Tontonan Murah Bukan Berarti Harus Murahan

By Keke Naima - January 06, 2014

Beberapa tahun lalu...

Chi : "Heran, tayangan televisi lokal mulai dari berita, infotainment, musik, sinetron, dan lainnya, kualitasnya mirip-mirip. Gak layak tonton. Bikin cape hati ngeliatnya.Tapi, keliatannya semakin 'aneh' justru semakin banyak peminatnya, ya?"



Teman : "Mungkin karena yang namanya manusia itu pada dasarnya butuh hiburan. Televisi masih jadi hiburan termurah. Kita tinggal nyalain tv, gak perlu dandan atau keluar uang untuk nonton tv. Gratis! Dan, masih banyak yang berpikir, 'gak perlu protes kalau dikasih gratis.' Jadi, sebetulnya yang nonton mungkin ada yang tau kualitasnya gak bagus. Makanya, kadang suka ada yang nonton sinetron sambil ngomel-ngomel, misalnya.Tapi, tetep aja nonton hahaha."

Chi cuma manggut-manggut saat itu. Walopun tetep aja dalam hati masih ada yang ngeganjel. Setuju, kalau TV memang hiburan termurah bagi masyarakat. Tapi, apakah harus dibikin murahan kualitasnya? Apakah karena gratis, artinya kita gak boleh kritis terhadap setiap tayangan yang kita anggap gak layak?

Dan, pertanyaan yang selalu berulang-ulang dalam hati adalah, apa peran KPI? Iya, Chi tau, KPI seringkali melakukan peneguran terhadap tayangan maupun artis yang dianggap keterlaluan. Tapi, rasanya hanya sebatas teguran. Acara atau artisnya tetap aja laris manis.

Tapi, sebelum Chi dinyinyirin, "Kalau gak suka, mending gak usah nonton atau bikin acara sendiri ajah!". Jadi, Chi pun milih diam. Hehehhe becanda, ding! Temen Chi ini baik, kok. Gak ada yang namanya nyinyir-nyiriran ;)

Dan, bukan berarti Chi diam pasrah. Menurut Chi, menyikapi tayangan yang tidak layak, ada langkah-langkah solusi yang bisa kita lakukan :


  1. Matikan atau meniadakan keberadaan TV di rumah. Kalau mematikan tv di rumah, seringkali Chi lakukan. Biasanya kalau lagi ada kegiatan lain, misalnya internetan. Boros listrik kalau semuanya nyala. Untuk menggantikan kegiatan nonton tv memang harus ada kegiatan lain yang menyenangkan. Tapi, kalau meniadakan tv di rumah, Chi dan keluarga rasanya belum sanggup. Mematikan, memindahkan channel, atau bahkan meniadakan sekalipun harus diganti dengan kegiatan yang tidak hanya positif. Kegiatan tersebut juga harus menyenangkan, malah kalau perlu harus lebih menyenangkan dari menonton televisi.
  2. Langganan tv kabel. Di rumah kami berlangganan tv kabel. Memang gak semua tayangan di tv kabel bisa dianggap layak. Tapi setidaknya, pilihan tayangan yang layak tonton pun lebih banyak. Dan, jujur aja, kami (termasuk Keke dan Nai), semakin gak pernah nonton tayangan lokal kalau di rumah.
  3. Ikut petisi. Akhir-akhir banyak pihak yang menandatangani petisi agar televisi yang bersangkutan
    segera menghetikan penayangan YKS. Walaupun, Chi gak pernah nonton karena begitu tau kalau konsep acaranya joged dangdut (maaf, bukan Chi melecehkan dangdut. Tapi, sayangnya dangdut jaman sekarang lirik maupun goyangannya itu banyakan gak layaknya) plus artis pendukungnya 4L (Lo Lagi, Lo Lagi), udah bikin Chi ilfil duluan. Tentu aja Chi ikut senang kalau karena petisi ini YKS dihentikan atau diubah konsepnya menjadi layak tonton. Walopun begitu, kalau bisa jangan hanya YKS. Karena sebetulnya yang gak layak itu banyaaakkkk. Tapi, biar gimana petisi ini langkah awal yang harus diapresiasi. Silakan klik link ini kalau mau ikut petisinya http://www.change.org/id/petisi/transtv-corp-segera-hentikan-penayangan-yks
  4. Bentengi dengan komunikasi yang baik dari keluarga. Ada seorang teman pernah menyatakan keheranannya ke Chi melihat Keke dan Nai suka nonton Tom and Jerry. Menurutnya, Tom and Jerry itu tayangan yang gak layak, karena ngajarin anak-anak untuk berantem dan ngebully. Makanya, dia melarang keras anaknya untuk menonton Tom and Jerry.
    "Gue juga waktu kecil nonton Tom and Jerry, kok." Chi jawab begitu sambil ketawa-ketawa. Tentu aja, Chi gak menyalahkan pilihan temen. Semua punya kebijakan masing-masing. Tapi, Chi juga mau menjelaskan kalaupun kita nonton Tom and Jerry bukan berarti otomatis akan membuat kita jadi anak yang suka berantem atau membully. Seperti halnya Chi, Keke dan Nai kalau nonton Tom and Jerry itu bisa ngakak-ngakak, tapi Chi rutin mengingatkan mereka untuk jangan pernah meniri apa yang dilakukan di kartun. Termasuk juga tertawa ketika melihat teman sedang bertengkar atau di bully. Chi rutin melakukan komunikasi seperti itu dengan cara yang terbuka dan sesantai mungkin.
    Chi bisa mengatakan, kalau di rumah tontonan mereka sudah sangat selektif. Tapi, bagaimana dengan pengaruh di luar? Kan, gak mungkin juga mengawasi anak-anak 24 jam dalam sehari. Chi setuju, kalau perilaku anak juga bisa dipengaruhi pihak-pihak lain. Karena biar gimana manusia itu bersosialisasi. Untuk meminimalisi kemungkinan 'kecolongan' perilaku yang tidak diinginkan, semaksimal mungkin Chi membentengi mereka dengan komunikasi yang baik dengan anak-anak.
    Komunikasi yang baik harus terus dilakukan. Kita sendiri malas, kan, kalau ngobrol sama seseorang yang gak asik diajak ngobrol? Makanya, Chi berusaha terus untuk mencoba masuk dengan cara mereka berkomunikasi. Supaya mereka merasa nyaman kalau mau bercerita bahkan curhat. Walopun ada saat-saat tertentu dimana sebagai orang tua, Chi harus mendikte mereka.

