Sukses dan Bahagia

By Keke Naima - May 19, 2014

Barusan, Chi nonton serial Body of Proof season 2. Chi suka sama serial ini, walaupun bercerita tentang kasus kriminal tapi suka ada kisah-kisah parenting dari kehidupan tokoh utamanya, Dr. Megan Hunt.

Ceritanya Dr. Megan Hunt itu tadinya seorang ahli bedah yang sukses. Saking suksesnya sampai mengabaikan keluarga trus suaminya akhirnya menceraikannya. Anak satu-satunya, Lacey, yang udah jadi ABG ikut sama ayahnya. Tapi, sesekali tinggal sama Megan. Konflik-konflik tentang anak, suka diselipin di setiap episodenya.

Karena sebuah kecelakaan, Megan akhirnya tidak bisa menjadi dokter bedah lagi. Karirnya berubah menjadi ahli forensik. Megan Hunt digambarkan sebagai sosok yang jenius tapi juga keras kepala dan ada sisi kekanak-kanakannya. Ibunya terlalu mengatur hidupnya, dan dia sudah kehilangan sosok ayahnya yang tewas sejak Megan masih kecil.

Episode yang tadi Chi tonton sebetulnya udah beberapa kali diulang. Cuma gak pernah bosen nontonnya hehe. Ceritanya Megan lagi seneng karena putrinya mulai dikasih izin untuk boleh nginep di rumahnya sesering mungkin. Megan pun menyiapkan kamar khusus untuk anaknya dan menyewa disain interior. Yang bikin Megan bingung, putrinya kok kayak yang setengah hati gitu.

Suatu hari, Megan kedatangan ibu dan putrinya di kantor. Ibunya langsung mencecar Megan kenapa cucunya dibikin sedih. Tapi, Lacey justru protes karena neneknya terlalu ikut campur. Lacey bilang ke ibunya kalau dateng ke kantor bukanlah idenya. Pembicaraan terputus karena Megan harus kembali bekerja. Kemudian Megan datang ke kantor ibunya, seorang hakim, untuk melakukan protes.

Megan : "Ibu dari dulu selalu mengatur hidupku! Makanan, teman, pakaian, karir, hingga jodoh pun semuanya ibu yang pilihkan!"

Ibu Megan : "Tapi, lihat hasilnya sekarang. Kamu sukses, kan?"
Megan : "Iya, tapi apa saya bahagia? Ibu gak pernah tau kan?"
Ibu Megan : ".................."

Di episode itu juga diceritakan ibu dari korban yang tewas merasa menyesal sudah terlalu keras mendidik putrinya. Maksudnya sih ingin memberikan yang terbaik supaya putrinya gak salah langkah. Tapi, akhirnya dia sadar kalau anak itu semakin dikerasin justru semakin menjauh. Sayangnya dia baru sadar itu setelah putrinya tewas.

Megan juga akhirnya sadar, kalau dia gak suka ibunya ngatur-ngatur dirinya tapi secara gak sadar dia juga berlaku kayak gitu ke anaknya. Kasih anaknya kamar tapi urusan desain dia yang pilihan. Akhirnya, itu kamar dibikin putih bersih dan kosong. Terserah putrinya mau ditata seperti apa karena itu haknya. Tapi, kalau putrinya butuh teman diskusi, kapanpun itu sebagai ibu, Megan siap mendengarkan. Dan, keputusan Megan itu bikin Lacey, putrinya bahagia banget.

Hmmm... kira-kira apa, ya yang bisa diambil dari sisi parentingnya? Menurut Chi... 


  1. Orang tua itu pasti selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tapi, saking kepengen memberikan yang terbaik, suka gak sadar kalau kita hanya melihat dari kacamata orang tua. Memang sih terbaik, tapi apa anak akan bahagia? Kadang ego orang tua juga berperan, nih.
  2. Anak berhak menentukan sendiri apa yang terbaik dan bikin dia bahagia. Bukan berarti apa yang dia pilih pasti bener. Sebagai orang tua kita juga harus memberi aturan dan batasan. Tapi, kadang sebagai orang tua kita cukup sebagai pembimbing. Sebagai orang yang mendengarkan. Atau bahkan mungkin gak apa-apa sesekali membiarkan anak jatuh karena pilihan yang dia buat. Yang penting kita selalu ada ketika dia jatuh dan anak belajar mengambil hikmah dari peristiwa jatuhnya itu

Hufff... 2 kesimpulan Chi di atas itu memang bakal jadi PR yang sangat panjang buat Chi dan K'Aie. Sebisa mungkin sih kami akan berdiskusi dengan anak-anak. Gak mau jadi orang tua otoriter yang mengatur hidup anak-anak tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk membuat pilihan. Cuma ya gitu deh... kadang Chi juga harus menjewer diri sendiri, nih :p

Ya, bisa dibilang catatan ini sebagai pengingat juga. Tetap semangat memberikan yang terbaik bagi anak-anak tanpa menghilangkan kebahagiaan mereka! :)

  • Share:

You Might Also Like

10 comments

  1. Saya dan kakak saya diberikan kebebasan mengenai plihan hidupnya, dalam arti bebas mau pilih apa entah itu untuk pendidikan , karir ataupun masa depannya asalkan masih bisa mempertanggungjawabkan keputusannya :)

    ReplyDelete
  2. kesimpulannya dari mak chi selalu memberikan jalan terbaik dan membuat ku tersenyu,,, (ilmu nambah terus)

    ReplyDelete
  3. raising children is like raising ourselves. Mendidik anak itu memang seperti mendidik diri kita sendiri ya mak... mendidik utk lebih menjadi orang tua yg lebih baik lagi

    ReplyDelete
  4. setuju

    kita harus memberikan yang terbaik untuk anak, tapi gak memaksakan kehendak kita untuk anak2. Biarkan mereka menentukan yang terbaik utk diri mereka, kita dukung aja

    ReplyDelete
  5. PR panjaang.... bener setuju banget.
    Ini makin kerasa ketika anak anak sudah pada ABG sekarang ini.
    Dan jewer diri sendiri juga makasih banget, kadang seorang ibu itu ngaturnya semacam 'reflek' aja :p
    Karena sampai segede apapun, kadang anak ya dianggep 'anak kecil'.

    ReplyDelete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^