Menuju Jomblang

By Keke Naima - November 29, 2013

Lanjutin lagi cerita jalan-jalan setengah nekatnya. Kali ini perjalanan menuju Jomblang :)

Kelaperan lagi.... Kelaperan lagi.... Kembali kami rasakan ketika menuju Jomblang. Mirip kayak perjalanan menuju Bromo. Sama-sama lewat jalur alternatif dan kelaperan :D Oiya, kami check out dari hotel Tugu Lestari, Blitar pukul 11 siang.

Bedanya di perjalanan menuju Bromo, kami melewati jalur alternatif utara, karena mengikuti petunjuk GPS. Sedangkan yang menuju Jomblang, kami mengikuti saran pegawai tempat kami menginap di Jomblang nanti. Bedanya lagi, jalur alternatif selatan jalannya lebih enak. Lebih sejuk, jalanannya besar dan mulus. Bebas macet, tapi tetep aja gak ada rumah makan. Sepanjang jalan lebih didominasi sama bukit-bukit :D


Hanya di sini kami berhenti agak lama. Hampir 1 jam karena ada pelebaran jalan (pengerukan dinding bukit). Pas bisa melintas juga ngeri banget karena sempitnya jalan dan licin pula. Semenatra di bawahnya sungai besar. Takut tergelincir. Hiii...
Nai lagi ngebujukin Angel, boneka teddynya yang udah mulai mutung karena laper kayaknya.
Di sebelah kiri mobil, ada sungai besar. Udaranya juga sejuk banget. Sayang hujan mulai turun lagi. Jadi kami lebih banyak di dalam mobil. Padahal kalau gak hujan, jalan-jalan di sekitar sana, sambil nunggu jalan dibuka lagi kayaknya enak.


Untung, ada oleh-oleh khas Blitar dari Pak Ies. Oleh yang banyak itu langsung habis selama diperjalanan. Laper beraaaaatttt hahaha. Seinget Chi, tinggal bumbu pecel aja yang gak kami makan. Mungkin kalau ada sayur rebusan udah kami makan juga itu bumbu pecel :D Terima kasih banyak, ya, Pak. Oleh-olehnya menyelamatkan perut kami yang kelaperan :)

Salah satu dari banyaknya oleh-oleh yang Pak Ies berikan untuk kami.Yang paling jadi rebutan adalah kripik nangka dan jamur. Enak :)


Jalur alternatif selatan ini memang bagus banget jalannya. Lebar dan mulus, cuma jarang sekali rumah penduduk. Jadi untuk yang mau lewat jalur ini, mending bawa bekal, ya.

Menjelang malam, anak-anak (terutama Keke) udah mulai rewel kelaperan. Oleh-oleh khas Blitar udah habis. Belum satupun keliatan ada rumah makan. Menjelang Wonosari, baru keliatan ada rumah makan. Bu Titik Karisma, nama rumah makannya. Kami pun langsung parkir. Ada 1 keluarga yang lagi makan di sana.

Chi              : "Permisi, Pak. Bisa minta daftar menunya?"
Pemilik RM : "Cuma ayam bakar, Bu. Dan sebentar lagi juga mau ditutup, karena saya ada undangan. Gak apa-apa?"
Chi              : "Gak apa-apa, Pak."

Chi pikir, gak apa-apa lah. Bahkan kalaupun kami harus makan di mobil karena rumah makannya titip pun gak apa-apa. Yang penting bisa makan nasi. Terutama anak-anak. Biar mereka gak rewel lagi. Kasian lapar mereka :) 

Rumah makan Bu Titik Karisma ini terlihat bersih. Duduknya lesehan gitu. Menu ayam bakarnya? Enak bangeeeeettt! Ayam bakar kampung muda. 1 porsi isinya 1/2 ekor ayam. Enak, deh, pokoknya.


Kalau lewat jalur alternatif selatan, jangan lup[a makan di sini. Ayam bakarnya enak banget. Deket sama Wonosari lokasinya.


Ketika menghidangkan makanan yang kami pesan, bapak pemilik rumah makan itu (aduh Chi lupa namanya siapa) tanya kami datang dari mana dan tujuannya kemana. Ketika kami bilang datang dari Bekasi dan tujuannya sekarang ke Jomblang, bapak tersebut langsung duduk dekat kami dan bertanya-tanya gimana kabarnya Jakarta? Udah bertahun-tahun gak ke Jakarta, kangen juga katanya.