Itu beberapa solusi yang coba Chi terapkan. Urutan solusi di atas bukan skala prioritas, Yang artinya, solusi nomor 1 lebih baik dari nomor 2. Semua sama baiknya, kok Atau ada solusi lain selain 4 solusi di atas? Ya, silakan saja kalau itu memang terbaik buat kita.

Mau menyelesaikan hanya dengan 1 solusi atau banyak solusi sekaligus. Juga, kembali ke pilihan masing-masing. Gak perlu saling nyinyir.


  1. Ketika ada yang menandatangi petisi - "Ngapain juga tandatangan petisi. Matiin aja televisinya atau pindah channel, gitu aja repot!"
  2. Ketika kita hanya memilih mematikan televisi - "Kenapa gak mau tanda-tangan petisi? Emang gak peduli, ya, sama kecerdasan bangsa?"
  3. Gak perlu juga maksa-maksa atau ngeledekin orang lain dengan mengatakan, "Makanya berlangganan tv kabel."

Saling nyinyir malah (mungkin) akan membuat kita ditertawakan oleh pihak lain yang bertentangan tujuannya. Lah, tujuan kita kan sama sebetulnya. Sama-sama merasa tayangan tersebut gak layak dan meresahkan. Jadi, sebetulnya gak masalah apapun solusi yang kita pilih, selama memang kita tidak mendukung tayangan tersebut atau tayangan-tayangan lainnya yang yang dianggap gak layak.

Ya, itu 4 solusi yang Chi lakukan. Apa solusi yang teman-teman lakukan. Boleh, dong, Chi kepo? :p

  • Share:

You Might Also Like

24 comments

  1. aku malah kepengen bun meniadakan TV di rumah, tapi masih dapat tantangan dari penghuni rumah lainnya... karena pengaruhnya sangat luar biasa terutama bagi anak2... Selama ini solusinya banyakin buku dan mainan untuk kanaya supaya teralihkan dari TV...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau belum biasa, salah satu caranya dengan meminimalkan aja, Mbak.

      Delete
  2. kalau saya meniadakan TV di rumah Mak. sudah 3 tahun ini, alhamdulillah biasa saja sih, kecuali kalau ada berita2 ttg YKS dsb sy ga tau..
    Saya juga ga tandatangan Mak, karna banyak hal
    1. Saya tidak tau YKS itu seperti apa, acaranya bagaimana dll, jadi saya merasa salah kalau ikut ttd, karena saya tidak tau
    2. Takutnya ada unsur2 kepentingan pihak2 ttt di sini
    Mungkin lebih memilih mengajukan surat resmi ke KPI atau ke pihak penyelenggara YKSnya langsung akan lebih mengena walaupun ada juga kemungkinan tidak dibaca. Karena acara yang jelek memang bukan hanya YKS, ada sinetron TBNH, lalu apalagi yg saya juga tidak tau sekarang acara TV lokal itu apa saja.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Memang sebaiknya cari tahu dulu, biar terkesan gak ikut2an
      2. kemungkinan itu ada. Makanya saya juga gak langsung ikut. Tapi, setelah saya pikir lagi mungkin kalau terlalu global terasa kurang nyentil.

