Strategi Mengikuti PPDB Online DKI untuk SMP dan SMA

By Keke Naima - November 17, 2019

Strategi Mengikuti PPDB Online DKI untuk SMP dan SMA - Beberapa hari yang lalu di WAG angkatan Nai ramai membicarakan UNBK dan SMAN pilihan para orang tua. Padahal Nai baru aja naik ke kelas 8. Tetapi, waktu memang gak berasa. Insya Allah 1 semester lagi, dia naik ke kelas 9 dna mulai fokus ke UNBK kemudian lanjut PPDB.

Strategi Mengikuti PPDB Online DKI untuk SMP dan SMA

Memilih sekolah bukanlah hal main-main. Makanya perlu banget direncanakan dan bikin strategi.

Biar gimana yang daftar ke sana 'kan gak hanya anak sendiri. Semakin favorit sekolah tersebut, maka semakin banyak yang daftar. Tentu harus pasang strategi. Harapannya supaya bisa diterima di sekolah yang diinginkan.


Pilih Sekolah Swasta atau Negeri


Keduanya sama-sama baik. Setiap orang tua pasti punya alasan kenapa memilih sekolah swasta atau negeri.

Kalau kami, sepertinya akan tetap memilih negeri untuk SMP dan SMA. Tetapi, sebelum mencapai keputusan itu, kami sempat berpikir cukup lama. Apalagi sempat terjadi perbedaan pendapat. Chi bersikeras menginginkan swasta. Sedangkan K'Aie memilih sekolah negeri.


Pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan karena akan menyangkut ke banyak hal

Mengenai waktu pendaftaran, sekolah swasta dan negeri berbeda. Kalau di sini, sekolah swasta lebih dulu buka pendaftaran. Biasanya di akhir semester ganjil (sekitar bulan Oktober atau November) sudah ada yang buka. Sedangkan sekolah negeri menunggu hasil UN dulu.

Kabarnya di beberapa daerah, ada sekolah swasta yang baru buka setelah negeri. Jadi memang sebaiknya cari info pendaftaran di daerah masing-masing atau langsung ke sekolah yang akan dituju, ya.

Selain waktu, sekolah swasta biasanya punya aturan masing-masing. Jadi memang sebaiknya cari info langsung ke sekolah yang akan dipilih. Berbeda dengan sekolah negeri. Diknas setempat yang memiliki aturan.

[Silakan baca: Pilih Sekolah Swasta atau Negeri?]

Yup! Peraturan PPDB memang bisa berbeda-beda bagi tiap daerah. Ada yang sepropinsi sama, ada juga yang tidak. Jangan sekadar kemakan headline berita.

Karena kami memilih sekolah di Jakarta, tentu yang akan dibahas di sini tentang PPDB DKI. Khususnya untuk SMPN dan SMAN.


Daya Tampung Sekolah Negeri di DKI Jakarta


daya tampung sekolah negeri di dki, ppdb dki

Berdasarkan data dari web ppdb.jakarta.go.id, jumlah sekolah negeri di DKI dan daya tampungnya untuk tahun ajaran 2019/2020 adalah sebagai berikut

  1. SDN (1449 sekolah, 129.275 siswa)
  2. SMPN (285 sekolah, 76.699 siswa)
  3. SMAN (115 sekolah, 31.956 siswa)
  4. SMK (73 sekolah, 20.870 siswa)

Dari data tersebut, semakin tinggi tingkatan sekolah ternyata jumlahnya semakin sedikit. Idealnya kalau jumlahnya sama, maka lulusan sekolah negeri kemungkinan besar bisa lanjut ke sekolah negeri lagi. Tetapi, coba aja lihat jumlah daya tampung SDN ke SMPN, ada selisih 50 ribuan. Dan, sebesar itu pula, anak yang gak keterima di SMPN kemungkinan akan melanjutkan ke sekolah swasta.

Ini belum bicara data jumlah anak dari lulusan sekolah swasta, ya. Seperti Keke dan Nai 'kan lulusan SD swasta. Itu artinya menambah persaingan bagi yang ingin masuk sekolah negeri.


Persiapan Pra-PPDB


Ada beberapa hal yang kami lakukan sebelum mengikuti proses seleksi PPDB DKI. Ini Chi kasih gambaran yang kami lakukan tahun ini. Tetapi, sebetulnya setiap kali kami ikut PPDB kurang lebih sama.


Cari Tau tentang Proses Seleksi PPDB di Daerah Masing-Masing

ppdb online

Sudah cukup sering Chi menulis di blog maupun di media sosial kalau proses seleksi PPDB tiap daerah berbeda. Bahkan yang satu propinsi pun bisa berbeda. Misalnya di Jawa Barat, proses PPDB Bandung bisa jadi berbeda dengan wilayah lain di Jabar. Ada juga yang satu propinsi sama. Salah satunya di DKI.

Jadi, kalau ada yang bilang proses PPDB itu begini-begitu, termasuk dari media nasional sekalipun, sebaiknya baca atau dengarkan dengan teliti. PPDB daerah mana yang sedang dibahas?