Bapak itu lalu cerita kalau dulu pernah tinggal di Tangerang. Beliau punya beberapa konter minuman di beberapa tempat di Tangerang (termasuk di mall). Dari 'hanya' jualan minuman aja, untungnya itu lumayan besar. (Beliau menceritakan lumayan detil, tentang pengalamannya jualan).

Sampe kemudian terjadilah kerusuhan 1998 itu. Seluruh dagangannya ludes dijarah massa. Modalnya pun habis. Bahkan harta bendanya banyak dijual untuk mengembalikan modal. Dan 'memaksanya' untuk kembali ke kampung karena sudah tidak punya lagi modal untuk jualan.

Usahanya mungkin ludes, tapi jiwa usahanya tidak mati. Salut, deh! Di kampung, katanya bantuin usaha katering kakak iparnya sambil belajar masak. Ketika tau, jalur alternatif selatan akan dibangun, beliau langsung berpikir untuk mendirikan restoran.

Awalnya, rencana tersebut sangat ditentang istri dan keluarga besar istrinya. Mereka pikir, apa untungnya buka rumah makan di kampung? Apalagi waktu itu jalur alternatif selatan memang belum dibangun, baru kabar-kabarnya aja. Tapi beliau tetap yakin dengan pendiriannya. Beliau tetap mendirikan rumah makan.

Perlahan-lahan, usahanya mulai membuahkan hasil. Apalagi setelah jalur lintas selatan dibangun. Karena baru satu-satunya rumah makan yang ada di jalur itu, jadi setiap kendaraan yang cari rumah makan pasti berhenti di sana.Yang paling banyak setiap harinya adalah kendaraan travel yang membawa banyak penumpang.

Gak cuma cerita tentang usahanya, sih. Beliau juga  banyak tanya-tanya tentang perkembangan Jakarta sekarang. Ada rasa kangen, karena biar gimana pernah tinggal di sekitar Jakarta, kan. Tapi untuk kembali lagi usaha di Jakarta rasanya gak mungkin.

Yang katanya gak bisa berlama-lama, malah akhirnya kami cukup lama di rumah makan itu. Menyenangkan sekali ngobrol sama bapak pemilik rumah makan itu. Selain sangat ramah, jalan hidupnya juga penuh hikmah bagi kami.

Jangan menyerah! Itu yang langsung Chi tangkap hikmahnya. Kehilangan harta benda sekian banyak dalam sekejap karena dijarah pasti bikin syok, ya. Alhamdulillah, Bapak tersebut termasuk orang-orang yang bisa bangkit. Semoga selalu berkah usahanya, ya, Pak. Aamiin

Dan senang juga karena rasa lapar yang kami rasakan berakhir dengan cerita hikmah yang bahagia. Setelah makan, kami pun menuju penginapan, yaitu... (bersambung)

Cerita sebelumnya tentang perjalanan ini :


  1. Liburan Setengah Nekat
  2. Gagal ke Masjid Demak
  3. Mencari Penginapan di Semarang, Susah-Susah Gampang
  4. Perjalanan Menuju Bromo
  5. Lava View Lodge - Bromo
  6. Bromo yang Menakjubkan 
  7. Kemegahan Semeru Dari Ranu Pane 
  8. Semalam di Blitar 
  9. Sang Fajar Suite

  • Share:

You Might Also Like

14 comments

  1. saya baru tahu kalo ada kota namanya JOMBLANG mak,beneran....taunya dulu pas mak keke nulis status atau nulis blog ya lupapokoknya hehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. kl gak jalan2 ke sana kayaknya sy juga gak bakal tau :D

      Delete
  2. ihhh enak nian yg jalan2 ya, tp serem juga ya kl jalan licin gitu sampingnya sungai besar, mudah2an aja ga ada yg tergelincir, aamiin

    ReplyDelete
  3. Pantang menyerah ya si Bapak Itu..

    Baru tau juga Jomblangnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mbak. Kita bs belajar dr semangat pantang menyerahnya :)

      Delete
  4. wih Masya Allah..
    seru bangets ya bisa sering jalan2..
    sayangnya abiku sibuk terus sih, jarang ada waktu buat jalan2 sekeluarga.. T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga nanti kl abinya udh gak sibuk bs ajak jalan2 ya :)

      Delete
  5. wuuuh.. teruskan keke, nai!
    seneng sekali baca tiap episode-episodenya :D

    ReplyDelete
  6. seru banget perjalanannyaa ga abis2 nih ceritanya Mbak. memang dalam berusaha atau berbisnis harus pantang menyerah. setuju ma si bapak, karena memang ga selalu untung. saya sendiri udah pernah rugi puluhan juta. Terima kasih sudah di-tag. Salam utk Keke dan Nai.

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^