Tentang Review Jujur

By Keke Naima - October 07, 2018

Tentang Review Jujur

Tentang Review Jujur - "Hai, Gaeeessss! Kali ini gue mau review jujur tentang produk X yang lagi dipakai banyak orang."

Beauty vlogger ini pun mereview produk tersebut dari mulai kemasan, wanginya, cara pemakaian, dan lain sebagainya. Ya, seperti beauty vlogger pada umumnya, lah. Tetapi, yang menjadi pertanyaan Chi adalah ucapan tentang review jujur. Apa itu review jujur?

Ketika Chi scroll komen-komen di vlog tersebut, rupanya ada yang bertanya hal yang sama. Kemudian mendapatkan jawaban kalau review jujur artinya review sukarela alias bukan barang endorse atau tidak bekerjasama dengan brand tersebut.

Gak cuma sekali Chi melihat ada yang mereview dengan caption review jujur. Bahkan di salah satu akun IG artis ternama pun Chi pernah baca seperti itu. Rasanya agak gimana gitu untuk Chi pribadi.

Hmmm... Sebentar, sebentar.... Sebelum menyatakan setuju atau tidak dengan penjelasan tersebut, mendingan cek arti kata jujur di KBBI dulu.


Tentang Review Jujur

Nah, jelas banget kan pengertian jujur dalam KBBI? Dan lawannya jujur berarti bohong. Lantas apakah para blogger, vlogger, atau social media influencer lainnya yang sedang review produk kerjasama dengan berbagai brand sedang melakukan kebohongan? Sebelum menjawab itu, mending ketahui beberapa hal di bawah ini dulu, yuk!


Jangan Samakan dengan Istilah KBBI


"Kalau berdasarkan KBBI memang begitu, tetapi kan ini maksudnya untuk membedakan tulisan sponsor atau bukan."

Kira-kira ada yang beranggapan seperti itu gak, ya? Jadi begini... Mungkin bagi kita yang berkecimpung di dunia ini bisa paham apa yang dimaksud dengan review jujur. Tetapi, bagaimana dengan orang awam? Jangan sampai malah jadi boomerang untuk diri sendiri kalau sampai ada yang menganggap bahwa kita sedang membuat review bohong kalau tidak ada keterangan review jujur.


Terikat Surat Perjanjian Kerjasama


Blogger, vlogger, atau social media influencer lainnya juga udah paham, ya kalau setiap kali bekerjasama dengan brand tertentu ada yang namanya perjanjian kerjasama. Ya memang gak semua kerjasama ada Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). Ada juga yang hanya berdasarkan diskusi di email atau whatsapp. Tetapi, apapun itu tetap aja ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh kedua pihak.

Kalau ada yang beranggapan sponsored post isinya puji-pujian melulu tanpa kritik, bukan berarti sedang melakukan kebohongan. Bisa jadi memang klien menginginkan 100% review positif. Kalau ada kritikan atau masukan, cukup secara intern aja. Ya memang gak semua brand seperti itu juga. Ada yang tetap membolehkan kasih masukan. Nah tentunya dengan bahasa yang baik buka niatan untuk menjatuhkan.

[Silakan baca: Michiyo Ramen - Enak, Sehat, Halal, dan Kekinian]

Secara pribadi, mau itu review berbayar atau enggak, Chi memang hampir gak pernah kasih kritikan keras. Malah kayaknya gak pernah, kecuali protes kualitas salah satu provider melalui Twitter hihihi. Ya itupun setelah melewati beberapa protes yaitu menelpon dan email. Protes keras via Twitter menjadi upaya terakhir. Itupun awalnya via DM dulu. Tetapi, kalau protes keras lewat blog atau vlog terhadap brand apapun sepertinya belum pernah.

Chi justru lebih berhati-hati ketika melakukan protes. Selama bisa ditoleransi ya udah. Lebih baik memberi masukan dengan baik kalau memang dirasa perlu.

Kembali lagi tentang perjanjian kerjasama, jadi kalau ada satu sponsored post yang isinya positif semua jangan langsung menuding kalau si penulis melakukan kebohongan. Pahami dulu tentang perjanjian kerjasama. Begitupun ketika menulis review yang bukan sponsored post. Bukan berarti kita bisa menulis seenaknya. Tetap memegang prinsip kehati-hatian ketika menulis, ya.

[Silakan baca: Etika Job Review]


Khawatir Gak Ada yang Mau Baca Sponsored Post


"Ini bukan sponsored post, lho."

Kadang-kadang kalau baca kalimat begitu, Chi suka berpendapat dalam hati, 'Memangnya kenapa kalau sponsored post?' Pernah beberapa kali membaca pendapat kalau ketahuan tulisan sponsored post, jadi suka pada malas baca. Ya mungkin ada beberapa pembaca yang seperti itu. Tetapi, seberapa besar, Chi gak tau. Gak pernah survey juga.