Mulailah mencari tau seperti apa sistem PPDB yang akan diikuti minimal setahun sebelumnya. Ya memang belum tentu masih akan seperti itu, tetapi setidaknya ada gambaran.

Waktu pertama kali ikut PPDB, persiapan kami agak kurang. Kami pikir, namanya pendaftaran di mana-mana sama aja. Makanya, Chi sempat ketika tau prosesnya begitu. Sempat mengalami drama juga. Begitu ikut PPDB yang ke-2 dan ke-3, Chi udah jauh lebih santai karena sistem seleksinya masih sama.


Proses PPDB DKI Jakarta sebetulnya mudah, cepat, dan transparan. Gak seribet yang dibayangkan.
 
[Silakan baca: Beginilah Cara dan Rasanya Ikut PPDB Online SMPN DKI]


Pilih Jalur yang PPDB

jalur zonasi ppdb dki

Kuota terbesar ada di jalur zonasi, kemudian non-zonasi. Tetapi, di DKI masih ada beberapa jalur lain. Waktu pelaksanaannya juga berbeda-beda. Yang perlu diperhatikan, jalur prestasi di sini bukan NEM, ya. Tetapi, buat calon siswa yang pernah juara lomba. Tentu ada kriterianya. Silakan cek di website PPDB DKI


Semakin Giat Belajar

Di hari pertama Keke masuk SMA, kepala sekolah di upacara penyambutan bercerita kalau banyak orang tua calon siswa yang protes karena merasa rumahnya udah deket banget ma sekolah, tapi gak diterima. Inilah salah satu ketidaktahuan orang tua. PPDB DKI hingga tahun lalu masih mengutamakan seleksi NEM.

Hingga tahun ajaran 2019/2020, proses seleksi PPDB DKI masih mengutamakan seleksi NEM. Mau rumahnya di samping sekolah sekalipun, kalau kalah bersaing di NEM ya gak akan diterima. Tidak ada ketentuan ukur jarak rumah ke sekolah di mana semakin dekat jaraknya, maka poin semakin besar.

Ya, karena seleksi utamanya masih berdasarkan NUN (Nilai Ujian Nasional) atau yang lebih dikenal dengan NEM, makanya strategi utamanya adalah belajar. Bukan kerja keras cari uang, supaya bisa beli rumah di sebelah sekolah 😁.

Chi tidak tau apakah tahun depan masih akan sama atau tidak sistemnya. Kalau Chi pribadi, berharap masih sama. Selama jumlah sekolah negeri belum merata, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Chi masih berharap sistem seperti ini yang dipertahankan. Buktinya proses PPDB DKI termasuk yang adem ayem.

Meskipun belum tau sistem tahun depan seperti apa, tetapi bagi teman-teman yang putra/i-nya akan ikut seleksi PPDB DKI sebaiknya tetap saja belajar supaya dapat NEM yang bagus. Daripada nantinya malah menyesal karena meremehkan UN.

Saat SD, Chi masih sanggup membantu mereka belajar di luar jam sekolah. Kali ini, Chi memilih bantuan bimbingan belajar. Pelajaran SMP semakin sulit. Kalau untuk tugas harian, Chi masih bisa bantu. Tetapi, kalau untuk menghadapi UN mending ikut bimbel aja. Apalagi kabarnya soal UN 'kan kebanyakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill).

[Silakan baca: Tanpa Ikut Bimbel, Nilai UN Tetap Bagus? Bisa!]

Keke mulai bimbel saat kelas 9 di semester genap. Jadi gak sampai 6 bulan juga Keke ikut bimbel. Kami pikir kalau kelas 7 dan 8 belum perlu bimbel selama anaknya masih bisa mengikuti pelajaran meskipun nilainya termasuk yang rata-rata.

Selain ikut bimbel, kami juga beli banyak buku kumpulan soal UNBK SMP. Keke belajar lagi di rumah dengan melahap banyak soal dari buku-buku tersebut.


Tentukan Target NEM

Giat belajar aja gak cukup. Begitu Keke naik ke kelas 9, Chi mulai menentukan target. Chi bikin data sederhana beberapa sekolah favorit di DKI. Chi buat susunan NEM tertinggi dan terendah yang diterima di sekolah-sekolah tersebut dalam rentang waktu 1-3 tahun terakhir.

Gak semua sekolah favorit yang ada di-list bakal jadi pilihan. Contohnya SMAN 8 dan SMAN 81 yang selalu jadi peringkat ke-1 dan 2 untuk sekolah favorit di DKI berdasarkan passing grade. Tetapi, kedua sekolah ini gak akan kami pilih karena lokasinya lumayan jauh dari rumah. Kami tetap masukkan ke daftar sekadar menentukan target.


Dari data sederhana yang Chi buat, minimal NEM yang ditargetkan adalah rata-rata 9. Data 1-3 tahun terakhir menunjukkan NEM terendah untuk SMAN 8 adakah 89-90. Makanya, Chi pikir kalau Keke bisa dapat rata-rata 9 aja, cukup lah modalnya buat dia memilih sekolah yang diinginkan.
 
