Creativepreuneur School

By Keke Naima - December 10, 2014

Ini ada di samping Graha Bhakti Budaya. Gak tau untuk acara apa.


Chi: "Yah, udah beli tiket Sayap-Sayap Mimpi belom?"

Ternyata K'Aie lupa. K'Aie langsung sms contact person pertunjukkan dan buka web penjualan tiket Sayap-Sayap Mimpi.

K'Aie: "Kita mau yang kelas berapa, Bun?"
Chi: "Sebetulnya paling enak VIP, ya. Tapi, lumayan banget kalau dikali 4. Kalau kelas 2 kejauhan posisinya. Paling pas harga kelas 1, sih. Tapi enak gak sih nonton dibagian sayap?"
K'Aie: "Ambil yang deket sama VIP aja. Jadi, gak terlalu minggir nontonnya."

Kami pun sepakat memilih tiket kelas 1. FYI, harga tiket VIP Rp150.000,00, kelas 1 Rp100.000,00, kelas 2 Rp75.000,00. Gak lama kemudian, kami menerima sms dari cp pertunjukkan.

K' Aie: "Kok, katanya harga tiketnya Rp50.000,00 per orang?"
Chi: "Setau Chi, harga segitu untuk pelajar. Mungkin disangkanya kita mau bawa rombongan pelajar karena nontonnya siang kali."

Sotoynya, kami gak tanya balik lagi. Langsung transfer sejumlah Rp400.000,00 setelah itu konfirm. Setelah dapat sms balasan, kami baru tau kalau untuk pertunjukkan siang semua harga dipukul rata jadi Rp50.000,00 per orang.

Sasaran utama untuk pertunjukkan siang memang untuk pelajar. Jadi, pengunjung yang bukan pelajar pun tetap dikasih harga pelajar. Tapi, karena harganya disamakan jadinya gak ada kelas-kelas. Wah bisa berebutan, nih! Ada beberapa pilihan untuk kelebihan uang yang kami bayar. Kami memilih untuk didonasikan ke Sanggar Akar saja.


Makan siang di kantin mahasiswa IKJ



Jakarta memang macet! Setelah perjalanan yang lumayan lama karena macet, sekitar pukul 2.15 wib, 45 menit sebelum acara dimulai kami tiba di Graha Budaya, TIM. Ternyata, kekhawatiran Chi kalau bakal rebutan bangku gak terjadi. Penyelenggara sudah menentukan tempat duduk para penonton. Syukurlah.

Setelah mendapat tiket, kami memilih makan siang di sekitar sana aja. Makan di kantin mahasiswa IKJ. Sempet bingung karena smeua warung kok kayaknya jualan soto semua (ada makanan lainnya juga, sih). Mahasiswa/i pada demen makan soto kayaknya hehehe. Akhirnya, kami pilih aja deh salah satu warung.

K'Aie pesen mie ayam, Keke dan Nai pilih tongseng, Chi jus alpukat aja. Gak bermaksud diet, cuma masih kenyang hihihi.

K'Aie: "Yang satu, tongsengnya jangan dikasih pedas sama sekali, Mas."



Gak berapa lama tongseng pesanan pun datang. Tapi, semuanya dikasih rawit. K'Aie komplen karena udah pesen gak pake pedes. Si masnya bilang kalau tongseng memang harus pedes. Huh? Sejak kapan tongseng harus pedes? Untungnya, rawitnya dipotong-potong, bukan diulek. Jadi, memudahkan kami untuk membuang rawit dan gak bikin kuahnya kepedesan.

Sebetulnya sayang, sih ngebuang rawit. Harga cabe lagi mahal bangeeett hahaha. Mana si masnya itu kasih rawitnya banyak banget, lho. Tongseng rasa soto ini dengan cepat kami santap. Iya, rasa soto karena gak ada cita rasa tongsengnya sama sekali hihi. Harganya juga menurut Chi bukan harga mahasiswa, ya. Rp25.000,00 seporsi. Apalagi di deket rumah ada yang jualan tongseng harganya gak semahal itu tapi rasanya enak. Ya, sudahlah yang penting makan :D


Saatnya nonton Pertunjukan!


Kami kembali ke Graha Budaya mendekati pukul 3 sore. Sudah panjang antrenannya untuk masuk ke teater. Untungnya ada seseorang yang K'Aie kenal. Jadi, aja kami boleh mengikutinya masuk ke dalam teater tanpa antre. Lumayaaann hehehe.

Senengnya lagi, kami dapet tempat duduk di deretan VIP. Ihiiyy! Emang rejeki. Sambil menunggu acara dimulai, Keke dan Nai membaca koran tentang Akarnaval yang dibagikan. Nai seneng banget waktu namanya dicantumkan sebagai salah satu sahabat Sanggar Anak Akar. Namanya tercantum karena ikut menjadi donatur. Padahal yang kami donasikan tidak seberapa, tapi terimakasih banyak untuk sanggar anak akar karena udah bikin Nai senang. :)

Acaranya molor sekitar 15 menitan. Penonton dibelakang kami sudah protes. Jalanan memang macet dimana-mana kayaknya. Sampe acara dimulai, rasanya baru setengah kapasitas tempat duduk yang terisi. Tapi, kemudian satu per satu penonton semakin banyak berdatangan bahkan ketika pertunjukkan sudah ditengah perjalanan. Untuk jalan ceritanya Chi udah tulis di postingan Sayap-Sayap Mimpi, ya.

Selesai pertunjukkan, K'Aie ngobrol dulu sama salah seorang temannya dari sanggar akar anak. Kemudian, kami diajak untuk bertemu dengan sutradara, Ibe Karyanto, di balik panggung. Setelah bertemu dengan sutradara yang biasa dipanggil uwa oleh semua orang ini, K'Aie saling temu kangen. Mereka berdua memang sudah saling mengenal.