Chi sendiri bukan pembaca yang anti sponsored post. Gak pernah membeda-bedakan mana sponsored post atau enggak. Selama tulisan tersebut enak untuk dibaca, Chi akan membacanya sampai tuntas. Apalagi kalau memang temanya sedang Chi cari. Bakal dibaca banget deh meskipun belum tentu meninggalkan jejak di kolom komentar.

Tulisan yang enak dibaca atau enggak itu tergantung selera masing-masing, ya. Ada yang suka membaca review yang gaya tulisannya penuh humor, serius, pengalaman pribadi, singkat karena langsung ke poinnya, dan lain sebagainya. Gak bisa didebat atau digeneralisir kalau ini, sih. Masing-masing punya selera.

Sebagai blogger, Chi berusaha menghindari menulis yang hard selling banget. Chi pernah menolak tawaran menulis hard selling di blog. Tetapi, bukan berarti Chi menghindar membaca tulisan hard selling, lho. Kadang-kadang tulisan begini juga dibutuhkan banget. Terutama kalau Chi lagi butuh informasi yang to the point.

Makanya Chi bukan termasuk yang percaya kalau sponsored post gak akan ada yang baca. Di blog ini aja sponsored post tentang salah satu brand sabun selalu menjadi popular post. Padahal itu tulisan 2 tahun yang lalu dan Chi bukanlah beauty blogger. Sesekali aja mengulas produk kosmetik. Tetapi, tetap aja ada yang mencari tulisan tersebut.

[Silakan baca: Kesan Pertama Mencoba Oilum Collagen Series - Agar Kulit Tubuh Tetap Sehat dan Indah]

Kalau membaca tulisan para beauty atau food blogger, seringkali Chi gak berpikir apakah ini tulisan sponsored atau bukan. Mau sponsored atau enggak, biasanya gaya menulisnya sama.

Jadi ya daripada Chi ribet sendiri memilah-milah mana sponsored post atau bukan, mendingan mencoba menikmati. Kalau suka baca sampai tuntas. Gak suka ya tinggalkan. Praktis! Ya gak hanya beauty atau food blogger aja, sih. Parenting blogger atau apapun juga Chi mah baca aja kalau memang suka.


Selera Gak Bisa Didebat


"Ternyata makanan di resto A gak enak. Padahal saya ke sana gara-gara baca tulisan blog B! Nyesel jadinya!"

"Saya gak cocok pakai produk A. Kok bisa sih itu blogger nulis kalau kalau produk tersebut bagus?"

Trus, kalau udah begini gimana? Akankah kita menuduh blogger tersebut sedang berbohong? Apalagi kalau kemudian produk atau makanan yang direview tersebut kerjasama dengan klien.

Sebaiknya jangan langsung menuduh begitu, ya. Selera itu gak bisa didebat. Menurut kita enak, belum tentu menurut orang lain. Kalau kita sampai terpengaruh dengan salah satu tulisan, tetapi ternyata fakta gak sesuai ekspektasi itu bukan salah bloggernya. Malah berarti blogger tersebut pintar mempengaruhi orang lain melalui tulisannya, kan?

Nah urusan cocok atau tidak memang kembali ke selera masing-masing. Gak bakal ketemu kalau didebat. Cuma menghasilkan debat kusir nantinya.


Jujur Itu Urusan Hati


Jujur atau bohong tuh urusan hati. Bisa jadi diri sendiri dan Allah yang tau. Tulisan organik pun belum tentu bebas dari kebohongan.

Eits! Bukan berarti Chi menuduh berbohong, ya. Justru Chi jadi suka heran sendiri. Kok sekarang kayak mudah banget menilai jujur atau enggak hanya karena dari kategori review yang dibuat. Padahal seharusnya bebas-bebas ajak mau nulis sponsored, organik, lomba, atau apapun, yakan? Selama gak menyakiti pihak lain.

Ya ini murni opini pribadi. Terserah aja sih kalau mau tetap pakai keterangan review jujur atau enggak. Sama terserahnya dengan Chi yang tetap mau baca apa aja (sponsored atau organik) selama memang suka dengan tulisannya.

  • Share:

You Might Also Like

6 comments

  1. kalau menurut aq, sebaiknya semua review yang tidak berbayar tidak perlu di beri keterangan review jujur, kalau kita sebagai penulis ingin tulisan kita di percaya yah tentu saja kita harus memberikan tulisan mengenai review dengan jujur tanpa memberikan embel2 tersebut.

    sementara yang berbayar, aq pikir juga bebas diberi keterangan sponsored post atau tidak, tergantung dari keinginan si penulis

    bener kata mbak mira, orang akan membaca tergantung dia suka atau tidak pd tulisan termasuk dengan review maupun yang organik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Makanya saya suka agak 'gerah' kalau baca label review jujur hehehe

      Delete
  2. Wkwkwk. Aku juga selalu tergelitik si kalo ada yg mengawali reviewnya dg warning "jujur" atau "bukan sponsored post". Lha emang klo yg nerima sponsored post bohong semua ta? Hihi

    ReplyDelete
  3. Kalau aku sih Review sesuka-sukanya aja kak, tapi emang perlu Review jujur :) thanks opininya

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^