Tentu aja dari 4 mata pelajaran yang diujikan punya kelebihan dan kekurangan untuk Keke. Kelebihan Keke ada di pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Makanya, di kelas 9 semester ganjil, Chi minta dia memaksimalkan nilai kedua mata pelajaran tersebut dengan cara terus mengisi kumpulan soal UN. Begitu masuk semester genap, baru deh fokus sama 2 matpel lainnya (IPA dan Matematika).

Prinsip Chi sama kayak kalau ngerjain soal ujian. Kerjain yang mudah dulu, baru yang susah. Ya, karena Keke kelebihannya di pelajaran bahasa, jadi Chi minta dia fokus sama 2 itu dulu. Kalau nilainya bagus 'kan bisa ngangkat 2 matpel lainnya.


Cek Pilihan Sekolah


Di Jakarta ada beberapa jalur penerimaan. Kalau Chi biasanya memperhatikan 2 jalur aja yaitu Zonasi dan Non Zonasi (dulu namanya Lokal dan Umum).

Tahun ini, Chi agak santai karena sekolah yang dipilih masih satu zonasi dengan Kartu Keluarga. Jadi kuotanya lebih banyak. Kalau waktu Keke ke SMP, kami hanya bisa memilih jalur Non Zonasi karena sekolah yang dipilih gak satu kecamatan dengan KK.

Zonasi di DKI ditentukan oleh kecamatan bukan jarak ke sekolah. Misalnya kecamatan Tebet berarti hanya bisa memilih sekolah di kecamatan yang sama. Tetapi, 2 tahun ini ada irisan kelurahan juga. Jadi lumayan ada penambahan pilihan sekolah.


Maksimal Usia


"Anak saya gak bisa pilih sekolah negeri. Abisnya usianya saat lulus SD belum sampai 12 tahun. Jadi gak bisa."

Ada beberapa yang berpikir seperti ini. Padahal di PPDB sekolah negeri untuk tingkat SMP dan SMA di DKI gak ada persyaratan usia minimal. Adanya usia maksimal. Kalau untuk SMP 15 tahun, SMA 21 tahun.

Jadi, kalau anak lulus SD di usia 10 tahun pun tetap bisa kok ikut PPDB SMPN DKI. Yang penting jangan melebihi usia 15 tahun per tanggal 1 Juli. Begitu pun dengan SMA, jangan lebih dari 21 tahun.


Domisili

Misalnya kita baru pindah ke Jakarta, kebetulan di dekat rumah ada sekolah negeri. Bisa gak ikut PPDB DKI.

Tetapi, jalurnya tergantung dari KK yang dimiliki. Kalau belum satu kecamatan dengan sekolah yang dipilih, hanya bisa ikut jalur non zonasi. Setahu Chi juga ada jangka waktu minimal berubah KK, deh. Kalau gak salah, minimal 6 bulan. Maksudnya, kalau Kartu Keluarga baru diubah kurang dari 6 bulan, tetap gak bisa ikut zonasi.


Bersikap Tenang Saat UNBK


Seperti biasa, seminggu menjelang UNBK, Chi biarkan Keke lebih santai. Gak ada lagi tuntutan belajar. Kami memilih main ke Funworld seharian. Pengennya sih naik gunung lagi kayak sebelumnya. Tapi, situasi dan kondisi saat itu sedang tidak memungkinkan. Jadi ngemall aja lah. Yang penting pikiran kembali relax.

Belajar dari pengalaman sebelumnya saat ikut UN, Keke sedikit terpancing emosinya ketika pelajaran matematika. Menurutnya guru pengawasnya jutek. Bikin dia jadi gak fokus ngerjain soal dan agak asal-asalan. Huuuft! Untung aja nilainya masih lumayan.

Chi pun mengingatkan Keke untuk bersikap lebih tenang. Abaikan aja pengawas yang jutek selama kita gak salah. Tetap bersikap tenang juga kalau sampai ada kendala saat ujian. Misalnya tiba-tiba mati listrik, jaringan ngadat, tiba-tiba log out gak jelas, dan lain sebagainya.


Ketika PPDB Dibuka


Kembali Membaca Peraturan

List yang diunduh lebih banyak dari ini


Beberapa minggu sebelum PPDB SMAN dibuka Chi kembali melihat situs PPDB DKI. Baca lagi semua peraturan. Siapa tau ada yang berubah.

Tahun ini, ada sedikit perubahan di aturan dasar dan cara seleksi. Kalau tahun sebelumnya bila NEM anak sama, maka akan dilihat urutan mapelnya. Misalnya si A dan si B NEMnya sama-sama 93, maka akan dilihat mapelnya. Tertinggi adalah Bahasa Indonesia. Kalau si A nilainya lebih tinggi, maka dia berada di atas B untuk urutan seleksi. Kalau masih sama juga, maka lihat mapel yang kedua.


Siapkan Berkas yang Dibutuhkan


Mulai siapkan berkas yang dibutuhkan. Bawa yang asli untuk ditunjukkan, bukan diserahan. Hanya berkas foto copy yang diserahkan.

Sebaiknya sudah cetak dan isi form pendaftaran dari rumah. Memang bisa aja di lokasi. Tetapi, yang daftar 'kan gak hanya kita. Dengan berkas sudah disiapkan dari rumah, bisa menghemat waktu antrean. Hati-hati jangan sampai salah print formulir, ya.