Chi dan anak-anak mendengarkan mereka ngobrol aja sambil sesekali foto-foto. Menurut uwa Ibe, pentas ini disiapkan cukup singkat, yaitu 2 bulan. Kecuali para pemain musik, yang lebih lama persiapannya. Uwa Ibe juga mengajak Keke dan Nai untuk sesekali main ke Sanggar Anak Akar. Apalagi begitu tau Keke suka main drum, diajak untuk bermain musik di sana.

Kami gak ngobrol lama, karena pentas terakhir akan segera dimulai. Tentu mereka butuh persiapan. Menurut uwa Ibe, di pentas terakhir seluruh orang tua dari anak-anak yang tergabung di Sanggar Anak Akar akan diundang untuk nonton. Itu kalau mereka masih punya orang tua katanya. Duh, Chi sempet sedih dengernya mengingat nasib anak-anak Sanggar Akar kan kelompok kaum pinggiran.

D pertunjukan terakhir, akan ada juga pengumuman pemenang dari serangkaian lomba Akarnaval 2014. Lalu akan ada Creativepreneur School, sekolah fotografi Sanggar Anak Akar yang digagas oleh Reza Rahardian.



Hmmm... sayang banget acaranya malam (pukul 7). Kalau pukul segitu, Keke dan Nai udah menjelang jam tidur mereka. Bisa-bisa di dalam gedung mereka tidur hehehe. Yah pokoknya Chi makin penasaran dan kepengen datang ke sanggar anak akar. Semoga kapan-kapan bisa ajak Keke dan Nai kesana. Mungkin sebagai salah satu kegiatan pengisi liburan sekolah? Boleh juga, nih :)


Kunci mobil hilang


Merasa puas banget sama jalan-jalan hari itu. Sampe mobil, kemana kunci mobil? Waduh, gimana kami pulang, nih. Sempet khawatir kalau ketinggalannya pas di kantin mahasiswa. Berarti udah beberapa jam yang lalu kalau memang ketinggalan disana.

K'Aie dan Keke pun pergi menyusuri tempat-tempat yang kami datangi dari awal kedatangan ke TIM. Tinggal Chi yang nunggu gelisah banget. Menunggunya kerasa lama banget. Kalau Nai keliatan cuek hahaha.

Setelah lama menunggu, K'Aie dan Keke pun datang. Ternyata, kuncinya jatuh di kursi tempat K'Aie duduk. Kemungkinan waktu K'Aie ambil hape buat motret setelah pertunjukkan selesai, kunci mobil kedorong keluar dari tas. Untung aja panitianya cek-ricek lagi tempat duduk penonton setelah acara selesai. Barang-barang yang ditemukan, dikumpulkan di satu tempat. Alhamdulillah. Terima kasih banyak untuk para panitia yang telaten kerjanya.

Gak kebayang kalau sampe kunci mobil gak ketemu. Mana udah menjelang malam. Jadi inget juga kunci mobil pernah dikasih gantungan yang pake sensor suara. Kalau kita tepuk tangan atau siul, itu gantungan kunci bunyi. Sengaja beli karena suka lupa naro kunci mobil hahaha.

Kemana ya itu gantungan kuncinya? Kelamaan gak dipasang, lupa naronya. Batterenya juga kayaknya udah habis. Ditepuk sama disiulin udah gak bunyi.Cari lagi, ah. Yang model spy car key aja apa, ya? Biar paket komplit sekalian karena ada kamera dan microphone hehehe.

Dipertimbangkan, lah. Yang jelas jalan-jalan di hari itu kembali ditutup dengan yang namanya macet banget. Kalau gak macet kayaknya bukan Jakarta, ya. Capek menghadapi macet. melipir sebentar buat makan ramen. Biar sampe rumah tinggal istirahat :D

  • Share:

You Might Also Like

18 comments

  1. Uwaaa seru ya.wah kreatif jg itu reza,keren bgttt.harusnya pagi ya biar anak2 bisa lihat hehe....
    Untung ketemu kuncinya ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih, syaang banget Reza datangnya pas pertunjukkan terakhir. Yup, untung ketemu. Udah bikin saya keringet dingin hehe

      Delete
  2. enak nih dapat harga tiket buat pelajar,,,untungnya mak chi baik jadi sisa uangnya gak diminta,,,asik juga ya nonton beginian sayangnya cuma di TMI Jakarta...Sby kira2 ada gak ya ...

    ReplyDelete
  3. belum pernah nonton teater..dulu ke TIM mau masukkin Fai kesanggar ..

    ReplyDelete
  4. waaah mesti seru ya? Aisyah juga belum pernah nonton teater.. ^_^
    Tapi di pesantrenku ada yang namanya Nasyath Lughowi (kegiatan bahasa) kayak drama juga yang dipentaskan sama para santri, cuma dialognya pakai bahasa Inggris dan Arab..

    ReplyDelete
  5. sotoynya itu apa ya Sotoy?
    Kurang paham bener

    ReplyDelete
  6. Oalah, Reza Rahadian salah astu penggagas toh? Pantessss :D

    ReplyDelete
  7. ini keren yaa liat berempat, family time bareng seru deh, eeh itu ada mas reza aahh keren sekali.

    Teh chi untuk yang gantungan kuncinya kok keren gitu di siulin di tepokin bisa bunyi, kalau banyak yang pnya terus pada bunyi dong :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau bunyi semua bakal rame dunia perkuncian wkwkwk

      Delete
  8. capek karena macet terbayar ya mak, dengan pementasan yg keren :)

    ReplyDelete
  9. serunya...mau dong tongseng pedesnya hehe

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^