti berbeda-beda.

    BTW aku juga sempat baca tuh status Threads yang mengkritik ibu-ibu 50-an dan ditanggapi dengan huru-hara itu hahahaha. Sampe dicolek temen dan "dipaksa" ikutan bikin jawaban tandingan juga. Alamak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha! Tapi, gak jadi bikin tandingannya ya, Mbak? :D

      Saya setuju, setiap orang pasti punya beban berbeda. Tapi, setidaknya bisa diusahakan semaksimal mungkin beban terangkat daripada julid dengan kebahagiaan orang lain.

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^