Daftar di Sekolah Negeri Manapun

Sebelum mendaftar, siapkan semua berkas yang diperlukan termasuk form pendaftaran. Form ini ada beberapa kelompok. Jangan sampai salah print.

Semua berkas, termasuk formulir, dibawa ke sekolah negeri untuk mendapatkan token. Nanti token ini dipakai untuk login daftar online. Saran Chi, cari sekolah negeri yang sepi biar daftar ulangnya gak pakai antre lama.

Kalau sekolah favorit yang daftar pasti ribuan. Antreannya bisa sampai sore. Padahal kita bisa daftar di sekolah manapun. Meskipun anak kita gak akan mendaftar di sekolah tersebut, gak masalah. Yang penting jangan salah tingkatan sekolah aja. Tujuan mendaftar 'kan memang hanya untuk mendapat token. Mau ke SMAN malah daftarnya di SMPN.


Aturan Dasar dan Cara Seleksi


Chi akan sedikit jelaskan aturan dasar dan seleksi ini. Aturan ini dilihatnya secara berurutan. Jadi kalau bisa selesai sampai aturan pertama ya gak perlu lagi diberlakukan urutan kedua dan seterusnya.

Pertama adalah seleksi NEM. Semakin tinggi NEM-nya, maka peringkatnya semakin di atas. Mulai deg-degan deh tuh kalau peringkat anak udah di nomor buncit sementara waktu pendaftaran masih panjang. Begitu ada calon siswa lain yang daftar di sekolah sama dengan NEM lebih tinggi, maka yang nomor buncit akan tereliminasi dari sekolah tersebut.

Kalau ada 2 anak dengan NEM yang sama, maka yang dilihat adalah urutan pilihan sekolah. Misalnya si A memilih SMAN X sebegai pilihan pertama, sedangkan si B pilihan kedua. Maka, si A peringkatnya di atas B.

Eh, ternyata urutan pilihan sekolahnya masih juga sama. Dilihat deh umurnya. Kalau si A lebih tua dari B meskipun cuma selisih beberapa hari, tetap A yang peringkatnya di atas B.

Proses seleksi keempat adalah waktu mendaftar. Kalau sampai seleksi ketiga masih juga sama, makan akan dilihat siapa yang duluan daftar. Tetapi, rasanya belum pernah Chi temuin yang sampai seleksi ke-4. Sampai seleksi ke-3 aja jumlahnya jarang.

[Silakan baca: Ssstt! Ternyata Ada Seleksi Umur di PPDB Online DKI]


Urutkan Pilihan Sekolah dengan Tepat


Chi lupa ini screenshot sekolah mana. Dari ss tersebut terlihat sekolah ini memiliki daya tampung 163 siswa untuk MIPA dan 18  siswa untuk IPS. Sedangkang yang minat ke sekolah ini bisa 4-5 x lipat dari daya tampung.

Calon siswa bisa memilih maksimal 3 pilihan sekolah. Maksimal, ya. Berarti gak wajib pilih 3. Kalau cuma pengen 1 sekolah aja juga bisa. Waktu memilih SMPN buat Keke dan Nai, kami selalu milih 1 aja.

Kesannya pede banget ya cuma milih 1 sekolah. Tetapi, bagi kami jarak sekolah dengan rumah itu termasuk syarat yang cukup mutlak. Bila anak gak diterima di sekolah negeri dekat rumah, mendingan cari sekolah swasta aja yang dekat. Meskipun ya deg-degan juga karena sekolah swasta dekat rumah udah pada tutup pendaftaran. 😅

Bila memilih lebih dari 1, harus hati-hati menentukan peringkat pilihan. Saran Chi, jangan berdasarkan mana yang lebih disukai. Tetapi, lihat passing grade sekolah di tahun-tahun sebelumnya. Cara mencari tahu passing grade bisa googling aja. Kalau sudah dapat datanya, maka tempatkan sekolah yang passing grade tinggi di peringkat pertama.

Logikanya, kalau calon siswa terdepak dari pilihan pertama, maka masih ada kesempatan untuk bersaing di pilhan kedua. Tetapi, bila passing grade pilihan kedua lebih tinggi dari pertama, calon siswa bisa langsung terdepat ke pilihan ketiga. Itupun dengan catatan di pilihan ketiga juga gak lebih tinggi.


Pilih IPA atau IPS?

Penjurusan di SMA sudah dimulai sejak kelas X. Mau masuk IPA atau IPS. Di beberapa sekolah, meskipun segelintir, masih ada jurusan Bahasa. Mau pilih keduanya juga bisa. Misalnya pilihan pertama SMAN X IPA, pilihan kedua SMAN X IPS.


Bila Diterima, Maka Wajib Daftar Ulang


Alasan lain kenapa harus bijak memilih sekolah adalah supaya jangan menyesal. Kalau calon siswa sudah diterima di salah satu SMPN/SMAN, maka wajib daftar ulang di sekolah tersebut. Kalau gak dilakukan sampai batas waktu tertentu, akan dianggap mengundurkan diri dan gak bisa ikut seleksi tahap lainnya kecuali di tahap ketiga.

