"Ima Curang Tuh, Bun!"

By Keke Naima - January 26, 2016


Keke: "Ima curang, tuh, Bun!"
Bunda: "Curang kenapa?"
Keke: "Di kelas, dia ranking 1. Lomba mewarnai di sekolah, Ima juara 1 terus."
Bunda: "Trus, apa itu artinya Ima curang?"
Keke: "Abis Keke gak pernah juara."
Bunda: "Gini, ya ... Keke tahun ini terpilih ikut lomba apa?"
Keke: "Lomba pidato."
Bunda: "Keke juga cerita kalau pilih materi pidato yang panjang, kan? Tanpa dipaksa?"
Keke: "Iya."
Bunda: "Tapi, abis itu Keke latihan di rumah, gak?"
Keke: "Hmm ... Hehehe ..."
Bunda: "Nah, nyegir kalau udah gitu. Jadi, apa iya adekmu curang?"
Keke: "Enggak. Tapi, Ima juara terus, sih."
Bunda: "Lha, Keke lihat sendiri, kan, bagaimana usaha adekmu di rumah?"
Keke: "Iya hehehe."

Kalau membaca bahasa tubuh serta gaya bicara Keke saat itu, Chi merasa dia gak benar-benar menuduh Nai curang. Sepertinya Keke hanya iri melihat adiknya yang lagi sering juara.

Saat itu, Keke juga ikut lomba di sekolah. Tahun ini, dia terpilih untuk ikut lomba pidato. Tapi, setiap kali dia terpilih ikut lomba, dia tetap aja bersikap sangat santai. Bahkan saking santainya nyaris tidak terlihat melakukan persiapan.

Keke: "Keke bisa, Bun. Tenaaang ..."
Begitu selalu jawabannya. Chi gak bisa memaksa juga supaya latihan. Kalau dipaksa nantinya malah bersungut-sungut. Chi cuma pesan kalau jangan sampai mengecewakan. Harusnya menolak kalau gak sanggup atau gak ingin ikut kompetisi. Keke selalu bilang sanggup dan (kembali) minta bundanya untuk tenang. Duh, anak-anak, ya hehe.

Tapi, Chi percaya kalau Keke memang sanggup. Cuma kurang maksimal aja. Karena kalau beneran gak tertarik ikut berkompetisi biasanya Keke akan terang-terangan menolak. Kalau terpaksa melalukan, dia akan sengaja disalah-salahkan. Seperti beberapa waktu lalu, ada audisi Spelling Bee di sekolahnya. Yang terpilih akan mewakili sekolah untuk berkompetisi. Keke gak mau terpilih, trus dia cerita kalau jawabannya sengaja disalah-salahkan. Duh, anak-anak hehehe.

Walaupun tidak memaksa, tapi bukan berarti Chi lepas begitu saja. Setiap hari, Chi ajak ngobrol tentang persiapan menghadapi kompetisi. Kasih motivasi seperti apa untungnya berkompetisi. Kasih semangat juga. Serta kasih beberapa tip tentang tentang kompetisi yang akan mereka ikuti. Misalnya, Nai bisa dikasih saran bagaimana mewarnai yang bagus. Sedangkan untuk Keke, Chi bantu kasih garis besar tentang pidato yang akan dia bawakan.

Tahun ini, Nai tetap tekun berlatih mewarnai. Setiap sore, dia mengeluarkan peralatan mewarnainya dan berlatih mewarnai. Sedangkan untuk Keke memang nyantai banget. Chi udah bantu kasih saran tentang garis besar pidato. Maksudnya biar dia gak usah ngapalin keseluruhan isi pidato. Hapalin garis besarnya aja, sehingga dia bisa berimprovisasi. Tapi karena dia santai banget, akhirnya ketika perlombaan tiba, dia memilih berpidato dengan membaca teks.

Coba ambil positifnya aja. Setidaknya mereka sudah berani berkompetisi. Apalagi berpidato, walaupun baca teks tapi tetep aja butuh keberanian karena harus berbicara di depan orang. Mengenai hasil, anggap aja sepadan dengan usaha. Saat itu, Nai lebih tekun dalam persiapan menghadapi kompetisi. Gak heran kalau akhirnya dapat juara :)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^