Parenting Ibarat Mendaki Gunung

By Keke Naima - March 14, 2017

(+) Menjadi orang tua ibarat mendaki gunung
(-) Ya, tapi melangkah step by step saja. Jangan terburu-buru sampai puncak
*Dialog di salah satu episode NCIS: New Orleans 2

Parenting Ibarat Mendaki Gunung

Sejujurnya, ketika akan menikah, bayangan Chi tentang sebuah keluarga itu yang indah-indah aja. Menikah dengan orang yang dicintai. Bakal bahagia kalau dikaruniai anak. Malah Chi sempat berharap dikasih anak banyak kalau perlu kembar sekalian 😂

Saking merasa siap berumah tangga, Chi pun memutuskan resign dari kantor beberapa bulan sebelum menikah. Tentu aja keputusan ini sudah didiskusikan dan disetujui terlebih dahulu oleh (calon) suami alias K'Aie. Chi juga merasa santai aja menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga.

Tadinya Chi membayangkan kalau ribetnya menjadi orang tua paling pada saat anak-anak masih balita. Saat belajar jalan, disuapin, belajar bicara, dimandiin, dan lain sebagainya. Gak sedikitpun Chi merasa sedih atau galau karena seperti tidak punya me time. Buat Chi, main bersama anak-anak juga termasuk me time.

Dulu, Chi belum akrab dengan dunia internet. Jadi untuk mendapatkan ilmu parenting, Chi berlanggan berbagai tabloid serta majalah. Rajin beli berbagai buku parenting. Kalau baca buku, majalah, atau tabloid parenting sepertinya mengasuh anak itu mudah. Padahal nyatanya gitu, deh. Kadang mudah, kadang juga bikin pusing hehehe. Tapi Chi gak pernah terintimidasi sama berbagai ilmu parenting yang didapat dari manapun. Dibaca/didengarkan, dipertimbangkan, trus dipraktekkan. Begitu aja kuncinya. Saat mempraktekkan juga dilihat dari karakter anak. Biasanya orang tua lebih paham karakter masing-masing anak.

Iya, tadinya Chi pikir urusan parenting akan berhenti ribetnya setelah anak bisa makan, mandi, main, dan segala aktivitas lainnya dilakukan sendiri. Setelah melewati masa itu, orang tua tinggal bersenang-senang karena sudah bebas. Ternyata enggak.

Chi merasa tantangan menjadi orang tua justru mulai makin 'sedap' setelah anak mulai beranjak pra-remaja. Di satu sisi asiknya udah semakin bisa diajak bertukar pikiran. Tapi di sisi lain, rasa ke-aku-annya pun mulai muncul. Belum lagi kalau bicara pergaulan zaman sekarang dan sebagainya. Kadang bikin parno orang tua. *Rasanya pengen balikin anak-anak jadi balita lagi.* 😢

Bacaan parenting untuk anak pra-remaja juga gak sebanyak seperti untuk anak bayi atau balita. Chi pun beberapa kali memutar kenangan saat masih remaja. Seperti apa rasanya dan bagaimana ingin diperlakukan saat usia itu. Ngobrol juga dengan orang tua dan juga sodara atau teman-teman, terutama yang mempunyai anak sebaya.

Itulah yang Chi lakukan sekarang. Perjalanannya memang gak selalu mulus. Sering Chi harus tarik napas panjang, malah kadang menangis. Tapi Chi percaya yang namanya bonding dengan anak harus selalu dijaga. Salah satu cara yang efektif dengan terus menjalin komunikasi yang baik.

Chi memang sempat rada tegang menghadapinya. Bawaannya makin parno aja ketika anak semakin beranjak remaja. Tapi setelah merenung, beberapa kali diskusi sama K'Aie, Chi pun berusaha kembali lebih santai. Khawatir tentu aja harus tapi jangan sampai parno berlebihan. Berdo'a untuk kebaikan semua pastinya wajib. Pererat kembali bonding dengan anak. Alhamdulillah suasana rumah dan keakraban bersama anak-anak kayaknya jadi makin lengket. Apalagi anak-anak yang sudah masuk usia remaja memang sebenarnya sedang butuh banyak didengar

[Silakan baca: Keke Lagi Puber, Nai yang Sedih]

Kalau teman-teman perhatikan *ada yang perhatiin, gak? 😜*Chi mulai jarang nge-blog. Penurunan kuantitas ini sejak tahun 2016. Ada beberapa penyebabnya, sih. Salah satunya tentang anak. Tahun 2016 kemarin Chi fokus ma anak-anak, terutama Keke.