Masalahnya, tahap ketiga ini dikenal juga dengan nama seleksi bangku sisa. Maksudnya gak semua sekolah buka pendaftaran di tahap ini. Kalau kuota sudah terpenuhi di tahap 1 dan 2, maka tidak buka lagi tahap 3.

Ini beberapa kali Chi baca kejadiannya di Twitter. Ada yang udah keterima di SMPN/SMAN tertentu, tetapi kemudian memilih gak daftar ulang karena inginnya ke SMPN/SMAN lain. Sesuai peraturan, akan dianggap mengundurkan diri. Jadi, harus bijak ya memilih sekolah. Bagusnya jauh sebelum PPDB dibuka, pertimbangkan masak-masak pilihan sekolah yang diinginkan.

Bila memungkinkan, daftar ulang sejak hari pertama dibuka. Semua persyaratan daftar ulang di seluruh sekolah sebetulnya sama. Tetapi, pelaksanaannya bisa beda-beda. Ada sekolah yang meminta semua persyaratan diselesaikan sekaligus, ada yang tidak.

Sekolah Keke termasuk yang tidak. Yang penting bisa menunjukkan bukti kalau diterima di sekolah tersebut, sudah cukup. Ada form yang harus diprint juga. Persyaratan lainnya bisa menyusul. Keke juga melakukan daftar ulang sendiri. Gak ditemani orang tua.


Bagaimana dengan PPDB SMK?


Chi gak bisa cerita banyak tentang PPDB SMK. Tetapi, bagi yang tertarik memasukkan putra/i-nya ke SMK bisa lihat peraturannya di website PPDB DKI. Masih di website yang sama dengan PPDB SDN hingga SMAN.


Apakah PPDB DKI Tahun Ajaran 2020/2021 Akan Tetap Sama?


Nah ini Chi gak tau. Udah jadi rahasia umum juga 'kan ya kalau peraturan pendidikan di negara kita ini terlalu sering berubah. Apalagi Mendikbud RI baru lagi. Ya tentunya Chi punya harapan besar juga, semoga lebih baik.

Tetapi, bila dibandingkan dengan proses PPDB di beberapa daerah yang menggunakan ukur jarak rumah ke sekolah, mendingan PPDB DKI aja, deh. Program zonasi yang ramai diberitakan itu memang sebetulnya bagus. Hanya saja, kondisi saat ini jumlah sekolah belum merata. Masih banyak blind area alias jauh rumahnya dari sekolah.

PPDB DKI itu transparan dan gak ribet. Siapapun bisa setiap saat memantau pergerakan seleksi. Bahkan kita yang gak ikutan PPDB pun bisa lihat. Kalau persaingannya ketat, seleksi yang transparan begini bikin deg-degan banget hahaha.

Pengumumannya juga cepet banget. Bisanya proses PPDB setiap tahapannya berlangsung selama 3 hari. Di hari ketiga, ditutup pukul 4 sore. 1 jam kemudian sudah ada pengumuman resmi.

Tetapi, karena prosesnya transparan, begitu pukul 4 ditutup juga udah bisa lihat siapa aja yang keterima. Gak akan ada pergerakan lagi di website. Kita juga udah gak bisa daftar. Jadi pukul 5 sebetulnya formalitas aja.

Dengan sistem seleksi NEM aja masih bisa terjadi yang mengejutkan, lho. Tahun ini persaingannya luar biasa!

Ketika NEM Keke keluar dengan nilai rata-rata di atas 9, Chi langsung berasa santai banget. Karena dari list passing grade SMAN favorit selama 1-3 tahun terakhir yang Chi buat, selisih angkanya ya gak jauh.




Ternyata tahun ini jauh di luar dugaan. Coba aja lihat sebaran NEM tahun 2017 s/d 2019 di atas. Pada tahun 2017 dan 2018, gak ada satupun siswa yang lulus dengan NEM 400,00 -395,01. Tetapi, di tahun 2019 ada 11 orang.

Sampai NEM 380,01 dari tahun 2017 s/d 2018 jumlah kumulatifnya gak sampai 200 siswa. Sedangkan tahun 2019 ada 2755 siswa! Coba berapa persen itu kenaikannya? Luar biasa banget deh kenaikannya.

Chi yang tadinya sempat santai juga jadi ikut deg-degan. Alhamdulillah Keke masih keterima di SMAN yang dipilih.


Insya Allah, Nai akan ikut PPDB DKI 2 tahun lagi. Ya gak juga 2 tahun lagi masih seperti ini atau enggak. Setidaknya dari sejak Keke masuk SMP sampai SMA, sistemnya masih sama.


Chi lebih memilih mempersiapkan dulu aja. Di WAG sekolah juga udah mulai ada pembahasan tentang bimbel. Kenaikan NEM tahun lalu yang gila-gilaan memang bikin beberapa orang tua angkatan Nai mulai khawatir. Udah mulai ngebayangin persaingannya akan seketat apa bila sampai terjadi lagi.

Sekarang udah memasuki akhir semester ganjil. Biasanya sekolah swasta di Jakarta, terutama yang ternama, sudah mulai buka pendaftaran. Bisa mulai tuh dipertimbangkan akan masuk swasta dan negeri. Semua sama bagusnya.