      Saya rasa yang ikut petisi juga mungkin udah ada yang coba langkah lainnya seperti ke KPI atau ke yang bersangkutan. Kembali lagi, semua terserah masing-masing apa yang terbaik untuk mereka

      Delete
  3. Saya juga nulis tentang ini, dan saya nyinyir loh mbak :)
    Tapi yang saya nyinyirin itu gini, "Ada banyak acara yang jelek, kok cuma satu yang mau di laporin?".
    Tapi masukan yang bagus tentang saling nyinyirnya :)

    Terimakasih mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. boleh tuh nyinyir yang kayak begitu karena itu juga yang sebetulnya jadi pertanyaan saya :)

      Delete
  4. tayangan tv lokal emang kurang mendidik, aku jg lebih sering ntn tv kabel deh bun

    ReplyDelete
  5. Emang bener sih... kalau dibandingin jaman kita kecil banyak banget siaran tv yang sifatnya edukatif. Tapi emang hari\us pintar2nya kita milih jadwal dan acara tv juga. Kalau ga ada pilihan yang sesuai mending matikan tv aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi kangen film-film kayak keluarga cemara, ya

      Delete
  6. kalau saya baru sebatas membatasi jam menonton dan memberikan warning acara apa yang boleh ditonton. matikan tv di luar itu.
    Mau langganan tv kabel, kok rasanya masih sayang, soalnya nontonnya cuma akhir pekan :D *emakpelit xixixi*
    ikut petisi jg belum, soalnya enggak tahu acara yks itu. nah, yang komunikasi ini boleh dicontek ya Teh.. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya awalnya langganan tv kabel juga gak sengaja, eh, sekarang malah jadi suka :D

      Delete
  7. Aku udah lama ga nonton tayangan tv Indo mba.. Jadi ga tau perkembangannya kayak apa.. Tapi dr dulu masih tinggal di Indo pun aku lebih milih langganan tv kabel, karena ya itu.. Lebih banyak pilihan layak tontonnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, kalau ada tv kabel pilihan tayangan lebih banyak :)

      Delete
  8. Kalo saya sih memang gag pernah nonton tv, karena memang aturan pesantren.
    Kalau memaksa ntar malah dianggap melanggar peraturan pesantren dan bisa-bisa dibotakin... :)

    ReplyDelete
  9. step 1 sampai 4 sudah dijalani mak..dan alhamdulillah, anak-anak ngg begitu tertarik dengan tontonan a la TV Indonesia sementara Ibu dan Bapaknya juga ngg punya waktu plus ngg hobi nonton TV. Mostly Bo et Obi nonton tv kabel mak, atau main sepeda dan iPad. Tapi ngg bisa dihindari, saat main dengan teman2, di sekolah atau di kompleks, ada juga yang 'ngajarin' whatever they was on TV :(...biasanya lagu atau slogan2 menyebalkan itu... kami akan bilang dan ingatkan bahwa itu ngg bagus dan ganti dengan lagu anak2 yang lain. Ngg gampang mak, tapi harus selalu 'waspada' jadinya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang gak gampang, Mak. Tapi tetep harus kita jalani demi anak2 :)

      Delete
  10. Kalau saya lebih memilih mengoleksi film2 animasi (VCD/DVD) keluaran Disney dan semacamnya atau membeli buku bacaan.
    Acara TV sekarang memang banyak yang bisa diambil manfaatnya. Fungsi TV sebagai salah satu media edukasi kayaknya gak tercapai deh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. mengoleksi film juga saya lakukan. Awalnya suami saya yang memang suka nonton film :)

      Delete
  11. Saya lebih sering nonton kompas TV untuk lokal dan tv kabel sebagai pendukungnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kompas tv keliatannya bagus, ya. Beberapa kali lihat yang tentang travel

      Delete
  12. saya nonton yks, tapi cuma sekilas-sekilas. :D
    tetapi semalem nonton lagi, ternyata goyangannya sudah diganti loh. :D

    tetapi setuju dengan poin komunikasi. sebaiknya bentengi dulu anak-anak. vey juga punya adik cowok yang smp. duh rawan banget...

    harus dikasih pengertian mana yang pantas ditiru dan tidak. komunikasi dua arah... daripada dia tahu sesuatu yang salah di luar sana, dan keluarga tidak ada yang tahu. duh, bahaya banget. >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. syukurlah kalau sudah ada perbaikan, kalau bisa durasinya juga dikurangi :D

      ya, saya pikir komunikasi itu kunci utama menjaga sebuah hubungan baik dengan siapapun

      Delete

Terima kasih banyak sudah berkenan berkomentar di postingan ini. Mulai saat ini, setiap komen yang masuk, dimoderasi dulu :)

Plisss, jangan taro link hidup di kolom postingan, ya. Akan langsung saya delete komennya kalau taruh link hidup. Terima kasih untuk pengertiannya ^_^