Bukan berarti sebelumnya gak fokus ma anak-anak. Hanya saja di tahun 2016 memang menuntut lebih. Awal 2016, Keke sedang bersiap menghadapi UN. Karena kami bertekad gak akan mendaftarkan Keke ke bimbel manapun, maka konsekuensinya adalah Chi yang harus terjun langsung mengajarkan Keke untuk persiapan UN.

[Silakan baca: Tanpa Ikut Bimbel, Nilai UN Bisa Tetap Bagus? Bisa!]

Usai UN, Keke sakit typus lumayan lama. Trus sekarang juga dia masih masa adaptasi menjadi siswa sekolah negeri setelah selama ini selalu sekolah swasta. Jadi waktu bersama anak-anak semakin Chi tambah. Lagi pengen lebih banyakin ngobrol aja *Padahal setiap hari juga ngobrol*. Jadinya sekarang rada berkurang update blog 😁

[Silakan baca: Pilih Sekolah Swasta atau Negeri?]

Kalau diibaratkan menjadi orang tua seperti sedang mendaki gunung sepertinya Chi setuju. Ketika sedang mendaki, kadang semangat tapi kadang cape. Beristirahatlah sejenak bila dirasa perlu. Harus mengatur napas dan langkah biar biar bisa terus sampai puncak. Gak usah terburu-buru. Nikmati pemandangan selama pendakian, hirup udara segarnya. Jangan lupa bawa perbekalan untuk mendaki. Dalam hal ini selalu berusaha update tentang kehidupan remaja termasuk ilmu parentingnya. Semangat! 💪

  • Share:

You Might Also Like

16 comments

  1. Seperti belajar ya mbak... nggak ada habisnya. Hehe. Saya dulu gak sampe ada cita cita anak banyak sih, tapi kepengen anak kembar ada. Hahaha, setelah merasakan dua anak dng jarak berdekatan, rasanya angkat tangan dengan keinginan punya anak kembar. Ini aja rasanya gak jauh beda spt punya anak kembar

    ReplyDelete
    Replies
    1. samaan, nih saya pun sempet kepengen punya anak kembar. Dan ternyata kita sama, ya. Punya anak rentang usianya gak terlalu jauh

      Delete
  2. Suka banget sama analogi mengasuh anak bagai mendaki gunungnya Mbak.. :)

    Terusss pas Mbak Chi bilang "Rasanya pengen balikin anak2 jadi balita lagi..." jadi buat saya pengen lebih nikmatin lagi masa-masa rempong ngasuh anak 5 tahun dan 7 bulan ini. Pasti nggak akan terulang lagi ya Mbak.

    Semangat Mbak Chi dan Kakak Keke moga dapat nilai ujian terbaik... Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak. Makanya nikmatin aja deh kalau rumah berantakan selama anak-anak masih kecil hahaha

      Delete
  3. Sama mba aku juga lebih prioritas keluarga apalagi anak aku yang jagain sendiri tapi biarlah semua Allah yang mengatur padahal dl sebelum berkeluarga punya keinginan kalau nanti menikah dan punya anak masih mau bekerja dikantor eh.. Allah berkehendak lain hehehe dinikmatin saja yang terbaik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju. Kalau kita nikmatin, hidup juga rasanya lebih asik :)

      Delete
  4. Bener ya mba, jadi orang tua kudu belajar terus. Kadang saya merasa galau menghadapi anak yang sedang pra remaja. Seperti tidak siap. Tapi begitulah. Merasa baru kemarin punya anak-anak kecil.

    Sehat-sehat ya anak-anak.

    ReplyDelete
  5. Iyes mak kita memang harus flashback inget jaman remaja dulu apa yang kita suka dan kita ngga suka, itulah mungkin perasaan anak kita di usia remajanya ya.

    ReplyDelete
  6. Aku suka banget postingan Ini Mbak aku pun merasakan ketika anak sudah mulai mau kelas 6 mau UN, aku ya mau prioritas ke anak-anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi menghadapi anak yang mau UN, ya. Pusing ajah hahaha

      Delete
  7. Jiaaah quotenya. Kalau memandang ke belakang kadang heran bagaimana dulu bisa nglewati masa sulit anak2. Pindah2 sekolah, UN dll. Nggak terasa anak2 udah di tahap2 akhir pendidikan dasar semua :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha ... Bersiap-siap menjadi orang tua dengan anak-anak yang mulai masuk usia remaja ya, Mbak :)

      Delete
  8. Ternyata pas udah pada gedhe jg makin "ribet" ya mbak? Moga aku jg bisa mendaki gunung dlm hal pegasuhan ini aamiin

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^