Bila masih ada kebingungan pada saat pelaksanaan PPDB, bisa tanya ke akun Twitter @PPDBDKI1 atau @ppdbdki (unofficial). Kedua akun ini termasuk gercep menjawab pertanyaan netizen. Akun yang kedua memang unofficial, tapi recommended banget. Seringkali membantu akun resminya. Informasi dari akun unofficial bisa dipercaya. Mudah-mudahan seterusnya juga begitu.

[Silakan baca: Tips Mengikuti Proses Pendaftaran Online PPDB DKI Jakarta]

  • Share:

You Might Also Like

48 comments

  1. Duh aku mulai deg-degan nih padahal baru kelas 8 anaknya ya. Soalnya berubah-ubah terus ketentuannya jadi bikin bingung. Cuma udah yakin nanti lanjut ke SMA Negeri juga.
    Aku juga mengandalkan cek web PPDB Online aja biar bisa tau peraturannya

    ReplyDelete
  2. Meskipun bukan tinggal di Jakarta, setidaknya informasi di atas jadi referensi kelak untuk anak saya juga
    Tapi berharap ga ada zonasi. Bakalan pusing saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. di berbagai daerah soalnya pakai PPDBN online juga, seenggaknya sudah ada gambaran ya. Aku pun maunya gak full zonasi masih kasih kesempatan buat masuk lewat jalur lain

      Delete
  3. Web PPDB Online memantu banget ya mba, bisa jadi referensi buat memasuki tahun ajaran baru,banyak info yang bsa dakses di sana.
    Manfaatnya, siswa dan walinya jadi punya periapan yang baik

    ReplyDelete
  4. Aku berharap bangeeettt Mas Menteri Nadiem bisa melakukan REVOLUSI untuk printhilan UN, pendaftaran sekolah dll ini.
    Jadi ortu (dan anak) ga perlu extra super duper deg2an saban memasuki periode pendaftaran sekolah :D

    ReplyDelete
  5. Anakku yang sulung waktu lulus SMP NEM nya termasuk tinggi juga, makanya gurunya menyayangkan waktu dia daftar di SMK. Tapi anaknya yang mau, dan aku punya dua anak malah gak punya pengalaman ikut seleksi beginian. Keduanya masuk SMP swasta jauh sebelum ujian. Semarang untuk penerimaan siswa baru di sekolah swasta udah dimulai sejak bulan Oktober kemarin

    ReplyDelete
  6. Ribet juga ya ternyata urusan administrasi anak mau sekolah...btw makasi tipsnya mbak smg bermanfaat utk orgtua yg anak2nya mau PPDB online...

    ReplyDelete
  7. wah masa2v seperti ini sudah lama berlalu , dulu mah gak online, dan maknya hrs bola balik atau anaknya sendiri karena maknya kerja gak mungkin ninggalin kerjaan terus

    ReplyDelete
  8. Anakku yang sulung masih pakai sistem NEM mbak, anakku yang kedua sudah pakai sistem zonasi. Lebih ribet pake sistem zonasi menurutku

    ReplyDelete
  9. aku juga lagi deg-degan nih mba..si Bo kelas 3 SMP sekarang. Musti siap - siap dengan segala pilihan yang ada

    ReplyDelete
  10. Huaa aku berharap kak Myra bahas yang Tangerang selatan juga hehehe. Ini aku degdegan nih soale tahun depan Shakila SMP dan masih galau nentuin SMP nya soale lebih deket ke DKI tapi KK Tangsel huhuhu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya gak ada pengalaman di Tangsel. Makanya gak berani ngebahas hehehe

      Delete
  11. Kalau di sini swasta lebih dluan dibuka .. jadi kesane negeri itu utk siswa yang ga diterima di sawasta

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, di sini juga swasta duluan dibuka. Itu 'kan saya tulis biasanya bulan Oktober dan November udah pada buka pendaftaran.

      Tetapi, sepertinya tidak ada kesan seperti itu di sini. Terbukti peminat sekolah negeri dan persaingannya sangat tinggi. Kalau untuk kami pribadi, memilih sekolah negeri bukan karena gak diterima di swasta. Tetapi, memang sudah jadi keputusan setelah banyak pertimbangan, untuk lebih memilih negeri

      Delete
  12. Aku menyimak nih sama artikel ini. Anakku belum pernah nyoba sekolah negeri soapnya

    ReplyDelete
  13. Aku yang gak ikutan aja kmrn ikut puyeng hahaha. Moga tahun2 berikutnya menteri baru lebih selow ya soal daftar2 ini.
    Kmrn juga masukin dua anak SD dan TK sblm kenaikan mayan mumet cari sekolahnya. Kalau soal nilai hmmm, pengennya sih sbg ortu jg gak terlalu terbelenggu dengan itu, yg penting anaknya punya keterampilan spesial :D

    ReplyDelete
  14. dulu jaman si aa mau masuk sma di kota bogor padahal rumah di kabupaten bogor... deg2annya lumayan. melototin web nya liat betapa dia merosot mulu urutannya karna kalah poin sama yg rumahnya lebih deket :D alhamdulillah keterima jg di sma yg dia mau

