5 Alasan untuk Tega Sama Anak

By Keke Naima - August 15, 2015

Tega sama anak = jahat sama anak?

Beberapa orang mengartikannya begitu. Anak kita pun mengartikannya begitu dan mengekspresikannya dengan menangis atau marah. Bahkan untuk yang sudah bisa bicara akan berkata, "Bunda jahat!" Kalau udah gitu, kita pun jadi punya rasa bersalah. Dari rasa bersalah trus timbul galau mau diterusin teganya atau luluh saja?

Berikut ada 5 alasan tega yang pernah Chi lakukan ke Keke dan Nai


Tega ketika menyapih

Rasanya ini salah satu bentuk tega yang bikin Chi rada mewek dan sempat berpikir untuk tidak jadi menyapih. Chi sudah menceritakan tentang proses menyapih di postingan "Weaning With Love" Pertanyaannya, kalau memang weaning with love kenapa harus pakai tega? Kenapa gak tunggu aja anaknya yang lepas dengan sendirinya?

Untuk Keke dan Nai yang ng-ASInya gak kenal waktu dan tempat rasanya sulit menunggu mereka lepas dengan sendirinya. Setiap saat selalu kepengen ASI dan dimanapun. Mereka pun Chi lihat jadi gak leluasa bermain. Pengennya nempel terus sama bundanya untuk nyusu. Susah mau ngapa-ngapain hehehe. Jadi terpikirlah untuk menyapih. *Apakah timbul luka batin terhadap Keke dan Nai? silakan baca aja postingan yang weaning with love itu, ya ;)*


Tega ketika mendisiplinkan

Dunia anak itu dunia bermain. Yup, itu bener banget. Lagian siapa sih yang gak suka bermain? Kita aja yang udah besar senang bermain. Masalahnya kalau udah asik bermain, suka jadi gak disiplin. Disuruh makan, mandi, belajar, beribadah, dan lain-lain suka susah karena keasyikan bermain. Di sinilah kita perlu tega dalam menegakkan disiplin. Gak cuma tentang waktu, sih. Disiplin juga bisa untuk hal lainnya.


Tega ketika mengajarkan mandiri

Kadang kita suka gak tega melihat anak kecil makan sendiri, bantuin menyapu, makan sendiri, dan lain sebagainya. Akhirnya kita selalu membantu bahkan melayani. Gak sadar waktu berlalu dengan cepat dan anak-anak sudah besar. Setelah besar ternyata kita belum pernah sekalipun mengajarkan tentang kemandirian. Padahal kalau dimulai setelah dewasa itu lebih sulit dibandingkan menanamkan kemandirian sejak dini, lho *pengalaman pribadi*


5 alasan untuk tega sama anak
Kalau makan sendiri pasti belepotan. Kadang sampe ke badan dan rambut. Bikin kita jadi punya kerjaan tambahan untuk bersihin hahaha. Tapi kalau selalu disuapin kapan anak belajar mandirinya? :)


Tapi kadang bukan karen gak tega juga, sih. Bisa juga karena kita malas direpotin. Kalau membiarkan anak makan sendiri, makanan dan minumannya pasti berantakan kemana-mana. Apalagi kalau mereka baru belajar. Meminta mereka untuk mencuci perlengkapan makan setelah dipakai, belum tentu bersih. Kalau udah gitu kita suka males jadinya. Mending disuapin aja biar cepet beres. Mending juga kita yang beberes rumah, deh, daripada dibantuin malah jadinya tambah berantakan. Kita kadang lupa kalau mereka masih tahap belajar. Wajar kalau masih berantakan. Yang mereka butuhkan adalah diajarin, bukan dilarang :)


Tega menolak keinginan anak

Nah, ini juga paling sering dialamin. Kalau anak minta sesuatu kadang kita sebetulnya pengen menolak. Karena kita tau kalau gak semua permintaan anak harus dituruti. Tapi kalau melihat wajah mereka *dengan mata yang berharap kayak di kartun Shinchan* trus mikir reaksi mereka yang akan marah, rasanya pengen mengabulkan semua permintaan. Jadi kayaknya kita kayak gak dikasih pilihan. Padahal sebetulnya ada, lho. Termasuk kalau lagi jalan-jalan itu kan anak-anak suka minta ini-itu, alhamdulillah Keke dan Nai belum pernah sekalipun merengek yang sampe nangis-nangis kalau lagi jalan-jalan permintaan mereka ditolak. Tapi bukan berarti mereka langsung mengerti tentang penolakan. Mereka pernah kok sedikit merajuk. Dan kami ada caranya supaya merajuk mereka sedikit aja, jangan sampe nangis di tempat umum. Kapan-kapan Chi kasih tipnya :D


Tega vs parno

Chi termasuk ibu yang gampang parno wlaopun tetap berusaha tenang. Salah satu rasa parno yang Chi lawan saat ini adalah mengabulkan permintaan Keke untuk naik sepeda ke sekolah. Ada berbagai pertimbangan kenapa Chi akhirnya bisa tega dan membolehkan Keke naik sepeda ke sekolah. Ceritanya juga kapan-kapan, ya hehehe.

Mungkin kalau dipikir-pikir masih ada banyak tega-tega lainnya. Tapi tega itu gak selalu berarti jahat, kok. Seperti yang dituturkan oleh dra. Ratih Andjayani Ibrahim, MM., Psi, di salah satu acara yang Chi datangi, katanya tega pada anak itu boleh saja. Asalkan tega demi kebaikan anak. Karena menyikapi cinta pada anak pun harus bijaksana. Cinta sejati pada anak justru yang harus membuat anak menjadi pribadi yang baik dan mandiri.

Jadi jangan ragu lagi untuk tega sama anak, ya. Tapi tega yang baik tentunya. Dan usahakan komunikasi dengan anak supaya anak gak salah paham :)

Berdasarkan pengalaman, kekompakan dengan pasangan juga penting. Kalau cuma salah satu yang tega, biasanya suka gagal atau lebih sulit untuk berhasil. Karena anak akan meminta 'perlindungan' dari salah satu pihak :) *Baca postingan Chi yang berjudul : 3K Kunci Keberhasilan Pola Asuh - Bagian 1*

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^