    ReplyDelete
  15. Time Flies so fasttt
    Ini anakku juga udah SMP.
    Dan pastinya ngga berasa sih, ntar ujug-ujug mak bedunduk doi udah SMA aja :D

    ReplyDelete
  16. Bismillah nunggu si kecil ini skarang kelas 5 SD dan bersiap tak lama lagi ikut PPDB Online. Makasih mba

    ReplyDelete
  17. Wah Nai udah mau masuk SMA tahun depan.
    Masuk sekolah negeri banyak terbenturnya dengan sistem Zonasi. Iya di kotaku juga, sudah mulai buka pendaftaran sekolah SMA sekitar bulan nopember. Jadi ada yang terpaksa daftar 2 sekolah, swasta dan negeri. Takutnya nggak keterima di negeri, sementara pendaftaran swasta sudah tutup.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa juga begitu. Tetapi, di sini kalau udah daftar swasta trus diterima, harus segera bayar uang pangkal. Swasta ternama bisa puluhan juta. Kalau gak jadi masuk sana, uangnya gak kembali atau hanya sekian persen aja yang dikembalikan. Saya gak sanggup kalau sampai gak dikembalikan. Soalnya belum punya pohon uang hehehe

      Delete
  18. kalau aku baca di beberapa media online dan mendengar talkshow di radio/ TV, sistem PPDB ini masih menimbulkan polemik teruma dari pihak orang tua murid atau murid. Tapi semoga dengan gencarnya sosialisasi kedua belah pihak saling memahami, biar tidak saling merugiikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya memang menimbulkan polemik dan kehebohan yang lumayan bersar di berbagai media. Tetapi, yang juga harus dipahami adalah lebih teliti lagi membaca berita.

      Di DKI sebetulnya termasuk adem ayem urusan PPDB. Karena peraturan yang dianggap banyak merugikan calon siswa, tidak ada di DKI. Tapi, masih banyak orang tua yang salah memahami. Terlanjur kemakan berita di media, ujung-ujungnya sekolah yang diprotes.

      Delete
  19. Mantap nih, ancang2nya sejak setahun sebelumnya ya. Jadi ini kebijakannya tergantung daerah ya? Bukan mendikbud?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena di DKI masih seleksi NEM. Untuk mendapatkan NEM bagus, gak bisa dengan sistem kebut semalam belajarnya hehehe.

      Mungkin Mendikbud membuat aturan globalnya, ya.Pelaksanaannya kembali ke daerah masing-masing. Tapi, saya gak paham sampai ke sana juga, sih

      Delete
  20. Waah artikel artikel semacam ini dibutuhkan banget buat orang tua ya mbak. Meski anakku baru kelas 8 mulai menyimak dulu aah . Kalau SMA pengen kumasukin negeri soalnya. Soalnya kayaknya tahun kemarin ribet banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari tahun ke tahun PPDB DKI cenderung sama kok peraturannya dan gak ribet. Tetapi, memang saya denger kalau di beberapa daerah ada yang berubah banget. Ya yang ramai diberitakan itu sebetulnya bukan di DKI

      Delete
  21. Aku butuh info ini bangets. sulungku sekarang kelas 9 dan rencana mau masuk ke SMA Negeri. Terima kasih sudah berbagi. Sampai saat ini masih belum ada informasi perubahan atau sistem PPDB untuk tahun depan. Smeoga kurang lebih sama dan lebih mudah bagi ornag tua.

    ReplyDelete
  22. Infonya komplit banget. Aku belum ngebayangon gimana PPDB anakku nanti ya. Pastinya beda lagi.. Baru tau aku mak ternyata sekarang prestasinya yang dilihatkan itu lomba2 yang pernah diikuti, dulu kan masih NEM ya..

    ReplyDelete
  23. Bentar lagi adikku nih mau masuk SMA. PPDB Online dan atau cara masuk ke sekolah negeri/swasta tiap daerah memang berbeda. Biasanya memang tergangung dari kebjikan pemerintah setempat.

    Terus kalau misalnya di Jakarta sekolah swasta sudah buka sejak bulan Okt/Nov, di daerah saya, sekolah swasta buka pendaftarannya barengan sama negeri, tapi tutupnya yang swasta lebih lama.

    Duh, komplit plit banget ini info dari Mba Myra. Dan NEM itu juga perlu diperhatikan ya kalau mau masuk sekolah favorit atau yang banyak saingannya.

    ReplyDelete
  24. Salah satu trik selain zonasi anak-anak memang lebih mudah masuk kemana pun kalau berprestasi ya Mbak. Misal juara pencak silat sekabupaten dll.

    ReplyDelete
  25. Bisa ngebayangin gimana peningnya para orangtua menyaksikan anak berjuang untuk ikutan PPDB ini. Perubahan kebijakan juga ngaruh ya ke strategi mengikuti PPDB. Semoga ntar Nai bisa masuk ke sekolah yang didambakannya ya.

    ReplyDelete
  26. Setuju, Chi!
    Untuk informasi sekolah memang sebaiknya mencari dari pihak yang ofisial, jangan berdasarkan katanya, katanya.
    Malah merugikan diri sendiri dan bisa-bisa fatal.

    ReplyDelete
  27. Aku satu Tahun lg nih nanti sibuk deh.. mudah2an sih MenDikBud baru bisa buat kebijakan yg baru lg gk Ada sistem PPDB yg berkurang

    ReplyDelete
  28. Aku mba bentar lagi masuk sd. Semoga ga susah aamiin. Cepet ya semuanya jadi anak gede ya mba. Wktu ga berasa banget :")

    ReplyDelete
  29. Hehe iya sih mbak, jarak juga jadi pertimbanganku pilih sekolah. Kalau misalnya gak keterima di negeri, swasta pun jg banyak yang bagus, walau harganya juga bagus hehe. Yg penting yakin aja. Tapi alhamdulillah keterima yaa

    ReplyDelete
  30. Aku juga cukup mantau soak PPDB Online ini Mbak, Karena (kakak) sepupu mau masuk SMA Negeri. Alhamdulillah walau gae masuk pilihan 1 tapi Masih masuk Negeri. Daya saiing NEM nya emang gila2an.

    ReplyDelete
  31. Masyaa Allah mbak awet muda. Ternyata anak-anaknya sudah remaja. Aku pikir Mbak anaknya masih balita.

    Aku tahun kemarin mantengin PPDB. Bikin mules dan nggak nyenyak tidur. Jumlah sekolah SMP dan SMA yang sedikit ini yang bikin deg-degan anak nggak ketrima di skolah negeri.

    ReplyDelete
  32. Kabarnya di Jakarta lebih ribet daripada di Bekasi ya mbak? anakku pakai jalur zonasi tahun ini di area Bekasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tahun ajaran ini, saya dan adik saya berbarengan masukin anak ke sekolah negeri. Saya di Jakarta, adik di Bekasi.

      Menurut kami, lebih mudah di Jakarta. Rumah adik saya dengan sekolah jaraknya hanya 900 meteran. Tapi, anaknya gak diterima. Padahal NEMnya bagus. Itu karena di Bekasi pakai sistem zonasi jarak rumah ke sekolah.

      Untung aja ada beberapa calon siswa yang sudah diterima kemudian mengundurkan diri. Keponakan saya akhirnya masuk.

      Kalau di DKI seleksinya pakai NEM. Jadi memang harus berusaha banget belajar supaya NEMnya tinggi. Semakin tinggi, semakin besar peluangnya.

      Untuk urusan administrasi juga menurut kami lebih mudah di DKI. Asli gak ribet kalau di DKI

      Delete
  33. Milih dan nyari sekolah kok rasanya pening bgt ya. Anakku baru mau masuk SD tahun depan sih, dan rencananya bakal sekolah swasta aja.

    ReplyDelete
  34. Saya jadi membandingkan dengan zaman kita dulu ya, Mbak Myra. Dulu bebas mau daftar ke sekolah negeri atau swasta mana saja. mau rumahnya dekat atau jauh dari sekolah yang diincar. Sekarang saya merasa ribet. Mulai dari pendaftaran sampai masalah zonasi sekolah. Apalagi biasanya, ganti menteri pendidikan, ganti kebijakan juga.

    Tapi harus semangat. Setidaknya tulisan Mbak Myra ini sangat mencerahkan sekali. Dan selalu ada jalan mengatasi setiap persoalan.

    ReplyDelete
  35. Yap sekolah swasta suka buka pendaftaran terlebih dahulu. Sebab bs jd alternatif bagi mereka yg ragu bs masuk ke negeri. Adik saya dulu daftar di swasta dulu. Kd begitu di negeri gak keterima, gak bingung. Hihi

    ReplyDelete
  36. Aku deg-degan nih Mbak Chi, Nailah rencananya masuk SMP Negeri, semoga mamak siap melalui proses daftarinnya, teman-teman Nai banyak masuk ponpes dan swasta jadi sudah pada dapat sekolah l..

    ReplyDelete
  37. OMG maak, ribet banget ya sekolah zaman now. Aku yang anak2ku masih balita masih awam banget nih masalah zonasi dan ujian akhir saat ini. Nanti waktu mereka besar pasti beda lagi sistemnya

    ReplyDelete
  38. Setiap daerah sistemnya beda2 ya, kmrn sempat masukin ponakan ke SMP negeri di Jogja. Ikut jalur zonasi, pdhl smp yang diingini ada di luar zona. Bisa masuk tapi pakai jalur prestasi. Cuma harus ngorbanin yang jalur zonasi. Akhirnya milih yang pakai jalur zonasi. Eh, pas pengumuman ternyata harusnya nilainya bisa masuk ke smp yang diinginkan pakai jalur prestasi. Untung anaknya ga patah hati.. Hihi..

    ReplyDelete
  39. Sistem zonasi ini masih menjadi kegelisahan sebagian orang tua yang mengurus sekolah anaknya. Saya lihat tetangga begitu berasa riweh banget
    Mungkin masih tahap adaptasi kali ya..
    Dan sistem berbasis online yang tengah berlaku harusnya sih cukup membantu

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^